Setelah nyaris setahun tidak berkompetisi di level internasional, pemanjat Indonesia akan beraksi lagi dalam seri pertama Piala Dunia 2022 IFSC di Moskwa, Rusia. Mereka menargetkan bisa kembali memecahkan rekor dunia.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah terakhir kali ikut kejuaraan internasional dalam seri kelima Piala Dunia 2021 Federasi Panjat Tebing Dunia (IFSC) di Villars, Swiss, 1-3 Juli tahun lalu, tim panjat tebing nasional Pengurus Pusat Federasi Panjat Tebing Indonesia (PP FPTI) akan kembali berpartisipasi pada kejuaraan internasional dalam seri pertama Piala Dunia 2022 IFSC di Moskwa, Rusia, 1-3 April mendatang. FPTI menargetkan pemanjat putri bisa memecahkan rekor dunia speed dalam ajang tersebut.
”Selain untuk kembali mengasah mental atlet di level dunia, terutama bagi atlet-atlet putra, kami juga ingin mengantarkan atlet-atlet putri memecahkan rekor dunia speed. Kami memiliki dua pemanjat putri potensial yang berpotensi besar menjadi penerus Aries Susanti Rahayu (mantan pemecah rekor dunia speed putri dengan 6,995 detik dalam seri Piala Dunia 2019 di Xiamen, China, 19 Oktober 2019,” ujar penasihat PP FPTI, Sapto Hardiono. saat dihubungi, Selasa (8/2/2022).
Sapto mengatakan, dua pemanjat putri potensial itu, yakni atlet asal Banten, Rajiah Sallsabillah (22), dan atlet asal Bali, Desak Made Rita Kusuma Dewi (21). Dalam latihan, Rajiah bisa mencatat waktu terbaik 6,8 detik, sedangkan Desak mencatat waktu terbaik 7 detik.
Di atas kertas, rekor pribadi Rajiah itu sudah melampaui rekor dunia speed putri yang saat ini dipegang atlet Polandia Aleksandra Miroslaw dengan 6,84 detik dalam Olimpiade Tokyo 2020 pada 6 Agustus 2021. Adapun rekor pribadi Desak hanya kalah dari rekor Miroslaw; catatan waktu atlet asal Rusia, Lullia Kaplina, dengan 6,964 detik dalam Kejuaraan Eropa 2020 di Rusia, 21 November 2020; dan catatan waktu Aries.
Mental belum teruji
Akan tetapi, mental Rajiah dan Desak belum teruji. Mereka minim pengalaman berlaga di kejuaraan internasional. Bahkan, Rajiah dan Desak baru pertama kali turun di seri Piala Dunia di Villars tahun lalu. Waktu itu, Rajiah tampil impresif dengan membukukan rekor pribadi 7,19 detik di 16 besar. Namun, karena minim pengalaman, performanya merosot dan jatuh di perempat final.
Nasib serupa dialami Desak. Dia tampil memukau dengan membukukan rekor pribadi 7,02 detik di perempat final. Akan tetapi, karena minim pengalaman, performanya menukik dan jatuh di semifinal. Di small final atau perebutan perunggu, catatan waktunya melorot menjadi 10,38 detik sehingga gagal meraih perunggu.
Performa Rajiah dan Desak ini sangat menjanjikan. Mereka harapan Indonesia untuk kembali memegang rekor dunia speed putri.
”Performa Rajiah dan Desak ini sangat menjanjikan. Mereka harapan Indonesia untuk kembali memegang rekor dunia speed putri. Tapi, kami punya pekerjaan rumah untuk meningkatkan mental mereka agar bisa konsisten mempertahankan performanya di beragam situasi. Dengan mental yang tak teruji, mereka grogi pada laga-laga krusial,” kata Sapto.
Untuk mengatasi demam panggung, lanjut Sapto, tim pelatnas telah bekerja sama dengan psikolog agar atlet bisa melepas semua rasa waswas sehingga bisa terus tampil stabil. ”Selain itu, tentu kami berusaha mendorong semua atlet lebih aktif ikut kejuaraan internasional agar terbiasa dengan suasana persaingan tingkat dunia, antara lain dalam seri-seri Piala Dunia,” ujarnya.
Di sektor putra, Sapto menuturkan, tim pelatnas tetap mengandalkan atlet asal Kalimantan Barat, Veddriq Leonardo (25), dan atlet asal Jawa Tengah, Kiromal Katibin (22). Veddriq adalah pemegang rekor dunia speed putra dengan 5,208 detik dalam seri Piala Dunia 2021 di Salt Lake City, Amerika Serikat, 28 Mei 2021. Dia pun berstatus sebagai atlet speed nomor satu dunia dengan prestasi emas di Salt Lake City dan Villars.
Adapun Kiromal sempat memecahkan rekor dunia speed dengan 5,258 detik sebelum ditaklukan Veddriq dalam kejuaraan yang sama. Dia juga berstatus atlet speed nomor dua dunia dengan prestasi perak di Salt Lake City dan perunggu di Villars.
Secara teknik dan fisik, Veddriq dan Kiromal siap untuk mempertahankan prestasinya di Moskwa. Hanya saja, mereka lama tak merasakan iklim persaingan global. Mereka pun terakhir kali berlaga dalam Pekan Olahraga Nasional Papua 2021 pada Oktober lalu.
”Kami cukup yakin Veddriq dan Kiromal bisa menjaga performanya. Tapi, karena lama tak ikut kejuaraan internasional, kami tidak mau terlalu jemawa mereka bisa mempertajam catatan waktunya,” ucap Sapto.
Persiapan khusus
Pelatih speed PP FPTI, Hendra Basir, mengutarakan, tim speed ataupun lead dan boulder sudah menjalani latihan tanpa putus sejak tahun lalu. Setahun kemarin, latihan fokus dengan persiapan umum. Kini, jelang lomba, mereka masuk tahap persiapan khusus.
Sejauh ini, para atlet siap untuk berlomba. ”Kemungkinan untuk atlet kita memecahkan rekor baru ada. Namun, itu sangat bergantung juga dengan dinamika di lapangan. Kalau cuacanya terlampaui dingin, itu pasti menyulitkan atlet-atlet kita. Tapi, kalau cuacanya agak hangat atau sejuk, peluang atlet kita membuat rekor baru bisa terjadi,” ujarnya.
Selain Veddriq dan Kiromal di putra serta Rajiah dan Desak di putri, mungkin ada atlet lain yang dikirim ke Moskwa. Kendati demikian, nama atlet-atlet lain belum dipastikan. Semuanya tergantung dari dukungan anggaran dari pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga. ”Bahkan, bisa saja kita tidak ke Moskwa kalau tidak ada dukungan dana memadai, kondisi pandemi Covid-19 makin parah, dan isu keamanan antara Rusia-Ukraina meningkat,” kata Hendra.
Secara keseluruhan, PP FPTI akan lebih aktif mengikuti seri Piala Dunia tahun ini, termasuk ketika Indonesia menjadi tuan rumah seri ke-12 di Bali, 24-26 September mendatang. Kecuali gelaran di Indonesia, itu menjadi bagian mempersiapkan atlet menuju Asian Games Hangzhou, China 2022 pada 10-25 September mendatang.
Mereka menargetkan Indonesia setidaknya bisa mempertahankan prestasi seperti di Asian Games Jakarta-Palembang 2018, yakni menjadi juara umum dengan 3 emas, 2 perak, 1 perunggu. ”Sehabis dari Asian Games 2022, kami konsentrasi untuk mengikuti kualifikasi Olimpiade Paris 2024 yang dimulai pada 2023,” kata Hendra.
Tetap andalankan speed
Sebelumnya, Ketua Umum PP FTPI Yenny Wahid menyampaikan, Indonesia masih fokus pada nomor speed, terutama untuk merebut medali di Olimpiade 2024. Untuk nomor lainnya, yakni lead dan boulder, butuh waktu panjang bisa menembus Olimpiade.
Lead dan boulder menuntut atlet memiliki kecerdasan di atas rata-rata, bukan cuma fisik dan mental. Sebab, dalam nomor itu, pemanjat harus menyelesaikan problem yang berbeda-beda guna menyelesaikan setiap perlombaan.
Demi melahirkan atlet lead dan boulder yang andal, Indonesia butuh pula pembuat jalur yang tersertifikasi dunia. ”Sekarang, kami sedang berupaya mengirim pembuat jalur nasional magang atau berlatih ke luar negeri. Tapi, kami terkendala masalah bahasa. Pembuat jalur kita ini kemampuan bahasa Inggris-nya kurang. Jadi, kami geber dulu mereka kursus bahasa Inggris. Itu semua membuat kita masih perlu waktu panjang sampai bisa bersaing di lead dan boulder dunia,” kata Yenny.