Pelita Jaya menunjukkan wajah aslinya dalam laga hidup atau mati. Dengan permainan agresif yang konsisten mereka tampilkan sepanjang musim, mereka membalas tuntas kekalahan dari Satria Muda.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah kalah telak dalam laga pembuka final IBL 2021, skuad Pelita Jaya menolak untuk menyerah. Andakara Prastawa dan rekan-rekan bangkit dan berhasil mencuri gim kedua atas Satria Muda. Mereka memperlihatkan wajah asli sebagai tim paling produktif.
Pelita Jaya sukses memenangi duel dramatis gim kedua atas Satria Muda, 71-65, di Arena BritAma, Jumat (4/6/2021). Di luar dugaan mereka bangkit dari kekalahan defisit 20 poin, 50-70, pada laga pertama final.
Aksi heroik ditampilkan forward Hardian Wicaksono (21 poin, 6 asis) dan guard Agassi Goantara (16 poin, 7 rebound, 6 asis). Dua punggawa timnas ini menjadi mesin skor tim dengan kombinasi total 37 poin. Keduanya menebus penampilan buruk di gim pertama saat hanya menyumbang total 6 poin.
Penampilan memukau ini membuat Wicak (27) tidak berhenti tersenyum sejak bel akhir laga. Dia tidak lagi malu dengan penampilannya sendiri.
”Jujur saya malu, kepikiran terus sampai tidak bisa tidur karena kalah itu. Saya baru sadar jangan terlalu banyak berpikir, main lepas aja. Itu yang ada di pikiran saya hari ini. Intinya, saya belum mau pulang,” kata pemain yang baru pertama merasakan final itu.
Kapten Pelita Jaya, Andakara Prastawa, juga berperan penting dalam kemenangan ini. Tembakan tiga poin Prastawa pada menit terakhir kuarter empat, membuat Pelita Jaya menjauh dari kejaran lawan, 71-65. Momentum Satria Muda untuk merebut gelar juara pun berakhir.
Pelita Jaya suskes memperpanjang nyawa di final. Kedudukan duel tim sekota ini sekarang imbang, 1-1. Penentuan gelar juara musim ini akan berlangsung pada gim ketiga, Minggu pukul 19.00 WIB.
Rileks
Seperti kata Wicak, skuad Pelita Jaya memang lebih rileks, tidak terlihat wajah kaku seperti pada gim pertama. Skuad asuhan pelatih Ocky Tamtelahitu ini menjadi bisa lebih tenang memperlihatkan gaya bermain cepat dan agresif, yang ditampilkan konsisten nyaris sepanjang musim.
”Jadi sebagai tim non-unggulan melawan tim berpengalaman seperti Satria Muda, kami seharusnya bisa menikmati permainan. Saya sampaikan itu kepada mereka. Puji Tuhan, anak-anak bisa berlari dan bermain bola basket seperti biasanya hari ini,” tutur Ocky tentang instruksi sebelum laga.
Kualitas serangan Pelita Jaya meningkat pesat, terutama dalam lemparan jauh yang merupakan kelebihan utama mereka. Akurasi tembakan tiga poin Prastawa dan rekan-reman mencapai 30 persen (7-23), lebih baik dari sebelumnya 5 persen (1-19). Tim paling produktif di liga, rata-rata 82,5 poin per gim, ini pun menunjukkan kembali wajah aslinya.
Saya baru sadar jangan terlalu banyak berpikir, main lepas aja. Itu yang ada di pikiran saya hari ini. Intinya, saya belum mau pulang.
Tim dengan penembak jitu, seperti Prastawa, Wicak, dan Agassi, ini konsisten memimpin sepanjang laga. Satria Muda coba mengejar lewat aksi Arki Wisnu (18 poin), tetapi selalu bisa dibalas oleh Pelita Jaya.
Kata Ocky, ini adalah pelajaran bagi mereka untuk gim penentu nanti. ”Di semua pertandingan, eksekusi yang baik pasti berasal dari ketenangan. Karena itu kami harus lebih tenang lagi dalam gim ketiga,” katanya.
Momentum kini berbalik ke arah Pelita Jaya. Ini merupakan kemenangan pertama mereka musim ini atas rival sekota. Dalam dua duel terdahulu, di final dan musim reguler, mereka selalu kalah telak lebih dari 20 poin setiap gim.
Di sisi lain, agresivitas Pelita Jaya dalam bertahan juga sukses menahan serangan lawan. Pertahanan zona mereka membuat Satria Muda hanya memiliki akurasi lemparan 31 persen (21-67).
Pelatih Satria Muda Milos Pejic mengucapkan, ini adalah alarm peringatan. ”Mereka bermain lebih baik hari ini, lebih agresif. Kami bertahan di bawah standar seharusnya. Saya selalu mengatakan, final ini akan menjadi peperangan mental kedua tim. Kami akan lebih baik di gim terakhir,” ujarnya dengan nada tenang.
Tekanan kini berbalik ke pundak Arki dan rekan-rekan. Musim ini, tidak ada tim yang menang di playoff ketika kalah pada gim kedua. Tim yang bisa menyamakan kedudukan setelah tertinggal 0-1, selalu melaju dan membalikkan keadaan jadi 2-1. Kebangkitan itu dibuktikan West Bandits Solo dan Louvre Surabaya di babak awal playoff.