Pemimpin Federasi Olahraga Jangan Dipandang Hanya sebagai Sponsor
Ketua Umum PB Wushu Indonesia Airlangga Hartarto dianugerahi gelar kehormatan oleh Universitas Negeri Semarang. Dalam orasinya, Airlangga menyampaikan pentingnya kepemimpinan humanis dalam organisasi olahraga.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Kepemimpinan yang humanis menjadi kunci terjalinnya komunikasi organisasi yang baik di federasi olahraga. Pelibatan anggota federasi dalam setiap pemecahan masalah diperlukan agar pemimpin tak dipandang hanya sebagai sponsor, tetapi juga bisa memperkuat mentalitas anggota.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, yang juga Ketua Umum Pengurus Besar Wushu Indonesia, Airlangga Hartarto mengatakan itu saat penganugerahan dirinya sebagai doktor kehormatan (honoris causa) bidang manajemen olahraga oleh Universitas Negeri Semarang (Unnes), di Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (9/11/2020).
Airlangga, dalam orasi ilmiah berjudul ”Transformasi Organisasi Olahraga Melalui Kepemimpinan Humanis” mengatakan, di antara keberagaman yang ada, kemanusiaan ialah faktor yang paling mendasar dalam organisasi olahraga. Dalam hal ini, pemimpin harus melibatkan anggotanya dalam setiap diskusi.
Komunikasi yang teratur, pemecahaan masalah bersama dan penempatan anggota sebagai mitra dalam organisasi menjadi proses penting. ”Komunikasi ini dibutuhkan agar pemimpin tidak hanya dipandang sebagai sponsor dalam kegiatan olahraga, tetapi juga memperkuat mental dan mendukung anggotanya,” kata Airlangga, yang menjadi Ketua Umum PB Wushu Indonesia sejak 2017.
Ia menambahkan, kekuatan emosional yang stabil diperlukan untuk mendengar dan menampung semua sudut pandang yang bertentangan dengan obyektif. Hal itu perlu dilakukan agar organisasi olahraga tak kehilangan orang-orang konsisten dalam mencapai tujuan organisasi sehingga akan ada peningkatan kualitas organisasi itu sendiri.
Beberapa tahun terakhir, muncul sejumlah skandal permasalahan yang menandakan kegagalan organisasi. Di antaranya korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, pelanggaran peraturan, dam keterlibatan politik yang berlaku dalam organisasi itu. Dalam mencegah itu, prinsip tata kelola seperti transparansi, integritas, kontrol, akuntabilitas, dan demokrasi harus dihormati.
Pada akhirnya, kepemimpinan humanistik akan memahami kebutuhan serta keinginannya agar kontribusi organisasi kepada lingkungan. ”Keunggulan ini menjadikan kepemimpinan humanistik cocok untuk diterapkan dalam organisasi olahraga, yang memiliki lebih banyak masalah dengan atlet dan pelatih di lapangan,” ujarnya.
Adapun Unnes menilai, sejak 2017, ada peningkatan performa secara signifikan pada cabang wushu. Di antaranya, raihan medali emas di sejumlah kejuaraan bergengsi seperti SEA Games, Asian Games, dan Kejuaraan Dunia Wushu, juga adanya pemberian kesempatan dan kepercayaan pada para atlet yunior secara keberlanjutan.
Rektor Unnes Fathur Rokhman menuturkan, bukan hal mudah mengantarkan atlet-atlet muda hingga mencapai puncak kompetisi dunia. Itu hanya bisa didapatkan melalui proses pembinaan serius dan berkelanjutan, serta adanya strategi jitu dalam hal dukungan waktu, biaya, dan energi.
Dipimpin Airlangga, kata Fathur, PB Wushu Indonesia berkontribusi besar dalam memajukan olahraga wushu di Tanah Air. ”Beliau bukan hanya menakhodai organisasi ini, melainkkan juga melakukan modernisasi yang membuat kapal ini bergerak dinamis dan inovatif menghadapi berbagai tantangan," ujarnya.
Menurut dia, sejumlah prestasi wushu Indonesia seperti medali emas pada Asian Games 2018 dan Sea Games 2019, dan Kejuaraan Dunia Wushu 2019 di Shanghai, China, bukan hanya membuat masyarakat bangga. ”Namun, juga merasa yakin bahwa Indonesia ini adalah bangsa besar yang layak terus kita perjuangkan,” kata Fathur.
Pengembangan keilmuan
Presiden Joko Widodo, dalam sambutannya melalui tayangan video, menuturkan, di balik prestasi atlet, terdapat peran organisasi serta ada faktor kepemimpinan yang mendukung pembinaan inovatif dan berkelanjutan. Selama empat tahun terakhir, Airlangga telah menjadikan organisasi wushu lebih produktif. Di antaranya dengan program regenerasi atlet berkesinambungan dan peningkatan kualitas pelatih.
Ia berharap, hal-hal itu dapat menjadi pendalaman dan pengembangan keilmuan di perguruan tinggi. ”Khususnya dalam bidang sport science, yang bisa dijadikan topik riset, inovasi, dan berbagai bahan pembelajaran di kelas. (Untuk) selanjutnya dikembangkan dan diterapkan kembali untuk meningkatkan kemampuan atlet-atlet kita,” kata Presiden.
Sebelumnya, pada malam puncak peringatan Hari Olahraga Nasional, Rabu (9/9/2020), Airlangga menjadi satu dari tujuh penerima penghargaan kategori pembina olahraga dari Kementerian Pemuda dan Olahraga. Penghargaan diserahkan Menpora Zainudin Amali serta disaksikan Presiden Joko Widodo secara virtual.