Untuk pertama kalinya sejak Kejuaraan Bulu Tangkis Beregu Asia dipertandingkan pada 2016, tim putri Indonesia merebut gelar juara. Hasil ini menjadi bekal berharga bagi para pemain muda.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Status juara Asia menjadi pelepas dahaga gelar bulu tangkis Indonesia dalam kategori beregu putri. Gelar itu bisa menjadi modal kepercayaan diri para pemain muda untuk mengembangkan level kemampuan masing-masing.
Momen yang jarang didapat tim putri Indonesia itu terjadi di Setia City Convention Centre, Selangor, Malaysia, Minggu (20/2/2022). Pada final Kejuaraan Asia, Indonesia mengalahkan Korea Selatan, 3-1, dalam duel tim yang sebagian besar terdiri atas pemain pelapis.
Kejuaraan yang merupakan kualifikasi Piala Thomas dan Uber Zona Asia ini diikuti tujuh tim putri dan delapan tim putra, dengansebagian besar tim mengirimkan pemain pelapis.Hanya tim putra Malaysia yang menurunkan materi terbaik, dengan dua wakil peringkat ketujuh dunia, Lee Zii Jia dan Aaron Chia/Soh Wooi Yik, serta ganda putra peringkat ke-17 dunia, Goh Sze Fei/Nur Izzuddin.
Dengan materi tersebut, yang juga diturunkan pada Piala Thomas 2020, Malaysia menjadi juara Asia beregu putra setelah mengalahkan Indonesia 3-0 pada laga final.
Dirayakan
Setelah menang atas Korea Selatan, kegembiraan pun pantas dirayakan Gregoria Mariska Tunjung dan kawan-kawan meski kejuaraan ini tak diikuti China, Thailand, dan Taiwan. Selama ini, tim putri Indonesia kesulitan menembus dominasi China, Jepang, dan Korea Selatan. Sepuluh tahun terakhir, Thailand juga mulai unggul atas Indonesia.
Gelar juara Asia ini menjadi yang pertama bagi tim putri ”Merah Putih” sejak kejuaraan dua tahunan tersebut digelar pada 2016. Ajang besar terakhir yang dijuarai tim putri Indonesia adalah Piala Uber 1996.
Pada level Asia, medali emas hanya didapat pada Asian Games Jakarta pada 1962. Dominasi beregu putri di Asia Tenggara pada SEA Gamessejak 1970-an, berakhir pada 2007.
Tiga poin kemenangan Indonesia atas Korea Selatan didapat melalui Gregoria, Putri Kusuma Wardani, dan Lanny Tria Mayasari/Nita Violina Marwah. Adapun Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi kalah pada partai kedua.
”Bangga dan sangat melegakan, saya bisa tampil baik bersama Lanny dan mempersembahkan kemenangan serta mengantarkan Indonesia juara,” ujar Nita setelah mengalahkan Kim Min-ji/Park Min-jeong, 23-21, 21-11.
Gregoria (22), yang ditunjuk sebagai kapten tim, pun bangga bisa berjuang bersama rekan-rekannya menjadi juara. Dia membuka kemenangan tim setelah mengalahkan Sim Yu-jin, 21-9, 21-10.
”Puji Tuhan bisa membawa tim putri Indonesia juara. Ini berkat kebersamaan dan kekompakan tim. Semua pemain tampil hebat dan penuh semangat," ujarnya.
Peringkat ke-27 dunia itu menjadi pemain paling berpengalaman dalam skuad putri Indonesia, dan berstatus pemain utama pelatnas tunggal putri. Sembilan pemain lainnya berstatus pemain pelapis.
Maka, gelar ini bisa menjadi bekal kepercayaan diri mereka untuk bersaing dalam turnamen individu. Pada nomor tunggal, Putri (19) menjadi pemain yang paling potensial untuk menjadi pemain nomor dua Indonesia, di bawah Gregoria.
Akan tetapi, dengan peringkat ke-76 dunia, Putri harus mengumpulkan banyak poin dari turnamen BWF Super 100 atau lebih rendah. Posisinya belum bisa secara otomatis masuk babak utama turnamen Super 300, level terendah pada BWF World Tour.
Puji Tuhan bisa membawa tim putri Indonesia juara. Ini berkat kebersamaan dan kekompakan tim. Semua pemain tampil hebat dan penuh semangat.
Nomor ganda putri mulai berbenah dengan perubahan formasi menjelang pensiunnya Greysia Polii. Apriyani Rahayu akan dipasangkan dengan Siti Fadia Silva Ramadhanti, yang semula bersama Ribka Sugiarto. Adapun Ribka akan berduet dengan Jesita Putri Miantoro.
Saat ini, hanya ada tiga ganda putri aktif pada peringkat 50 besar dunia, yaitu Greysia/Apriyani, Fadia/Ribka, dan Putri Syaikah/Nita. Maka, pelatih pun punya target tersendiri untuk pemain di bawah mereka.
”Untuk pemain pelapis, target saya adalah membuat mereka sesegera mungkin naik level dengan berprestasi di turnamen kecil sesuai tahapan. Mereka harus mulai dari turnamen level Challenge karena berada di luar peringkat 100 dunia,” ujar pelatih ganda putri Eng Hian.
Turnamen level tinggi
Dari tunggal putra, empat pemain yang diikutsertakan ke Kejuaraan Asiajugaharus menaikkan level permainan untuk bisa bersaing pada turnamen level tinggi. Chico Aura Dwi Wardoyo dan Ikhsan Leonardo Imanuel Rumbay, dua pemain terdepan setelah trio Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, dan Shesar Hiren Rhustavito, masih kesulitan mendapat tempat pada babak utama turnamen BWF World Tour karena berada di luar 50 besar dunia.
Chico mengalahkan salah satu dari empat pemain peringkat 20 besar di Malaysia, yaitu Lee Cheuk Yiu (Hongkong/17). Dia pun memberi perlawanan tiga gim pada Lee Zii Jia, meski akhirnya kalah, 21-14, 12-21,10-21.
Namun, Chico sebenarnya jauh tertinggal dari Lee Zii Jia, yang sama-sama berusia 23 tahun dan bersaing sejak masa yunior. Lee telah menjuarai All England dan berada pada posisi 10 besar dunia, sedangkan Chico berperingkat ke-55 dunia.
Trio ganda putra pelapis pun berhak memperbanyak partisipasi pada turnamen Super 500, 750, dan 1000 untuk mendekatkan diri dengan tiga pasang senior di peringkat 10 besar dunia. Pada Kejuaraan Asia, Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin selalu menang dua gim dalam empat laga sebelum akhirnya kalah 21-17, 13-21, 18-21 dari Chia/Soh pada final.
Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana dua kali menang dari dua laga, tetapi tidak sempat bermain pada final. Adapun Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan selalu kalah dalam dua laga.
”Tadi kami sudah berjuang maksimal. Sayang, pada poin-poin kritis kurang tenang. Ini menjadi pelajaran penting bagi pasangan muda seperti saya dan Daniel,” kata Leo.
Seperti pernah dikatakan pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi, tiga pasangan muda dengan kemampuan setara itu harus mengikuti lebih banyak turnamen besar untuk belajar mengatasi tekanan saat bertemu pemain top dunia. Pada 2021, kesempatan tersebut tak banyak didapat karena masih banyak turnamen dibatalkan akibat Covid-19.