Liverpool berada dalam krisis terbesar musim ini. Krisis ditandai dengan runtuhnya kedigdayaan tim asuhan Klopp di Stadion Anfield.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
LIVERPOOL, JUMAT — Rekor tak terkalahkan Liverpool di Stadion Anfield selama 1.370 hari sejak April 2017 tumbang di tangan tim papan bawah Burnley. Kekalahan ini menambah panjang krisis ”Si Merah” yang belum menang empat laga beruntun. Realitas ini bagaikan tinju keras untuk membangunkan sang juara bertahan.
Kejutan lagi-lagi terjadi di Liga Inggris. Datang tanpa harapan ke Anflied, Burnley sukses mencuri tiga poin lewat kemenangan tipis atas Liverpool, 1-0, pada Jumat (22/1/2021) dini hari WIB. Gol penalti Ashley Barnes pada akhir laga mengubah nasib tuan rumah yang mendominasi sejak menit awal.
Kemenangan ini seperti jatuh dari langit bagi Burnley. Ini merupakan pertama kalinya mereka menang di markas angker Liverpool dalam 46 tahun terakhir. Hebatnya lagi, tim asuhan Sean Dyche ini meruntuhkan rekor 68 laga kali tak terkalahkan ”Si Merah” di Anfield.
Agak mustahil kami kalah di laga ini, tetapi itu terjadi. Ini adalah salah saya. Tanggung jawab saya. Kami memegang bola dan memiliki beberapa peluang, tetapi tidak mampu menyelesaikannya.
”Agak mustahil kami kalah di laga ini, tetapi itu terjadi. Ini adalah salah saya. Tanggung jawab saya. Kami memegang bola dan memiliki beberapa peluang, tetapi tidak mampu menyelesaikannya,” kata Juergen Klopp, Manajer Liverpool, setelah pertandingan, seperti dikutip BBC.
Bagi Klopp, kekalahan ini merupakan tinju yang sangat keras di wajahnya. Dia menyadari, ada problem besar dalam skuadnya. Tren tidak mampu menang dalam empat laga bukanlah kebetulan. Jika tidak sanggup bangkit, mempertahankan gelar juara musim ini akan jadi misi mustahil.
Walaupun banyak pemain bertahan cedera, masalah Liverpool justru bukan terletak pada lini belakang. Problem besar justru ada di lini serang mereka yang dipimpin Sadio Mane.
”Si Merah” packelik gol dalam empat laga terakhir. Mereka menciptakan 87 tendangan, tetapi tak satu pun bersarang di gawang lawan. Rekor buruk ini baru pertama kali terjadi di Liverpool sejak Mei 2000.
Problem tersebut yang tampak begitu jelas dalam laga dini hari tadi. Liverpool tampil seperti ”singa ompong”. Meski menguasai bola hingga 71 persen, Sadio Mane dan rekan-rekan tak banyak menciptakan ancaman berarti. Satu-satunya peluang emas dari striker Divock Origi, pada babak pertama, membentur mistar gawang.
”Si Merah” tampak kebingungan menghadapi pertahanan Burnley yang menerapkan blok rendah atau sering disebut parkir bus. Mereka berkali-kali melakukan umpan silang, tetapi duo bek sayap, Trent Alexander-Arnold dan Andrew Robertson, tidak dalam hari terbaiknya.
Klopp telah melakukan berbagai cara. Tidak lama setelah turun minum, sang manajer memasukkan duo striker, Mohamed Salah dan Roberto Firminom, yang tidak turun sejak menit awal. Namun, pergantian itu tidak banyak membantu.
”Kami banyak melakukan umpan silang untuk mencari pemain kosong, tetapi itu tidak berhasil sejauh ini. Sangat membingungkan ketika kami menang 7-0 (Desember 2020), lalu menghadapi tren ini. Kami tidak bisa membayangkan perebutan gelar juara di situasi saat ini,” tutur Klopp.
Burnley yang solid bersama kipernya, Nick Pope, justru mendapatkan ”durian runtuh” berkat kelalaian tuan rumah. Barnes menerima hadiah penalti seusai dijatuhkan kiper tuan rumah, Alisson Becker.
”Ini adalah kegilaan dari Liga Inggris. Kami baru saja kalah dalam dua laga, tetapi tiba-tiba mampu menang di stadion seperti ini. Hasil ini menunjukkan kompleksitas musim ini. Bahkan, tim besar juga bisa merasakan hari buruk,” kata Dyche.
Jammie Carragher, mantan bek Liverpool, berkata, skuad asuhan Klopp perlu membuang jauh-jauh pikiran juara dari pikiran. Sebelum melakukan itu, mereka harus memikirkan cara menghasilkan gol terlebih dulu.
”Mereka sedang dalam performa buruk. Anda mungkin tidak percaya ini terjadi pada mereka beberapa minggu terakhir. Problem ini perlu segera diselesaikan. Banyak tim yang mengejar juara musim ini. Situasi terus mengkhawatirkan sampai Liverpool bisa kembali ke jalur kemenangan,” jelas Carragher kepada Sky Sports.
Kekalahan ini membuat Liverpool harus puas berada di peringkat ke-4 klasemen sementara. Dengan laga tersisa dari pesaing, Totenham Hotspur dan Everton, sang juara bertahan sangat mungkin finis di luar empat besar dalam klasemen paruh musim. (AP/REUTERS)