Pengalaman pertama tampil di Olimpiade akhirnya dirasakan oleh Melati Daeva Oktavianti. Ketatnya persaingan di Olimpiade nyaris menghasilkan kekalahan bagi pasangan Praveen/Melati.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
TOKYO, SABTU — Atmosfer tingginya level persaingan di Olimpiade akhirnya dirasakan pebulu tangkis ganda campuran Melati Daeva Oktavianti. Pengalaman pertama tampil di Olimpiade, yang hampir membuahkan kekalahan, menjadi bekal bagi partner Praveen Jordan itu untuk menghadapi persaingan penyisihan grup yang kian berat.
Sebagai pasangan dengan peringkat dunia tertinggi di Grup C ganda campuran Olimpiade Tokyo 2020, ganda Indonesia peringkat keempat dunia itu sebenarnya mendapat keuntungan dalam laga awal mereka di Musashino Forest Sport Plaza, Sabtu (24/7/2021). Praveen/Melati berhadapan dengan pasangan peringkat terendah pada grup yang sama, Simon Leung/Gronya Somerville (Australia), yang berada di posisi ke-57 dunia.
Menghadapi lawan dengan prestasi lebih rendah, Praveen/Melati mendapat kesempatan menang dengan skor setelak mungkin. Dengan format round robin dalam penyisihan grup, setiap poin yang didapat sangat berarti untuk menentukan posisi dalam klasemen. Sebanyak 16 pasangan yang bersaing dalam empat grup, pada setiap nomor ganda, memperebutkan posisi dua teratas untuk lolos ke perempat final.
Akan tetapi, alih-alih bisa menang telak, Praveen/Melati justru membuat kubu ”Merah Putih” khawatir. Setelah kehilangan gim pertama, meski unggul lebih dulu 20-14, mereka hampir kehilangan gim kedua. Juara All England 2020 itu akhirnya bisa menghindar dari kekalahan dan menang, 20-22, 21-17, 21-13.
Melati, melalui tim Humas dan Media PP PBSI, mengatakan, penampilannya belum maksimal karena tegang. Kekalahan pada gim pertama pun sulit dilupakan hingga mereka melakukan banyak kesalahan pada gim kedua.
Beruntung, pelan-pelan kami bisa bangkit. Kuncinya, komunikasi terus sama Jordan dan saya terus menguatkan diri sendiri, banyak ngomong sama diri sendiri dan teriak.
”Beruntung, pelan-pelan kami bisa bangkit. Kuncinya, komunikasi terus sama Jordan dan saya terus menguatkan diri sendiri, banyak ngomong sama diri sendiri dan teriak,” ujar Melati bercerita tentang caranya untuk melepas ketegangan.
Tokyo 2020 menjadi Olimpiade pertama Melati, tetapi bagi Praveen ini menjadi pengalaman kedua. Di Rio de Janeiro 2016, dia bermain bersama Debby Susanto dan bertahan hingga perempat final.
Tidak mudah
Asisten pelatih ganda campuran pelatnas bulu tangkis Nova Widhianto menilai, Olimpiade pertama selalu tak mudah untuk dijalani, termasuk untuk Melati. ”Sekarang, yang penting menang dulu meski mainnya belum memuaskan. Tetapi, seandainya tadi mereka bisa menjaga fokus dan tidak kendur menjelang akhir gim pertama, mungkin skornya tidak akan seketat ini,” komentar Nova di Tokyo.
Nova, yang berpengalaman tampil dalam dua Olimpiade dan mendapat medali perak dari Olimpiade Beijing 2008 bersama Liliyana Natsir, berbagi pengalaman dengan Praveen/Melati. Sebelum berpasangan dengan Liliyana, Nova bermain bersama Vita Marissa di Olimpiade Athena 2004.
”Saya memberi pengertian bahwa Olimpiade adalah paling prestisius dan hanya digelar empat tahun sekali. Jadi, mereka jangan sampai kalah karena hal-hal kecil. Atmosfer di Olimpiade ini sudah seperti final sejak awal, jadi melawan siapa pun harus fokus,” tutur sosok yang menjadi asisten pelatih bagi Richard Mainaky itu.
Nova mengingatkan hal itu karena tantangan akan semakin besar dari satu pertandingan ke pertandingan lain. Praveen/Melati akan menjalani laga kedua melawan Mathias Christiansen/Alexander Boeje (Denmark), Minggu. Dalam dua pertemuan sebelumnya, pasangan asal PB Djarum itu selalu menang, tetapi dengan skor yang selalu ketat.
Untuk mengamankan peluang menjadi dua pasangan peringkat teratas, Praveen/Melati harus menang dengan skor lebih meyakinkan karena akan bertemu lawan yang lebih sepadan pada pertandingan terakhir, yaitu Yuta Watanabe/Arisa Higashino (Jepang). Pada pertandingan Jumat, Watanabe/Higashino menang, 20-22, 21-11, 21-15, atas Christiansen/Boeje.
Modal ganda putra
Dua wakil ganda putra Merah Putih meraih modal baik dengan kemenangan dua gim atas lawan masing-masing. Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon mengalahkan Ben Lane/Sean Vendy (Inggris Raya), 21-15, 21-11. Adapun Hendra Setiawan/Mohamad Ahsan menang atas Jason Ho-Shue/Nyl Yakura (Kanada), 21-12, 21-11.
Kemenangan tersebut, serta hasil yang didapat pesaing mereka, menempatkan dua ganda Indonesia peringkat teratas dunia itu pada puncak klasemen di grup masing-masing: Kevin/Marcus memimpin Grup A, adapun Hendra/Ahsan di Grup D.
Meski menjalani debut dalam Olimpiade dalam kondisi setelah lama tak bertanding, Kevin/Marcus bisa langsung tampil dengan baik. Terakhir, mereka bertanding pada babak pertama All England, Maret, sebelum tim Indonesia didiskualifikasi. Momen itu terjadi karena skuad Indonesia memiliki kontak erat dengan penumpang pesawat, dari Turki ke Inggris, yang positif Covid-19.
”Kami memang sudah lama tidak bertanding di laga kompetitif, tetapi kami punya kawan latih tanding yang bagus di pelatnas. Di sana, pemain ganda putra berlevel kelas dunia semua. Jadi, selama latihan yang panjang, kami merasa rasa kompetitifnya tetap ada,” tutur Marcus.
Pada pertandingan kedua dalam grup dengan persaingan terkeras, Senin, ganda berjulukan ”Minions” itu akan berhadapan dengan Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty (India) yang membuat kejutan dengan mengalahkan Lee Yang/Wang Chi Lin (Taiwan), 21-16, 16-21, 27-25. Lee/Wang berada pada penampilan terbaik tahun ini dengan menjuarai tiga turnamen dalam tiga pekan beruntun di Thailand, Januari.
Kemenangan pada laga pertama juga didapat pemain Indonesia lainnya, Greysia Polii/Apriyani Rahayu dan Jonatan Christie. Dari tujuh wakil yang tampil di Tokyo, dua akan memulai penampilan pada Minggu, yaitu Anthony Sinisuka Ginting dan Gregoria Mariska Tunjung.