Kemenangan Inter Milan atas Juventus membuat singgasana duo Milan di puncak klasemen Liga Italia terjaga. Peluang Inter dan saudara tuanya, AC Milan, merebut ”scudetto” kian besar. Sebaliknya, peluang Juve semakin berat.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
MILAN, SENIN — Kemenangan 2-0 Inter Milan atas Juventus dalam derbi Italia pada pekan ke-18 Liga Italia di Stadion Giuseppe Meazza, Milan, Senin (18/1/2021) dini hari WIB, bukan hanya menjaga harga dirinya, melainkan juga turut mengamankan singgasana duo Milan di puncak klasemen. Hasil itu membuat Inter kian menempel AC Milan di urutan pertama dan menghambat Juventus memangkas jarak dalam perburuan scudetto atau juara Serie A.
”Untuk mengalahkan tim kuat seperti Juventus, Anda perlu tampil sempurna. Kami bermain dengan sangat baik malam ini. Jalan yang mulai kami tempuh satu setengah tahun lalu kini mulai membuahkan hasil. Kami berada di arah yang tepat untuk memangkas jarak,” ujar Pelatih Inter Milan Antonio Conte, dikutip laman resmi Inter Milan, seusai laga tersebut.
Dalam laga itu, Inter Milan bermain sangat rapi. Mereka disiplin dalam bertahan dan menyerang dengan efektif. Adapun Juventus beberapa kali membuat celah di lini belakang saat berupaya melakukan serangan. Tak pelak, Samir Handanovic dan kawan-kawan bisa menang meyakinkan, 2-0, lewat gol tandukan Arturo Vidal pada menit ke-12 dan gol tembakan keras Nicolo Barella pada menit ke-52.
”Kemenangan ini sangat penting (untuk meningkatkan kepercayaan diri). Kami berhasil mengalahkan tim tangguh yang akan berjuang untuk memperebutkan scudetto hingga akhir musim. Kami juga mampu bersaing dan lapar untuk mengejar gelar juara,” kata Vidal menambahkan.
Kemenangan itu membuat Inter Milan tetap kokoh di urutan kedua klasemen dengan 40 poin dari 18 laga. Sejatinya, Inter mengumpulkan poin yang sama dengan saudara tuanya, AC Milan. Namun, ”Si Setan Merah” menyimpan satu laga, yaitu menghadapi Cagliari, Selasa (19/1/2020) dini hari WIB.
Juara paruh musim
Secara tidak langsung, raihan tiga poin Inter atas Juventus turut membentangkan karpet merah bagi AC Milan untuk meraih gelar campione d’inverno juara musim dingin. Juara musim dingin sering diartikan pula sebagai juara paruh musim.
Akan tetapi, karena liga musim ini terlambat start karena pandemi Covid-19, AC Milan sudah dianggap juara musim dingin pada akhir tahun lalu saat liga baru berjalan 14 pekan.
Artinya, jika menang atas Cagliari, AC Milan selangkah lagi merengkuh juara paruh musim sesungguhnya. Para pesaing mereka patut berhati-hati.
Padahal, kalau merujuk makna harfiahnya, juara paruh musim adalah gelar tidak resmi bagi tim yang berada di puncak klasemen setelah melalui separuh dari total laga dalam semusim. Sejak Liga Italia Serie A memakai format 20 tim, paruh musim adalah berjumlah 19 pekan dari total 38 pekan laga dalam semusim.
Artinya, jika menang atas Cagliari, AC Milan selangkah lagi merengkuh juara paruh musim sesungguhnya. Para pesaing mereka pun patut berhati-hati. Dari 17 kali juara paruh musim yang pernah diraih, klub yang berdiri sejak 1899 itu hanya sekali gagal menggenapkan gelar itu menjadi scudetto, yaitu pada musim 2002-2003 di mana juaranya adalah Juventus.
Terakhir kali AC Milan juara paruh musim adalah pada musim 2010-2011. Mereka pun sukses meraih scudetto pada akhir musim itu. Secara keseluruhan, sejak Liga Italia melakukan kompetisi penuh mulai musim 1929-1930, tingkat keberhasilan juara paruh musim meraih scudetto adalah 68,18 persen, hingga musim 2019-2020 lalu.
”Liga memang masih panjang. Tetapi, saya berharap kami terus melanjutkan performa seperti ini. AC Milan sedang lapar, berhasrat melakukan yang lebih. Tim ini harus punya keberanian untuk bermimpi memenangi scudetto,” ujar penyerang AC Milan, Zlatan Ibrahimovic, dikutip La Gazetta dello Sport beberapa waktu lalu.
Sebaliknya, kekalahan itu telah menahan laju Juventus untuk turut menempel AC Milan. ”Si Zebra” malah melorot dari urutan keempat ke peringkat kelima dengan koleksi 33 poin dari 17 laga. Kendati masih memiliki tabungan satu laga, menghadapi Napoli di waktu yang belum ditentukan, mereka masih tertinggal jauh dari AC Milan.
Langkah Juventus meraih scudetto 10 kali beruntun pun cukup berat mengingat persaingan musim ini lebih terbuka. Selisih poin dari peringkat pertama hingga keenam sangat ketat, belum mencapai dua digit poin. Kecuali AC Milan, tidak ada tim di peringkat kedua sampai keenam yang benar-benar kokoh di posisinya. Kelima tim silih berganti saling menyalip.
Bahkan, pada pekan ke-18 ini, Napoli bisa melompati AS Roma dan Juventus, dari urutan kelima ke tempat ketiga, dengan 34 poin dari 17 laga. Lompatan tangga klasemen itu buah dari kemenangan telak 6-0 Napoli atas tamunya, Fiorentina. Sementara itu, tim penuh kejutan musim lalu, Atalanta, terus menempel di peringkat keenam dengan 32 poin dari 17 laga.
Walau demikian, Juventus tetap tidak bisa dipandang sebelah mata. Sejarah mencatat, klub yang berdiri sejak 1897 itu pernah empat kali mencuri scudetto dari tim yang berpredikat juara paruh musim, yakni pada musim 2001-2002 (juara paruh musimnya AS Roma), 2002-2003 (AC Milan), 2015-2016 (Napoli), dan 2017-2018 (Napoli).
Sebagai tim yang berpengalaman merajai kompetisi lokal di Italia dengan raihan 36 kali scudetto, Juventus sangat jeli melihat kelengahan pesaingnya di pengujung musim.
”Kekalahan ini tidak mengurangi ambisi kami (dalam perburuan scudetto). Ini memang langkah yang salah. Tetapi, salah langkah seperti ini bisa saja terjadi. Kami harus segera bangkit untuk menatap laga selanjutnya,” ujar Pelatih Juventus Andrea Pirlo, dikutip Corriere dello Sport, seusai laga versus Inter. (AFP/REUTERS)