Pelatnas Coba Bertahan di Tengah Pemangkasan Anggaran
Akibat pandemi Covid-19, anggaran bantuan pelatnas kali ini jauh lebih terbatas di banding tahun-tahun sebelumnya. Kendati demikian, pengurus cabang coba bertahan melanjutkan pelatnas di tengah keterbatasan anggaran itu.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Menjelang sejumlah ajang olahraga besar tahun ini, seperti Olimpiade Tokyo dan SEA Games 2021 Vietnam, sejumlah cabang mulai menyelenggarakan kembali pemusatan latihan nasional atau pelatnas. Namun, karena dampak pandemi Covid-19, anggaran bantuan pelatnas kali ini jauh lebih terbatas dibanding tahun-tahun sebelumnya. Kendati demikian, pengurus cabang tetap menerima situasi yang ada dan berupaya melaksanakan pelatnas di tengah pemangkasan anggaran tersebut.
Pelatnas panahan Pengurus Pusat Persatuan Panahan Indonesia (PP Perpani) misalnya. Mereka mengusulkan anggaran pelatnas 2021 sebesar Rp 24 miliar. Namun, setelah diverifikasi Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), mereka hanya menerima anggaran pelatnas sekitar Rp 8 miliar. Tanda tangan nota kesepahaman atau MOU antara PP Perpani dan Kemenpora sudah dilakukan, Selasa (6/4/2021).
Tim manajer pelatnas panahan sekaligus Kepala Bidang Hukum dan Promosi PP Perpani Ikhsan Ingratubun saat dihubungi, Jumat (9/4/2021), mengatakan, dengan anggaran itu, mereka harus menjalankan pelatnas dengan delapan atlet recurve, delapan atlet compound, serta sejumlah pelatih dan tim pendukung. PP Perpani mengakui anggaran itu amat terbatas.
Untuk itu, jelang Olimpiade Tokyo pada 23 Juli-8 Agustus, Perpani hanya sanggup melaksanakan pelatnas di dalam negeri dan satu kali ikut kejuaraan internasional, yakni Kejuaraan Dunia Panahan di Paris, Perancis, 22-27 Juni. Adapun Perpani sudah mengantongi dua tiket ke Olimpiade, yakni recurve putra dan putri. Melalui Kejuaraan Dunia yang menjadi kualifikasi Olimpiade terakhir, mereka berupaya menambah satu tiket dari tim recurve putra, putri, atau campuran.
Setelah itu, mereka praktis hanya melakukan pelatnas di dalam negeri tanpa ada uji coba internasional sebelum tampil di SEA Games 2021 di Hanoi, 21 November-2 Desember. ”Mungkin, selain pelatnas di Jakarta, kami akan melakukan pemusatan latihan di kawasan tinggi Jawa Barat, antara di Secapa AD, Bandung atau Pangalengan, Bandung sebelum SEA Games. Tujuannya untuk akulturasi cuaca Hanoi yang kemungkinan masuk musim dingin di akhir tahun ini,” ujarnya.
Kami syukuri bantuan yang telah diberikan pemerintah. Sekarang, kami berusaha cari tambahan karena niatnya mau ada uji tanding ke luar negeri, seperti ke Malaysia sebelum SEA Games.
Menurut Ikhsan, pihaknya berusaha menerima keterbatasan anggaran tersebut. Paling tidak, mereka tetap bisa menjalani pelatnas. Mereka pun berusaha mencari tambahan anggaran untuk pelatnas dari sponsor, terutama untuk menjalani uji tanding dengan tim lain di luar negeri. ”Kami syukuri bantuan yang telah diberikan pemerintah. Sekarang, kami berusaha cari tambahan karena niatnya mau ada uji tanding ke luar negeri, seperti ke Malaysia sebelum SEA Games,” katanya.
Sementara itu, Pengurus Besar Persatuan Menembak Sasaran dan Berburu Seluruh Indonesia (PB Perbakin) belum melakukan MOU bantuan anggaran pelatnas 2021 walau sudah memasukan proposal sejak tiga bulan lalu. Akan tetapi, mereka tetap melanjutkan pelatnas dengan menggunakan anggaran mandiri, terdiri dari 10 atlet untuk periode Januari-Juli, tambahan 11 atlet untuk Juli-Desember, serta sejumlah pelatih asing maupun lokal dan tim pendukung.
Sejauh ini, kepala pelatih target pelatnas PB Perbakin Glenn Clifton Apfel menuturkan, pihaknya sudah mengikuti sejumlah kejuaraan internasional kendati belum dapat anggaran bantuan pelatnas 2021, yakni Kejuaraan Menembak Asia Daring di awal Januari 2021 dan Kejuaraan Dunia Menembak di New Delhi, India, 15-26 Maret 2021. Hasilnya, penembak andalan Indonesia Vidya Rafika bisa menembus skor terbaiknya di nomor 10 meter senapan angin individu putri, yakni 629,8 poin dalam Kejuaraan Menembak Asia Daring.
Sebelumnya, rekor terbaik Vidya adalah 625,4 poin saat duduk di peringkat ke-14 Asia sekaligus memastikan meraih tiket Olimpiade pada Kejuaraan Asia Menembak 2019 di Doha, Qatar, 5-13 November 2019. Sementara itu, di latihan, rekor terbaik atlet berusia 19 tahun itu hanya di kisaran 628 poin.
Dalam Kejuaraan Dunia Menembak di India, Vidya duduk di peringkat kesembilan nomor 10 meter senapan angin individu putri, atau satu peringkat lagi untuk ikut putaran final. Pada nomor 50 meter senapan angin tiga posisi beregu putri, atlet kelahiran Depok, Jawa Barat, 27 Mei 2001 itu turut berkontribusi menyumbangkan medali perunggu.
”Ini modal berharga untuk Vidya. Kalau bisa mempertahankan skor 629,8 seperti di Kejuaraan Asia Daring, dia bisa masuk putaran final 10 meter senapan angin individu putri Olimpiade Tokyo. Sedangkan dengan perunggu di Kejuaraan Dunia, itu menambah kepercayaan dirinya untuk bisa merebut medali di 50 meter senapan angin tiga posisi individu putri Olimpiade,” tutur Glenn.
Saat ini, lanjut Glenn, kualifikasi Olimpiade Tokyo untuk menembak sudah berakhir sejak akhir tahun lalu. Sisa kuota ke Olimpiade bakal dibagi-bagi kepada negara peserta. Mereka berharap Indonesia mendapatkan satu tambahan di nomor putra yang akan diberikan kepada penembak 10 meter senapan angin andalan Indonesia Fathur Gustafian.
Dengan begitu, Indonesia bisa ikut lima nomor di Olimpiade, yakni 10 meter senapan angin putra-putri dan beregu, serta 50 meter senapan angin tiga posisi putra-putri. ”Kami berharap anggaran pelatnas segera turun agar persiapan menuju Olimpiade dan SEA Games lebih optimal. Apalagi peluang Indonesia meraih medali di Olimpiade dan mempertahakan gelar juara umum menembak di SEA Games cukup besar,” tegasnya.
Dampak pandemi
Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto menyampaikan, pemangkasan anggaran pelatnas itu dampak dari pandemi Covid-19 yang membuat anggaran semua kementerian/lembaga dipotong sejak tahun lalu. Awalnya, ada beberapa cabang olahraga tidak bisa menerima. Namun, setelah diberikan pemahaman, akhirnya semuanya bisa menerima kondisi tersebut. ”Semuanya mesti maklum karena kita masih menghadapi pandemi,” terangnya.
Terlepas dari itu, Gatot menjelaskan, baru 20 cabang olahraga dari sekitar 60 cabang anggota Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Komite Paralimpiade Indonesia (NPC) yang telah mengajukan proposal untuk pelatnas Olimpiade Tokyo ataupun SEA Games 2021. Mereka telah mengajukan proposal sejak awal tahun ini.
Sampai kini, 15 cabang sudah menjalani MOU sedangkan enam cabang belum. Enam cabang yang belum, yakni PB PBSI (bulu tangkis), PB PSSI (sepak bola), PB Perbakin, PB PSOI (surfing), PB ISSI (sepeda), dan PB PASI (atletik).
Cabang-cabang itu belum MOU karena berkas dokumen yang belum lengkap, seperti surat rekomendasi atau pelantikan dari KONI, laporan penggunaan anggaran 2020, kontrak pelatih asing, hingga surat kuasa dari ketua umum ke sekretaris umum/jenderal. ”Kami harap mereka bisa segera melengkapi dokumen tersebut. Apalagi sebagian dari mereka bakal mengikuti Olimpiade Tokyo. Kalau terlambat, mereka sendiri yang rugi,” pungkas Gatot.