Timnas basket Indonesia berpotensi menang tanpa tanding karena Korea Selatan mengundurkan diri dari Kualifikasi Piala Asia FIBA 2021. Hal itu akan menguntungkan Indonesia yang sudah kalah dua kali di grup.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pengunduran diri tim bola basket Korea Selatan dari jendela kedua Kualifikasi Piala Asia FIBA 2021 berpotensi menguntungkan tim nasional basket Indonesia. Timnas bisa membawa pulang kemenangan tanpa bertanding atau walk out atas skuad “Negeri Ginseng”. Namun, hal itu masih bergantung dari keputusan resmi dari FIBA.
Indonesia seharusnya bertanding melawan Thailand (28 November) dan Korsel (30 November) dalam lanjutan kualifikasi di “gelembung” kualifikasi di Manama, Bahrain. Namun, kejutan datang dari calon lawan timnas, Korsel, yang dikabarkan tidak akan berangkat ke Bahrain.
Hal itu disampaikan langsung oleh Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) Danny Kosasih. Menurut dia, Korsel akan absen karena tidak mendapatkan izin berangkat dari pemerintah setempat. Semua akibat situasi pandemi Covid-19 yang belum mereda.
Kabar tersebut dikonfirmasi oleh media lokal Korsel, Naver.com. Dalam berita yang ditulis oleh Min Joon-gu disebutkan, skuad “Negeri Ginseng” tidak akan berangkat karena menilai Bahrain, sebagai tuan rumah netral, bukan negara yang sudah aman dari pandemi.
“Karena itu, kalau kita (timnas) berangkat, dan Korsel tidak, saya berharap mereka di-WO. Karena ketika main di Indonesia, FIBA memaksakan kita tetap tanding. Sekarang juga begitu, mereka harus memaksa Korsel main” kata Danny, saat dihubungi Kamis (5/11/2020), dari Jakarta.
Sebelumnya, Perbasi sempat meminta penundaan jendela pertama, pada Februari 2020, di Jakarta, kepada FIBA. Penundaan itu dengan dasar kondisi pandemi yang mulai bergejolak di tanah air.
Namun, FIBA mewajibkan laga antara Indonesia melawan Korsel dan melawan Filipina tetap digelar. Pertandingan pun berlangsung meskipun tuan rumah dirugikan, harus tanding dalam arena tertutup tanpa penonton.
Danny mengatakan, timnas akan sangat dirugikan jika mereka tidak diberikan kemenangan WO. Sebab, mereka sudah menggelar pemusatan latihan nasional sejak Agustus yang mengeluarkan banyak biaya dan tenaga.
Pelatnas digelar dengan protokol kesehatan ketat di Jakarta dan Bandung. Pelatnas sempat menghabiskan dua bulan awal berlatih di Bandung karena di Jakarta diberlakukan pembatasan sosial. Hal itu memperbesar pengorbanan untuk pelatnas.
“Kami sudah pelatnas habis uang berapa? Sudah tiga bulan belakangan ini. Bukan hanya soal uang, tetapi kami juga mengumpulkan banyak pemain dengan risiko jiwa mereka terancam di pandemi seperti ini. Saya tidak mau kita sudah berjuang terus dibatalkan begitu saja,” pungkas Danny.
Sebab itu, jika Korsel resmi mengundurkan diri, Perbasi akan berbicara langsung dengan FIBA. Kendati demikian, FIBA sejauh ini belum mengeluarkan kabar resmi pengunduran diri negara mana pun.
Karena itu, kalau kita (timnas) berangkat, dan Korsel tidak, saya berharap mereka di-WO.
Timnas sangat diuntungkan seandainya bisa menang tanpa bertanding, mengingat kualitas Korsel jauh lebih superior di atas timnas. Pada pertemuan pertama, Indonesia takluk telak, 76-109, meskipun tim lawan datang hanya dengan pemain pelapis. Adapun timnas sudah kalah dua kali beruntun di babak grup.
Di sisi lain, timnas sudah mendapat lampu hijau dari pemerintah untuk berangkat ke Bahrain. Kementerian Pemuda dan Olahraga memperbolehkan timnas mengikuti kualifikasi demi kepentingan prestasi di Piala Asia 2021 maupun Piala Dunia 2023.
“Kami tidak ada masalah karena buktimnya timnas (sepak bola) ke Kroasia kan kami yang mendorong dan memfasilitasi. Kami kan nggak bisa memilih, sepak bola boleh sedangkan yang lain tidak. Kami tidak melarang, dengan catatan mereka konsisten menerapkan protokol kesehatan,” kata Sekretaris Kemenpora Gatot S. Dewa Broto.
Perbasi sekarang tinggal menunggu persetujuan penggunaan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk keberangkatan ke Bahrain. Proposal itu sudah melewati Kemenpora dan sedang ditinjau oleh Sekretariat Negara.
Skuad timnas tengah mempersiapkan diri dalam pelatnas di Jakarta. Tim asuhan Rajko Toroman ini akan memilih 12 dari 17 nama untuk skuad final yang akan berangkat. Sebelum itu, mereka akan terlebih dulu menjalani pertandingan uji coba dengan beberapa klub lokal.
Timnas muda
Sementara itu, timnas elite muda semakin serius dalam memulai persiapan proses regenerasi jangka panjang. Tim pelatih yang dipimpin Youbel Sondakh telah memilih 29 dari 57 pemain pada seleksi tahap pertama. Beberapa yang terpilih adalah pemain muda berbakat seperti Yesaya Saudale dan Ali Bagir.
Pemain yang terpilih itu akan dikumpulkan dalam seleksi tahap kedua pada 5-15 November di GMC Basketball Arena, Cirebon. Nantinya, mereka akan dikerucutkan lagi menjadi tinggal 17 pemain.
Menurut Manajer timnas elite muda Andi ”Batam” Poedjakusuma, pemain yang terpilih pada seleksi kedua dipastikan mengikuti Liga Bola Basket Indonesia (IBL) musim depan. Keikutsertaan timnas muda didukung langsung oleh Direktur Utama IBL Junas Miradiarsyah.
Di IBL, timnas elite akan menggunakan sistem bermain yang sama dengan tim senior. Hal itu demi mempercepat perkembangan pemain berbakat di bawah usia 23 tahun, agar ada pelapis timnas senior di Piala Asia dan Piala Dunia nanti. “Tim ini memang dibentuk sebagai pelapis timnas senior,” jelas Batam.