Madison Square Garden, Sepatu Sempit Michael Jordan, dan Tembakan Jitu Stephen Curry
Pemain basket Golden State Warriors, Stephen Curry, mencatat rekor pencetak tiga angka terbanyak dalam sejarah NBA. Rekor tercipta di Madison Square Garden, New York, yang dianggap lapangan sakral bagi Michael Jordan.
Oleh
YUNIADHI AGUNG
·6 menit baca
Madison Square Garden, kandang klub basket NBA, The New York Knickerbockers, ditakdirkan mencatat sejarah besar untuk kompetisi NBA. Stadion yang pernah ”diledakkan” dalam film fiksi Godzilla ini menjadi tempat istimewa bagi para pemain legenda NBA.
Michael Jordan, salah seorang pemain basket terhebat di jagat raya, menganggap Madison Square Garden (MSG) adalah lapangan basket yang sakral. Saat mengakhiri kariernya sebagai pemain Chicago Bulls pada 8 Maret 1998, Jordan memaksakan diri mengenakan sepatu ikonik Air Jordan dengan kombinasi warna merah putih hitam, warna kostum Bulls. Jordan merasa harus memakai sepatu yang membuatnya termasyhur ketika menghadapi lawan favoritnya, New York Knicks, untuk terakhir kalinya.
Sepatu yang dipakai di awal kariernya sebagai pemain basket di NBA itu jelas sudah tidak nyaman dan sempit. Jordan tetap bermain meski setelahnya kakinya penuh dengan lecet. Bagi Jordan, pengorbanan ini telah berbuah momen yang akan selalu dikenang pencinta olahraga basket.
Pada 23 tahun setelah aksi sepatu kesempitan Jordan, MSG kembali menjadi tempat pencatat sejarah. Pertandingan antara New York Knicks dan Golden State Warriors, Rabu (15/12/2021) pagi WIB, baru berjalan 4 menit 6 detik saat point guard Warriors, Stephen Curry, berkelit kilat dari hadangan lawan dan sepersekian detik kemudian melompat untuk memasukkan tembakan tiga angka. Tembakan itu mengukuhkan Curry sebagai penghasil tiga angka terbanyak sepanjang 75 tahun sejarah NBA.
Begitu bola melesak di ring, semua yang hadir di MSG bersorak. Tim Warriors langsung meminta time out agar hadirin bisa merayakan momen istimewa tersebut. Kamera televisi yang menayangkan langsung pertandingan itu menangkap setiap momen setelah pencatatan rekor tersebut. Dalam pengambilan gambar close up, terlihat ekspresi tidak percaya Curry yang telah mencetak 2.974 tembakan tiga angka. Tembakan itu telah melewati jumlah tembakan tiga angka pensiunan pemain NBA, Ray Allen.
Semua orang yang mencintai permainan basket merasa perlu untuk menyaksikan peristiwa bersejarah ini. Ketika Warriors mengalahkan Indiana Pacers sehari sebelumnya, jagat media sosial telah heboh setelah Curry hanya berjarak dua tembakan tiga angka untuk melewati jumlah total tembakan tiga angka yang dicetak oleh Allen.
Saya merasa gugup menonton pertandingan ini. Ini adalah salah satu momen terbesar dalam sejarah NBA.
Sebelum tip off dimulai, kamera telah menyorot sosok Allen yang duduk di kursi penonton menunggu rekornya dilintasi. Peringkat ketiga pencetak tiga angka terbanyak, Reggie Miller (2.560 tembakan), yang malam itu didaulat menjadi komentator pertandingan, tidak bisa menyembunyikan perasaan.
”Saya merasa gugup menonton pertandingan ini. Ini adalah salah satu momen terbesar dalam sejarah NBA,” ucap Miller.
Curry berjalan menuju sisi lapangan. Dia membawa bola yang masuk keranjang sebagai kenang-kenangan. Bola tersebut dilemparkan dengan pelan ke arah Del Curry, ayahnya yang datang menyambut. Del Curry menerima bola tersebut dan kemudian memeluk Stephen Curry. Bagi Stephen, ayahnya adalah alasan utama dia bermain basket. Del Curry bermain di NBA pada periode 1986-2002 dan setelah berhenti bermain, dua anaknya meneruskan warisannya. Selain Stephen, ada Seth Curry yang kini bermain untuk tim Philadelphia 76ers.
Rekan tim dan pemain lain menghampiri Stephen Curry untuk memberi selamat. Draymon Green, pemain penyangga Warriors yang telah dianggap sebagai tetua dan panutan tim, memeluk Stephen Curry. Green adalah loyalis yang mengorbankan kemampuan personal demi kesuksesan tim. Allen turun dari kursi penonton dan membisikkan ucapan ke telinga Curry. ”Selamat, itu adalah peristiwa yang besar,” ucap Allen dengan sportif.
Hari itu adalah hari yang besar untuk NBA. Sebagai sebuah kompetisi olahraga terbesar di dunia, NBA selalu sukses meneruskan tongkat estafet lintas generasi agar menjadi sebuah tontonan yang menarik. NBA beradaptasi dengan zaman dengan segala kemajuan aturan pertandingan dan juga pendukungnya, seperti promosi. Satu hal yang tidak pernah hilang dan pasti terjadi adalah NBA selalu sukses memproduksi legenda.
Semua pemain di NBA bisa berpotensi menjadi legenda, tetapi tidak banyak dari para legenda itu yang mencatatkan sejarah dalam hal statistik penampilan. Stephen Curry, legenda yang menjadi penerus zaman kegemilangan generasi Kobe Bryant dan kawan-kawan di NBA, telah melesakkan posisinya di griya tawang yang diisi oleh para penembak jarak jauh jitu NBA.
Stephen Curry, lahir 33 tahun lalu, telah menjelajahi kompetisi NBA selama 12 tahun. Curry kecil telah mengenal permainan basket dan rutin menonton pertandingan NBA saat ayahnya bermain. Sebagai pemain dengan postur tubuh yang biasa untuk pemain NBA (188 sentimeter), tidak ada pilihan lain bagi Curry untuk melatih kemampuan mobilitas dan tembakan dibandingkan dengan kekuatan fisik.
Saat menjadi pemain draft tahun 2009, Curry perlahan-lahan mengembangkan kemampuan menembak tiga angka. Curry yang tidak pernah berpindah tim secara pelan membantu membangun kejayaan Golden State Warriors. Dari tim semenjana yang hanya punya sejarah kegemilangan di masa lalu, Warriors berubah menjadi langganan tim playoff.
Kolaborasi pemain dan tim pelatih menjadikan Warriors mampu menjadi juara NBA tiga kali (2015, 2017, 2019). Pencapaian pribadi Curry adalah dua kali menjadi pemain terbaik NBA (2015, 2016). Pada kompetisi NBA tahun lalu, Curry bisa saja menjadi pemain terbaik NBA jika saja Warriors lolos ke babak playoff.
Permainan Curry bukanlah gaya permainan pemain NBA yang umumnya selalu menarik ditonton. Dia bukan sosok yang meledak-ledak di lapangan, menggunakan kekuatan fisik untuk merebut bola, dan dengan energi tinggi melesakkan dunk ke keranjang. Sosok Curry di lapangan ibarat sebuah komposisi musik klasik yang menyajikan harmonisasi permainan.
Kelebihan Curry adalah kemampuan gerak kaki yang lincah dan fleksibel, yang mampu meliuk-liuk di semua sisi lapangan. Sangat sulit bagi lawan untuk menjadi Curry karena dia selalu lebih cepat melangkah. Gerak split second split moment ini dimanfaatkan Curry untuk melompat dan mengarahkan tembakan dari luar garis setengah lingkaran pertahanan lawan.
Curry selalu melatih tembakan jarak jauhnya sehingga dari posisi sangat jauh pun tembakannya masih sangat akurat. Ia juga dikenal cerdik memanfaatkan situasi dan kerap memanfaatkan posisi lawan saat menembak tiga angka sehingga lawan terkena foul dan memberikan keuntungan kesempatan tambahan satu tembakan bebas.
Tidak ada kontroversi yang menyertai Curry selama berkarier di NBA. Dia tipikal pemain yang menikmati permainan dan menghindari konfrontasi dengan lawan. Penonton selalu terhibur dengan cara Curry mencetak angka. Di luar lapangan, Curry hidup bahagia dengan istri, Ayesha, yang merupakan selebritas televisi, bersama tiga anaknya, Riley, Ryan, dan Canon.
Pada pertandingan melawan New York Knicks yang dimenangi Golden State Warriors dengan skor 105-96, Curry mencetak lima tembakan tiga angka dari total 22 poin yang dia buat. Dengan total raihan 2.978 angka, Curry berjarak 469 tembakan angka dari pemain yang masih aktif bermain, yaitu James Harden dari tim Brooklyn Nets, yang berada di posisi keempat dalam kategori pencetak tiga angka terbanyak sepanjang masa NBA.
Curry masih akan terus memperbanyak jumlah raihan tembakan tiga angka mengingat dia masih akan bermain hingga beberapa kompetisi ke depan.
NBA dan pencinta basket di dunia telah menikmati keberhasilan Stephen Curry, sosok yang sangat ideal untuk menjadi panutan, saat berada di dalam lapangan ataupun ketika berada di luar arena.