Dalam satu dekade terakhir, MU telah menjadi klub sepak bola paling boros dalam hal belanja pemain. Meskipun banyak uang telah dikeluarkan, prestasi tidak kunjung menghampiri “Setan Merah”.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
MANCHESTER, SELASA – Manchester United dinobatkan sebagai klub yang paling banyak mengeluarkan biaya untuk mendatangkan pemain dalam satu dekade terakhir. Akan tetapi, biaya yang telah mereka keluarkan tidak sepadan dengan prestasi yang mereka hasilkan.
Dikutip dari ESPN, Selasa (8/2/2022), kelompok riset independen yang berbasis di Swiss, CIES Football Observatory, mengeluarkan sebuah laporan mengenai klub-klub sepak bola dengan pengeluaran terbesar untuk belanja pemain. Dalam laporan tersebut terungkap, Manchester United adalah klub sepak bola yang paling banyak mengeluarkan dana untuk mendatangkan pemain sejak tahun 2012 hingga saat ini.
MU disebut telah menghabiskan dana lebih dari 1 miliar euro atau Rp 16,4 triliun untuk merekrut sejumlah pemain dalam waktu satu dekade terakhir. Secara lebih rinci, laporan itu menyebut MU telah mengeluarkan 1,5 miliar euro atau sekitar Rp 25,3 triliun untuk transfer pemain dan hanya menghasilkan Rp 7,7 triliun dari menjual pemain ke klub lain.
Dalam kurun waktu satu dekade terakhir, MU memang merekrut sejumlah pemain dengan harga tinggi, tetapi gagal bersinar bersama tim. Sebagai contoh, MU memecahkan rekor transfer Liga Inggris dengan mendatangkan Paul Pogba dari Juventus pada 2016. Gelandang asal Perancis itu digaet dengan mahar sebesar Rp 1,4 triliun.
Akan tetapi, Pogba gagal menampilkan performa terbaik saat membela MU. Ia bahkan bisa pergi secara cuma-cuma pada akhir musim ini saat kontraknya berakhir.
Rekrutan mahal lainnya yang juga dinilai sia-sia adalah pada 2015 ketika MU mendatangkan penyerang Anthony Martial dari AS Monako dengan biaya sekitar Rp 700 miliar. Selama sekitar enam musim membela MU, Martial telah mencetak total 79 gol dalam 270 penampilan.
Tidak sepadan
Kendati begitu, mantan pemain belakang MU, Rio Ferdinand, mengaku tidak cukup puas dengan performa Martial. Ia menilai Martial tidak mampu tampil konsisten hingga jarang mendapatkan menit bermain pada musim ini. Menurut Ferdinand, besarnya biaya transer yang telah dikeluarkan MU untuk Martial tidak sepadan dengan apa yang ia berikan di atas lapangan.
”Saya hanya merasa dia mungkin tidak melukai bek di belakang sebanyak yang dia bisa. Dia juga tidak mengancam di lini pertahanan lawan seperti yang seharusnya dia lakukan,” ucap Ferdinand dikutip dari Mirror.
Selain itu, contoh inefisiensi lainnya yang dilakukan MU adalah saat merekrut Donny van de Beek dari Ajax Amsterdam pada 2020. Untuk mendatangkan Van de Beek, MU harus merogoh kocek sekitar Rp 778,5 miliar. Namun, baik di era kepelatihan Ole Gunnar Solskjaer dan Ralf Rangnick, Van de Beek gagal memperjuangkan tempat di tim utama MU.
Bersama Martial, Van de Beek pada akhirnya dilepas ke klub lain dengan status pinjaman. Martial memilih bergabung dengan Sevilla dan Van de Beek menerima pinangan Everton.
Tidak berprestasi
Meski telah menghabiskan uang banyak dalam mendatangkan banyak pemain, upaya itu tidak membuat MU bergelimang prestasi. Sebagai klub sepak bola dengan pengeluaran belanja pemain terbanyak di dunia, MU masih kalah berprestasi dibandingkan dengan klub-klub boros lainnya.
Mereka (MU) ditipu pasar oleh klub lainnya. Jika terus seperti itu, Anda tidak akan memenangi liga. Sesederhana itu. (Gary Neville)
Laporan yang dirilis CIES Football Observatory menyebut rival sekota MU, Manchester City, ada di peringkat kedua klub sepak bola terboros di dunia. City tercatat telah membelanjakan sekitar Rp 16,1 triliun sejak 2012 untuk membeli pemain. Akan tetapi, berbeda dengan MU, City mampu menukar pundi-pundi uang yang telah mereka keluarkan dengan sejumlah prestasi.
Dalam kurun waktu tersebut, City setidaknya telah mampu memenangi lima gelar juara Liga Inggris. Adapun dalam rentang waktu yang sama, MU hanya mampu menjuarai Liga Inggris sebanyak satu kali pada musim 2012-2013 yang sekaligus menjadi musim terakhir MU merajai Liga Inggris. MU saat itu masih dilatih oleh Sir Alex Ferguson.
Mantan bek kanan MU, Gary Neville, telah sejak lama mengkritisi cara bekas timnya itu dalam merekrut pemain. Neville menilai MU telah tertinggal jauh di belakang para rival mereka dalam hal mendatangkan pemain baru.
Menurut Neville, para pesaing MU, seperti Chelsea, Liverpool, dan Manchester City, lebih cerdas dalam hal merekrut pemain. Mereka tahu aspek apa saja yang masih kurang dan perlu dibenahi di tim, lalu merekrut pemain yang tepat. Hal inilah yang Neville lihat belum ada di MU.
”Mereka (MU) ditipu pasar oleh klub lainnya. Jika terus seperti itu, Anda tidak akan memenangi liga. Sesederhana itu. Anda dapat memiliki pelatih yang hebat, tapi jika Anda tidak mendapatkan pemain yang tepat, Anda tidak akan memenangi satu gelar pun,” kata Neville. (REUTERS)