Musim 2020 menguak sisi lain MotoGP yang brutal dan penuh kejutan. Para pebalap unggulan kehilangan konsistensi di tengah absennya Mar Marquez. Namun, musim pandemi sekaligus memunculkan potensi para pebalap muda.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·5 menit baca
Cederanya Marc Marquez sepanjang musim 2020 menguak sisi otentik MotoGP yang selama ini tersamar, yaitu konsistensi meraih podium. Pebalap andalan Honda yang menyaksikan balapan dari rumahnya di Cervera, Barcelona, Spanyol, itu pun geram karena seolah tidak ada pebalap yang ingin menjadi juara. Musim ini, ada sembilan pebalap yang menjadi pemenang seri balapan. Itu kontras dengan dua musim sebelumnya di mana hanya ada lima pebalap yang finis terdepan.
Tanpa Marquez, peta persaingan pun berubah drastis. Tidak ada pebalap yang diunggulkan juara. Casey Stoner, mantan pebalap MotoGP, bahkan menilai MotoGP musim pandemi Covid-19 ini kehilangan level persaingan tingkat ”dewa”. Jangankan konsisten finis terdepan, perubahan pebalap yang naik ke podium pun sangat terbuka, yaitu 13 pebalap berbeda.
Para pebalap yang naik podium, pada seri Ceko dan Austria misalnya, sama sekali berbeda. Demikian pula dengan seri Styria dan Italia. Setiap pekan di 2020 seolah-olah jadi musim balapan yang berbeda.
Namun, absennya konsistensi itu sekaligus membuat MotoGP menjadi lebih menarik. Ada aspek tak terduga atau kejutan yang menjadi penyimpangan dari musim-musim sebelumnya yang lebih didominasi Marquez. Perebutan gelar pun mengalami ”pelintiran”. Pebalap tim Suzuki Ecstar, Joan Mir, menyisihkan favorit sebelumnya, Fabio Quartararo (Petronas SRT Yamaha), untuk menyabet gelar juara dunia.
Dinamika itu sekaligus menguak potensi Suzuki sekaligus masalah kronis Yamaha di sisi lainnya. Suzuki, yang kembali ke MotoGP pada 2015, menghadirkan motor GSX-RR yang sangat kompetitif. Cetak biru pengembangan motor mereka sangat jitu dalam menyiasati defisit tenaga dan kecepatan puncak dibandingkan tim-tim lain yang lebih mapan.
Kesuksesan Suzuki itu mirip yang diterapkan tim Mercedes di Formula 1. Mereka bisa melewati tikungan lambat dengan lebih kencang serta memiliki kestabilan dengan ban yang telah aus. Hal itu menunjukkan, balapan tidak melulu tentang kecepatan puncak, melainkan bagaimana menjaga konsistensi pace (waktu satu putaran dengan flying lap) yang kompetitif dari start hingga finis.
Suzuki pun punya mesin yang andal sehingga mampu mendukung para pebalapnya tampil konsisten. Dengan tujuh kali naik podium dan hanya sekali finis terdepan, Mir bisa meraih gelar juara dunia pebalap.
Padahal, jumlah podium pertama Mir kalah dibandingkan pebalap runner-up, Franco Morbidelli (Petronas SRT Yamaha), yang tiga kali memenangi balapan. Namun, Morbidelli hanya bisa lima kali naik podium akibat masalah keandalan mesin Yamaha. Kerusakan pada klep motor Yamaha, khususnya M1 edisi 2020, juga memupus peluang juara Quartararo dan pebalap tim pabrikan, Maverick Vinales.
Kerusakan klep di motor Yamaha, yang muncul pada seri pertama dan kedua di Jerez, tidak terselesaikan hingga seri terakhir di Portimao. Bahkan, Vinales harus memakai mesin keenam, melebihi kuota lima mesin dalam semusim. Vinales pun nampak frustrasi.
Musim depan, pengembangan motor di MotoGP sangatlah terbatas menyusul pembekuan pengembangan mesin untuk mengurangi tekanan finansial di tim-tim peserta akibat pandemi. Situasi itu membuat performa motor tidak akan berubah banyak. Persaingan pada 2021 pun kemungkinan mengulangi musim 2020, namun dengan seri yang lebih banyak dan tidak hanya di Eropa.
Persaingan sengit gelar pebalap terbaik pada musim depan pun bakal sangat terbuka mengingat Marquez diperkirakan harus menepi enam bulan setelah menjalani operasi ketiga pada lengan kanannya, 3 Desember lalu. Ia terancam absen di enam balapan sepanjang Maret hingga Mei 2021.
Tanpa pebalap andalannya itu di awal musim 2021, Honda pun terdorong lebih memaksimalkkan potensi para pebalap lainnya. Maka, semua pebalap Honda, tidak terkecuali di tim satelit seperti LCR, akan mendapatkan motor terbaru.
Honda mau tidak mau harus membagi perhatian dan menaruh kepercayaan lebih kepada para pebalap lainnya, yaitu Pol Espargaro yang baru direkrut dari KTM; serta duo pebalap tim satelit : Takaaki Nakagami dan Alex Marquez (adik dari Marc Marquez).
Kebijakan itu adalah langkah besar Honda untuk memperbesar peluang memenangi balapan di musim baru. Langkah serupa dilakukan Yamaha dengan memberikan motor spesifikasi pabrikan 2021 kepada Valentino Rossi yang membela tim satelit, Petronas SRT, mulai musim depan.
Langkah Yamaha itu sebetulnya telah dilakukan sejak musim 2020. Mereka memberikan motor spesifikasi pabrikan ke Quartararo. Jika saja M1 tidak mengalami masalah keandalan mesin, pebalap muda bertalenta asal Perancis itu bisa menjadi juara dunia.
Musim depan, pebalap berjuluk ”El Diablo” itu akan bertarung mati-matian mewujudkan mimpi tertundanya tersebut dengan tim pabrikan Yamaha. Ia ingin menyelesaikan ”urusan” yang belum tuntas.
Ambisi besar Yamaha untuk berkibar pada musim baru itu kian dikuatkan dengan langkah merekrut Cal Crutchlow sebagai pebalap penguji. Mantan pebalap LCR Honda itu diyakini bisa berkontribusi guna membuat Yamaha M1 kembali kompetitif dan andal.
Lompatan besar
Sejumlah pebalap debutan, seperti Alex Marquez (Honda) dan Brad Binder (KTM), pun telah beradaptasi dengan baik. Binder akan satu tim dengan Miguel Oliveira yang dua kali finis terdepan bersama KTM Tech3 pada 2020. Oliveira promosi ke tim pabrikan KTM untuk melanjutkan evolusi mereka dari tim pendatang baru menjadi pesaing juara. KTM melakukan lompatan besar pada musim 2020 dengan meraih delapan podium, tiga di antaranya podium tertinggi.
Pencapaian itu membuat tim asal Austria itu kehilangan hak konsesi, tetapi masih bisa mengembangkan mesin dengan aturan pengecualian. Keleluasaan yang dimiliki KTM itu membuat tim-tim lainnya khawatir. Tim "oranye" itu berpotensi semakin kuat dan kompetitif. Selain mesin RC16 yang bertenaga besar, kekuatan KTM adalah pada sasis dan suspensi WP yang selama ini lebih tersohor di dunia balap enduro atau ketahanan.
Meskipun baru empat tahun berada di ajang MotoGP, musim depan, KTM bakal berpotensi menjadi pengusik tim tiga besar, terutama Ducati yang musim depan tidak diperkuat Andrea Dovizioso. Tim pabrikan Ducati akan mengandalkan Jack Miller dan Francesco Bagnaia. Adapun tim satelit Pramac Ducati diperkuat pebalap senior Johann Zarco serta rookie yang promosi dari Moto2, Jorge Martin.
Hal itu merupakan pertaruhan besar Ducati yang juga merekrut dua pebalap Moto2, yaitu adik tiri Valentino Rossi, Luca Marini; serta Enea Bastianini di tim Esponsorama Racing dengan dukungan Desmosedici GP20. Investasi jangka panjang Ducati ini akan langsung diuji pada 2021, yaitu dalam musim balapan MotoGP yang diharapkan berlangsung lebih ideal dengan 20 seri di benua Eropa, Asia, dan Amerika.
Tidak seperti musim ini, pada 2021 mendatang, seri-seri di luar Eropa akan digelar kembali, termasuk di Asia. Perbedaan karakter sirkuit dan iklim bisa menambah dinamika persaingan. Maka, MotoGP 2021 menarik untuk ditunggu...