Pesan Ancaman Pelita Jaya
Pelita Jaya sukses melampiaskan dendam kekalahan di final musim lalu dari Satria Muda. Mereka menebar pesan sebagai kandidat juara musim ini.
JAKARTA, KOMPAS — Pelita Jaya Bakrie Jakarta membuktikan diri, skuad mereka sudah lebih siap menyabet gelar juara musim ini. Di tengah kembalinya Fictor Gideon Roring ke kursi pelatih, Pelita Jaya membuka musim baru lewat kemenangan atas sang juara bertahan, Satria Muda Pertamina Jakarta, dalam laga bertajuk ulangan final musim lalu.
Musim lalu, Pelita Jaya yang dipimpin point guard tim nasional, Andakara Prastawa, menyerah dari Satria Muda dalam pertarungan tiga gim di partai puncak. Ketika itu, tim yang berisi mayoritas pemain muda itu dikatakan belum cukup dewasa untuk menjuarai liga.
Prastawa dan rekan-rekan enggan mengulangi kekalahan pahit di Derbi Jakarta. Mereka membalas dendam lewat kemenangan dramatis atas sang tetangga, 69-65, pada hari pembuka Seri 1 Jakarta di Hall Basket Senayan, Sabtu (15/1/2022).
Baca juga : IBL Mengembalikan Roh Pertandingan
Saking sengitnya, kemenangan baru dipastikan hingga detik terakhir pertandingan. ”Kemenangan yang sulit. Walaupun sulit, kemenangan tetaplah kemenangan. Hari ini memperlihatkan kaliber pemain kami untuk musim baru. Meskipun persiapan terbatas, kualitas terlihat di lapangan,” ucap Fictor.
Pelita Jaya lebih siap musim ini karena memiliki salah satu center asing terbaik di liga, Dior Lowhorn. Dengan tubuh kokoh seperti tank, dia mendominasi di area dalam lawan dengan sumbangan 12 poin, 4 rebound, dan 2 blok.
Mantan pemain Satria Muda ini tidak hanya menyumbang poin dari area dalam, tetapi juga menarik gravitasi pertahanan. Alhasil penembak Pelita Jaya bisa lebih terbuka. Prastawa, yang sering tidak terkawal, mencatat 12 poin dalam laga ini.
Sementara itu, skuad asuhan Fictor juga terbantu dengan kehadiran rookie berbakat musim ini, seperti Muhamad Arighi dan Fernando Manansang. Kedua pemain ini diturunkan dalam menit-menit krusial pertandingan. Energi besar mereka mampu menghadirkan percikan dalam laga.
Baca juga : Puncak Euforia Menyambut IBL 2022
Pelita Jaya langsung tancap gas pada kuarter pertama. Strategi full court press mereka efektif menyulitkan lawan yang tampil tanpa sang jenderal lapangan, Hardianus. Mereka unggul jauh, 22-7, lewat sumbangan 7 poin dari Arighi.
Satria Muda, setelah tertinggal 7-32, mencoba bangkit lewat raihan 14 poin beruntun. Arki Dikania Wisnu dan rekan-rekan mulai menemukan ritme serangan seiring peningkatan performa di pertahanan. Mereka sering mendapat serangan balik karena eksekusi gagal tim lawan.
Derbi yang dipenuhi banyak pemain timnas ini memanas pada kuarter ketiga. Satria Muda yang tampil tanpa Arki nyaris menguasai lapangan sepanjang kuarter ketiga ini karena foul trouble, sempat menipiskan jarak hingga dua poin, 46-48. Sang rival menemui jalan buntu setiap dalam penguasaan menyerang.
Kemenangan yang sulit. Walaupun sulit, kemenangan tetaplah kemenangan. Hari ini memperlihatkan kaliber pemain kami untuk musim baru. Meskipun persiapan terbatas, tetapi kualitas terlihat di lapangan.
Saling kejar poin pun terjadi pada kuarter pamungkas. Skor masih imbang saat laga tersisa 41 detik. Center timnas, Vincent Kosasih, menjadi pahlawan Pelita Jaya lewat poin dari jarak dekat pada detik-detik terakhir.
Kehadiran Fictor memberikan suntikan lebih bagi anak asuh Pelita Jaya. Pelatih yang musim lalu menjabat manajer ini membuat keputusan unik pada lima menit terakhir. Dia memainkan semua pemain lokal karena serangan tidak berjalan. Perjudian itu berbuah manis. ”Saya sangat percaya dengan pemain lokal,” ucap sang pelatih.
Kata Prastawa, keharmonisan tim Pelita Jaya lebih bagus pada musim ini. ”Kepercayaan pelatih kepada kami itu sangat berarti. Chemistry antara pemain lokal dan pelatih lebih baik. Itu membantu penampilan kami,” jelasnya.
Pelatih Satria Muda Youbel Sondakh mengatakan, kekalahan ini bermula dari performa pemainnya yang lambat panas. ”Tetapi saya mengapresiasi anak-anak yang bisa mengejar dan memberi perlawanan sampai akhir pertandingan,” ucapnya.
Laga klasik ini disaksikan langsung sekitar 500 penonton, atau 20 persen kapasitas Hall Basket Senayan. Penonton memberi warna yang tidak terlihat selama pandemi. Teriakan dan sorakan mereka dari tribune berhasil memancing pemain lebih ekspresif.
Baca juga : Youbel Sondakh Siap Pertahankan Gelar Satria Muda
Kehadiran penonton juga memberikan tekanan tersendiri. Mereka sering mengusik pemain saat lemparan bebas dengan mengeluarkan suara bernada minor. Hal itu sempat mengganggu Lowhorn yang gagal mengeksekusi dua lemparan bebas pertama.
Penuh hiburan
Sebelum laga puncak, pertandingan bernuansa industri hiburan tersaji antara West Bandits Combiphar Solo versus tim baru, Rans PIK Basketball. Laga ini menarik karena keterlibatan dua selebritis di balik layar klub, Raffi Ahmad sebagai pemilik Rans dan Gading Marten sebagai Presiden West Bandits.
Kedua figur publik kawakan ini turut menonton langsung di tribune. Raffi dan Gading menciptakan hiburan sendiri dari luar lapangan dengan saling perang kata-kata yang diikuti tingkah ekspresif. Penonton pun sering memalingkan pandangan ke arah mereka saat salah satu tim mencetak poin.
Sayangnya, pertarungan di lapangan berlangsung timpang. West Bandits, semifinalis musim lalu, mengalahkan tim debutan Rans PIK tanpa kesulitan berarti, 75-57. Kontribusi pemain cadangan yang mencapai 43 poin menjadi kunci kemenangan West Bandits. Salah satu pemain pelapis yang tampil cemerlang adalah guard Rio Disi (12 poin).
Baca juga : Pesona Baru Indonesia Patriot
Adapun cadangan Rans hanya menyumbang total 17 poin. ”Saya pikir kedalaman tim bukan masalah utama. Mungkin saya kurang mempersiapkan mental. Kami kalah dari sisi mental. Tidak bisa mengeksekusi rencana yang seharusnya,” kata pelatih Rans, Koko Heru Setyo Nugroho.
Hari pembuka Seri Jakarta merupakan oase yang dinanti para penggemar bola basket nasional. Setelah dua tahun bergulat dengan pandemi Covid-19, akhirnya IBL bisa menghadirkan penonton ke dalam arena. Adapun IBL merupakan liga profesional pertama di Indonesia yang diizinkan mendatangkan penonton langsung.
Salah seorang penonton asal Bekasi, Robi (22), berkata, menyaksikan laga di arena sangat berbeda dibandingkan dari gawai. Dia pun tetap antusias menonton meskipun laga West Bandits versus Rans PIK sempat tertunda sekitar satu jam dari jadwal semula. ”Rasanya luar biasa bisa datang ke arena lagi di tengah pandemi seperti ini,” ucapnya.
Di pertandingan lain, debut pelatih asing David Singleton (Prawira Bandung) dan Anthony Garbelotto (NSH Mountain Gold Timika) bersama klub baru berakhir manis. Prawira menang mudah atas Pacific Caesar, 71-54, sedangkan NSH memetik kemenangan dramatis atas tim baru, Bumi Borneo, 68-60.
Selain pertandingan, IBL juga menambah kemeriahan dengan pertunjukan dari grup tari, Hype United, dan penyanyi rap ternama, Tuan Tigabelas dalam seremoni pembukaan. Pertunjukan yang berlangsung sebelum laga puncak antara Satria Muda versus Pelita Jaya ini sukses menghipnotis para penonton.