Gangguan ekonomi, yang dipicu pandemi Covid-19, tidak menyurutkan semangat Hamdan Sayuti (33) untuk berbagi. Atlet asal Sumatera Barat itu mengeluarkan dana pribadi untuk menghidupkan lomba lari yang tengah mati suri.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
Sebuah pepatah bijak berkata, lebih baik menyalakan lilin kecil ketimbang mengutuki atau meratapi kegelapan. Hal itu dipraktikkan pelari profesional asal Sijunjung, Sumatera Barat, Hamdan Syafril Sayuti (33), yang menghidupkan kembali kejuaraan lari bagi anak-anak muda di daerah asalnya selama pandemi Covid-19.
”Banyak adik-adik yang selama ini masih rajin berlatih bertanya, ’Bang, kapan ya ada lomba lagi’? Mereka bosan tidak ada perlombaan selama pandemi ini yang membuat mereka tidak tentu arah. Akhirnya, saya bicara dengan keluarga dan rekan-rekan untuk membuatkan kejuaraan. Saya berharap mereka tidak stop berlatih karena masa depan mereka masih panjang,” ujar Hamdan saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (5/1/2020).
Hamdan adalah atlet lari yang tidak tergabung di pemusatan pelatihan daerah (pelatda) ataupun pemusatan latihan nasional (pelatnas). Atlet kelahiran Jambi, 28 April 1987, itu bukan pula pegawai pemerintah ataupun karyawan swasta. Sehari-hari, dia menggantungkan penghasilan dari hadiah lomba dan sejumlah toko yang dimilikinya.
Namun, sejak muncul pandemi, mayoritas lomba lari ditunda, bahkan dibatalkan. Tak pelak, lebih dari separuh penghasilannya berkurang. Celakanya pula, omzet usaha toko kelontong, material, dan jasa dekorasi pelaminan miliknya juga menurun drastis akibat dampak Covid-19.
Sebagai gambaran, di masa normal, Hamdan bisa mengikuti dua-tiga perlombaan per bulan dengan total hadiah yang diterima berkisar Rp 30 juta-Rp 50 juta per bulan. Hadiah terbesar yang pernah diperolehnya Rp 185 juta ketika menjuarai Lombok Marathon 2019.
Sementara itu, penghasilan dari wirausaha sampingannya tidak sampai setengah jumlah hadiah lombanya yang biasa diraihnya dalam sebulan. Padahal, penghasilan itu tidak hanya untuk kebutuhan pribadinya, tetapi juga untuk keluarga.
”Sekarang, walau pendapatan dari toko tidak seberapa, tapi paling tidak masih bisa diandalkan untuk menyambung hidup sehari-hari,” kata anak kedua dari dua buah hati pasangan M Syaban dan Yusnani tersebut.
Sekarang, walau pendapatan dari toko tidak seberapa, tapi paling tidak masih bisa diandalkan untuk menyambung hidup sehari-hari.
Tetap berbagi
Kendati demikian, masa sulit itu tidak membuat Hamdan menutup mata dan hatinya akan kesulitan orang lain. Mantan atlet nasional dalam SEA Games 2015 Singapura itu tetap bermurah hati untuk berbagi. Ia menyisikan uang pribadinya Rp 10 juta untuk menggelar perlombaan bagi atlet muda di Sijunjung dan sekitarnya pada 9-10 November lalu.
Dana itu dipakai untuk menyediakan tempat tinggal dan makanan bagi para atlet dari luar Sijunjung, perangkat, serta hadiah lomba. Kejuaraan itu disambut positif oleh atlet muda. Ada sekitar 250 peserta dengan usia di bawah 17 tahun yang mengikuti kejuaraan lari dengan tujuh nomor pertandingan tersebut.
Padahal, hadiah lombanya tidaklah besar. Juara lomba mendapatkan Rp 300.000, peringkat kedua Rp 200.000, dan ketiga Rp 100.000 di masing-masing nomor perlombaan.
”Tapi, bagi atlet muda, ini pelecut semangat karena menjadi tempat mengevaluasi hasil latihan dan mengembalikan lagi insting berkompetisi setelah nyaris setahun tidak ada kejuaraan karena pandemi,” tutur atlet peraih urutan keempat maraton Pekan Olahraga Nasional 2016 Jawa Barat tersebut.
Upaya Hamdan tidak berhenti sampai di sana. Pada 7-28 Desember lalu, dirinya kembali tergerak untuk membuat kegiatan bagi para pemuda setempat. Bermodal uang pribadi Rp 7 juta, dirinya menggelar kejuaraan sepak bola lapangan mini. ”Ajang ini bukan untuk pembinaan, melainkan untuk menyediakan kegiatan yang positif kepada pemuda kampung,” ujarnya.
Berjiwa sosial
Jiwa sosial Hamdan sudah terbangun lama. Setidaknya, sejak 2018, dia melatih anak-anak yang punya minat pada atletik secara cuma-cuma atau gratis. Bukan hanya melatih, dirinya turut pula membelikan pakaian dalam, baju latihan, hingga sepatu untuk anak-anak didiknya.
”Anak-anak yang saya latih mayoritas dari keluarga kurang mampu. Tidak sedikit yang berlatih dengan kaki telanjang (tanpa sepatu) atau berlatih dengan kemeja karena tidak ada kaus,” katanya.
Sampai kini, sedikitnya 30 orang mengikuti kegiatan latihan yang digelar oleh Hamdan di pusat kota Sijunjung setiap hari pada pukul 06.00-09.00 dan 17.30-18.00. Hasilnya pun menggembirakan. Ada empat anak didiknya yang menembus Pusat Pembinaan dan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Barat.
”Saya bisa hidup lebih laik berkat atletik. Maka itu, saya ingin membantu adik-adik saya agar bisa mengubah hidup lebih baik lewat atletik,” tutur Hamdan yang sebelum menjadi atlet merupakan penjaja minuman keliling.
Saya bisa hidup lebih laik berkat atletik. Maka itu, saya ingin membantu adik-adik saya agar bisa mengubah hidup lebih baik lewat atletik.
Membantu pesantren
Di pertengahan 2019, Hamdan sempat membuat gerakan sosial berlari 75 kilometer dari Kantor Bupati Agam sampai Kota Bukittinggi. Misi atlet lulusan S-2 Jurusan Pendidikan Olahraga, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Padang, itu bertujuan untuk membantu pemugaran Pondok Pesantren Tamboa Madani di Tanjuang Bonai Aur, Kecamatan Sumpur Kudus, Sijunjung.
Saat itu, dia tergugah melihat kondisi bangunan pesantren yang sudah terbengkalai sekitar empat tahun. Dinding bangunan pesantren itu, yang terbuat dari anyaman bambu, sudah reyot. Padahal, pesantren yang berdiri sejak 2013 itu sudah melahirkan banyak penghafal Al Quran (hafiz) dan berprestasi dari tingkat kabupaten hingga nasional.
Gerakan sosial itu menghimpun sumbangan dari laman Kita Bisa dan mendapatkan dukungan hingga Rp 15 juta yang langsung disalurkan ke rekening pesantren tersebut. Aksinya pun mendapatkan simpati banyak orang yang memberikan dukungan secara langsung kepada pesantren.
Sekarang, pesantren itu sudah berdiri lebih kokoh untuk kembali melahirkan hafiz-hafiz baru. ”Saya tergerak untuk membantu pesantren itu karena melihat para murid dan gurunya tetap semangat belajar walau bangunan tempat belajarnya sangat tidak laik,” kata Hamdan.
Rekannya sesama atlet lari, Robi Siyanturi (22), yang ditemui di sela Borobudur Marathon 2020, mengatakan, Hamdan merupakan pelari senior yang sangat rendah hati. Tak hanya dermawan, Hamdan juga tak segan berbagi ilmunya kepada atlet-atlet muda atau para yuniornya.
Biodata:
Nama: Hamdan Syafril Sayuti
Lahir: Jambi, 28 April 1987
Ayah: M Syaban
Ibu: Yusnani
Prestasi:
Peringkat keempat maraton SEA Games 2015 Singapura (2 jam 38 menit 50 detik)
Medali perunggu maraton Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016 Jawa Barat (2 jam 28 menit 9 detik)
Juara maraton kategori nasional Borobudur Marathon 2018 dan 2017
Peringkat ketiga maraton kategori nasional Borobudur Marathon 2019 dan 2020
Juara maraton kategori nasional Bali Marathon 2018, 2016, 2015, dan 2014
Peringkat kedua maraton kategori nasional Bali Marathon 2017