Wawancara Khusus Dirut PT LIB : "Berikan Kami Kesempatan"
PT Liga Indonesia Baru masih terganjal izin keramaian Polri guna menggelar Liga 1. Setelah mayoritas klub ingin musim 2020 dihentikan, PT LIB menyiapkan format untuk liga musim 2021. Mereka berharap diberikan kesempatan.
PT Liga Indonesia Baru telah mendengarkan aspirasi seluruh klub Liga 1 dan Liga 2 terkait nasib kompetisi musim 2020 pada rapat virtual, Jumat (15/1/2021). Meskipun keputusan akhir liga berada di tangan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), mayoritas klub Liga 1 meminta musim 2020, yang terhenti sejak akhir Maret lalu, ditiadakan. Dengan demikian, kompetisi akan dilaksanakan dengan musim baru, 2021.
Selanjutnya PT LIB sebagai operator kompetisi profesional di Indonesia akan menyusun format dan berbagai persiapan kompetisi, termasuk menunggu izin keramaian dari Kepolisian Negara RI.
Di sela-sela rapat itu, Kompas berkesempatan melakukan wawancara dengan Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB) Akhmad Hadian Lukita terkait persiapan musim baru serta lika-liku kendala menggelar kelanjutan musim lalu yang batal digelar Oktober 2020. Berikut petikan wawancara yang dilakukan di kantor PT LIB di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, itu :
Bagaimanakan proses izin yang telah dilayangkan PT LIB kepada Polri selama ini sebenarnya?
Sejak Liga 1 2020 akan dimulai kembali 1 Oktober lalu, kami telah bertemu dengan beberapa kepala kepolisian daerah (polda) serta pihak berwenang di Mabes Polri, seperti Asisten Operasional Kepala Polri, untuk menyampaikan rencana pelaksanaan liga serta menjelaskan protokol kesehatan yang akan diterapkan. Mereka menyambut positif ketika itu. Tetapi, Polri pasti memiliki sejumlah pertimbangan saat tidak mengeluarkan izin itu, sehingga kami berupaya memahaminya.
Baca juga : Jagat Maya Gemakan Harapan Kembalinya Liga
Kalah oleh "fun football"
Sudah berapa kali surat permohonan izin itu dikirimkan?
PT LIB mengirimkan surat satu kali, beberapa bulan sebelum Oktober. Kemudian, jelang akhir tahun 2020, PSSI sudah dua kali mengirimkan surat permohonan izin kepada Polri.
Polri beralasan bahwa laga sepak bola akan menimbulkan kerumunan yang dikhawatirkan memunculkan cluster baru penyebaran Covid-19. Hingga awal Januari, Polri masih melakukan kajian untuk memberikan izin keramaian pelaksanaan kompetisi sepak bola profesional di Tanah Air.
Tetapi, hal itu kontras dengan kehadirannya sejumlah pertandingan ekshibisi, seperti fun football, yang sering dilaksanakan di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Alhasil, para pemain profesional juga sering mengikuti kegiatan fun football itu untuk bermain dengan para selebritis hingga influencer media sosial.
Apakah PT LIB bisa memberi jaminan kepada Polri dan pemerintah bahwa Liga 1 dan Liga 2 tidak menjadi kluster baru Covid-19?
Kami telah menyiapkan seluruh protokol kesehatan berdasarkan aturan FIFA yang telah diterapkan di seluruh kompetisi di dunia. Kami juga telah mendapat lampu hijau dari Satuan Tugas Penanganan Covid-19 yang menandakan protokol itu sesuai dengan kaidah pencegahan penyebaran pandemi. Selain itu, kami juga menyiapkan tes usap berkala. Sebagai contoh, kami melakukan tes usap kepada 1.076 pemain dan ofisial klub Liga 1 dan Liga 2, September lalu, dengan tingkat positivity rate sekitar 2 persen. Mereka yang positif kami karantina selama 3-4 hari, kemudian di tes lagi dan ternyata hasilnya sudah negatif. Kami melihat tingkat kekebalan tubuh pesepakbola sangat baik.
Kami berharap para pesepakbola menjadi prioritas untuk menerima vaksin. PSSI pun telah bersurat kepada Kementerian Kesehatan untuk vaksin itu. Andai tidak dapat yang gratis, kami siap membeli vaksin untuk para pemain, pelatih, dan ofisial pertandingan.
Tetapi, banyak orang skeptis dengan penerapan protokol kesehatan itu karena perilaku sebagian masyarakat yang abai?
Silakan para pihak yang berwenang beri kami kesempatan untuk melaksanakan pertandingan. Kalau bisa, kami siap memainkan dulu satu laga simulasi untuk melihat bagaimana protokol kesehatan itu diterapkan di lapangan. Harapannya, hal itu bisa menjadi pertimbangan Polri untuk mengeluarkan izin. Sebab, PT LIB ingin diberi kesempatan untuk membuktikan keseriusan dan kesiapan kami menyelenggarakan kompetisi. Kami tentu tidak ingin liga dijalankan dengan persiapan belum matang karena itu bisa merugikan banyak pihak.
Baca juga : Enggan Terus Merugi, Persiraja Bubarkan Tim
Vaksinasi mandiri
Jelang kompetisi bergulir, apakah pemain akan mendapatkan vaksinasi?
Kami berharap para pesepakbola menjadi prioritas untuk menerima vaksin. PSSI pun telah bersurat kepada Kementerian Kesehatan untuk vaksin itu. Andai tidak dapat yang gratis, kami siap membeli vaksin untuk para pemain, pelatih, dan ofisial pertandingan.
Bagaimana aturan terkait penonton?
Kami telah mendengar masukan dari klub tentang hukuman yang diberikan kepada klub yang tidak bisa mencegah kehadiran pendukungnya di stadion. Usulan itu jadi masukan bagi kami karena banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum mengeluarkan hukuman itu. Namun, kami menyambut positif klub yang sudah aktif mengampanyekan kepada fans untuk menyaksikan pertandingan di rumah.
Dalam bayangan PT LIB berapa lama liga akan berlangsung tanpa penonton?
Kami akan mempersilakan lagi penonton memenuhi stadion apabila seluruh masyarakat Indonesia telah menerima vaksin. Kami tidak ingin memberikan toleransi, misalnya 30 persen kapasitas bisa diisi ketika sebagian masyarakat telah divaksin. Hal itu akan menghadirkan kecemburuan di kalangan pendukung klub. Jadi, kalau vaksinasi membutuhkan dua hingga tiga tahun, maka setelah itu kami baru menyelenggarakan pertandingan dengan penonton.
Baca juga : Basket dan Sepak Bola Butuh Prioritas Vaksin
Siapkan skenario
Meskipun masih menunggu izin dari Polri, Hadian mengungkapkan, pihaknya telah menyiapkan sejumlah skenario kompetisi, termasuk regulasi tertentu, seperti degradasi hingga penggunaan pemain asing di Liga 1. Berbagai rencana itu, lanjutnya, akan dibicarakan dengan PSSI dan seluruh klub.
Bagaimana format Liga 1 di musim 2021?
Kami telah mempertimbangkan sejumlah format mulai dari satu wilayah hingga melakukan home tournament atau kompetisi yang dipusatkan di satu daerah tertentu. Tetapi, bagi kami, idealnya kompetisi Liga 1 masih akan menerapkan format satu wilayah seperti yang telah berjalan selama ini.
Baca juga : Liga-1 Terancam Semakin Tertinggal di Asia Tenggara
Banyak pemain muda dan pemain asing telah hijrah ke luar negeri akibat belum jelasnya kompetisi di Indonesia. Apakah PT LIB tidak khawatir kualitas Liga 1 akan menurun seiring berkurangnya pemain berkualitas?
Kualitas adalah hal yang akan kami korbankan apabila liga bisa dimulai lagi. Kami tidak bisa memaksakan para pemain itu tetap di klubnya karena kami semua masih menunggu izin. Terkait pemain asing, kami juga akan menyesuaikan dengan aturan pemerintah mengenai kehadiran warga negara asing. Kalau pun WNA tidak diizinkan masuk ke wilayah Indonesia, maka kami hanya gunakan pemain asing yang sudah ada di Indonesia. Di sisi lain, kompetisi nantinya bisa menjadi kesempatan besar bagi para pemain muda untuk hadir dan membuktikan diri.
Bagaimana dengan para sponsor? Apakah sudah ada komitmen untuk melanjutkan kerja sama?
Seluruh sponsor utama tetap menunggu kepastian kompetisi, tetapi mereka telah menyatakan akan mendukung pelaksanaan kompetisi di tahun ini. Tentu mereka memberikan sejumlah catatan, sehingga hal itu akan kami bicarakan setelah kepastian jadwal liga telah ada.
Bagaimana skema subsidi bagi klub yang sangat bergantung dari bantuan PT LIB itu untuk mendukung operasional di liga nanti?
Saya inginkan besaran subsidi bagi klub bertambah. Kami akan mencari jalan untuk itu.
Teknologi VAR
Selain dituntut untuk memastikan kejelasan kompetisi di tahun ini, PT LIB juga menerima banyak harapan dari publik yang menginginkan menyaksikan laga di Liga 1 dilengkapi teknologi tinggi seperti di luar negeri. Liga Thailand, Liga Malaysia, dan Liga Vietnam, menjadi perintis penggunaan teknologi dalam pertandingan sepak bola di kawasan Asia Tenggara.
Hadian mengungkapkan, PT LIB telah memiliki perlengkapan yang dibutuhkan wasit, seperti alat komunikasi untuk wasit utama dan dua asisten wasit, serta vanishing spray. Ia memastikan, seluruh perlengkapan itu akan diterapkan di seluruh laga kompetisi Liga 1 di musim baru nanti.
Bagaimana dengan penggunaan VAR (asisten wasit peninjau video)?
Ada kekurangan mendasar yang membuat VAR belum bisa diterapkan di Liga 1. Pertama, mayoritas stadion tidak memenuhi standar untuk pemasangan alat VAR. Kedua, sumber daya manusia untuk VAR belum ada. Untuk kursus lisensi VAR dari FIFA, satu wasit memerlukan biaya sekitar Rp 300 juta.
Apakah ada kemungkinan PT LIB menguji coba VAR dalam waktu dekat?
Untuk melengkapi pertandingan dengan VAR, satu stadion memerlukan biaya sekitar Rp 10 miliar untuk melengkapi alat VAR. Kami memahami besarnya biaya apabila klub ingin menerapkan VAR, sehingga kami belum memikirkan untuk menerapkan teknologi itu di sekitar 300 pertandingan dalam satu musim Liga 1. Meski begitu, PT LIB berencana untuk menggunakan VAR di partai-partai besar.
Baca juga : PSSI Songsong Era Teknologi VAR