Pebasket muda, Yudha dan Arighi, memberikan pengaruh besar dalam menit bermain sedikit di kualifikasi Piala Dunia. Mereka diharapkan menjadi awal titik balik dari kakunya wajah timnas.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dua guard muda, Yudha Saputera (23) dan Muhamad Arighi (23), membawa setitik asa dalam keterpurukan tim nasional Indonesia di kualifikasi Piala Dunia FIBA 2023. Mereka menjawab kepercayaan pelatih Rajko Toroman dengan tampil penuh energi dan tanpa rasa takut. Mereka menyadarkan, timnas butuh lebih banyak wajah baru.
Indonesia menelan empat kekalahan beruntun di kualifikasi Grup C seusai takluk dari tuan rumah Jordania 64-94 di Arena Prince Hamza, Amman, pada Minggu (27/2/2022) malam WIB. Sebelumnya, Indonesia kalah telak dua kali melawan Lebanon (38-96 dan 64-110) pada November 2021, dan kalah telak saat berhadapan dengan tim Arab Saudi, 66-95 (Kamis, 24/2/2022). Tim asuhan Toroman yang tampil dengan pemain veteran serta dua naturalisasi, Brandon Jawato dan Lester Prosper, tidak hanya kalah tinggi dan atletis, tetapi juga daya juang.
Toroman sadar timnya tidak punya kesempatan menang pada awal kuarter ketiga, saat tertinggal 32-51. Dia memasukkan Arighi, menggantikan Agassi Goantara yang tidak menghasilkan poin selama bermain 18 menit. Lalu, Yudha juga masuk menggantikan point guard veteran Andakara Prastawa. Pergantian itu menjadi keputusan terbaik sang pelatih pada malam tersebut.
Kami memang kalah dari hasil laga, tetapi kami menang di sisi lain karena punya pemain baru untuk bersaing di Piala Asia nanti.
”Saya bisa mengatakan kepada Anda, saya puas meskipun tim kami kalah. Saya memberi kesempatan kepada para anak muda, Yudha dan Arighi. Mereka bermain sangat baik. Kami memang kalah dari hasil laga, tetapi kami menang di sisi lain karena punya pemain baru untuk bersaing di Piala Asia nanti,” kata Toroman.
Energi besar Yudha dan Arighi menyulut semangat para pemain senior timnas. Sejak mereka masuk, Indonesia bermain jauh lebih agresif. Mereka mau bertarung dalam setiap perebutan bola, meskipun sadar kalah postur dibandingkan pemain lawan. Serangan tim juga lebih mengalir, semua pemain merotasi bola dengan baik.
Kedua pebasket rookie di Liga Bola Basket Indonesia (IBL) ini menghadirkan menit-menit terbaik timnas sepanjang laga, bahkan selama kualifikasi. Timnas tampak lebih bertaring pada kuarter keempat dibandingkan dua kuater awal. Padahal, mereka bermain tanpa duo naturalisasi selama 10 menit terakhir.
Yudha menyumbang 5 poin dan 3 asis selama 14 menit bermain, sementara Arighi mencatat 6 poin dan 2 asis dalam 15 menit. Mereka menonjol bersama guard veteran yang merupakan pemain terbaik malam itu, Abraham Damar Grahita (24 poin dan 4 asis).
Yudha, pemain Prawira Bandung, punya catatan lebih istimewa. Guard setinggi 1,75 meter ini mengakhiri laga dengan angka plus minus (0). Artinya, ketika dia di lapangan, Indonesia mampu mengimbangi tim tuan rumah.
Pelatih Jordania Wesam Al-Sous pun sampai terkejut dengan permainan Indonesia, terutama pada paruh kedua. ”Mereka bermain sangat bagus sebagai satu tim. Mereka memindahkan bola dengan sangat baik. Saya pikir skor akhir tidak mencerminkan permainan mereka tadi,” ucapnya.
Selain Yudha dan Arighi, apresiasi juga patut diberikan kepada center Vincent Kosasih. Dia mampu menggantikan tugas Prosper dengan sumbangan 8 poin dan 4 rebound. Adapun Prosper yang diandalkan timnas tampil tanpa semangat dengan hanya mencatat 2 poin dan 1 rebound selama 18 menit.
Kejutan dari Yudha dan Arighi seharusnya bisa memacu lebih banyak perubahan di timnas. Sebab, Toroman nyaris hanya memanggil dan memakai pemain yang sama selama dua tahun terakhir. Pemanggilan dua pebasket muda itu ke timnas bahkan tidak terlepas dari absennya beberapa pemain veteran akibat Covid-19, seperti Arki Wisnu dan Hardianus Lakudu.
Masalahnya, skuad reguler Toroman tidak menunjukkan peningkatan di lapangan. Mereka yang sudah bermain bareng lebih dari dua tahun, selalu tampak kebingungan di lapangan saat menghadapi tim yang lebih kuat. Di antara banyak pemain, yang paling konsisten hanya Abraham.
Fictor Roring, mantan pelatih timnas, menyampaikan ada beberapa pemain IBL yang patut mendapat kesempatan. Salah satu pemain itu adalah anak asuhnya di Pelita Jaya, Reggie William Mononimbar, yang musim ini mencatat rata-rata 10,5 poin dan 4,5 asis.
Kata pelatih yang kerap disapa Ito tersebut, timnas butuh pemain dengan postur lebih baik di putaran final Piala Asia. Mereka akan berada satu grup dengan Australia, Arab Saudi, dan Jordania yang punya keunggulan fisik. “Saya yakin Reggie bisa membantu kekurangan timnas itu. Tetapi masalahnya kan dia tidak dipanggil,” jelasnya.
Toroman berkali-kali mengatakan masalah utama Indonesia di kualifikasi Piala Dunia adalah kalah tinggi dan atletis dari tim lain. Timnas selalu kewalahan menghadapi laga kualifikasi lawan tim-tim Asia Barat yang berisi pemain “raksasa”. Indonesia kalah 4 kali dalam 4 laga dengan rata-rata selisih skor tertinggal hampir 40 poin.
Timnas masih punya waktu untuk membuat beberapa perubahan sebelum gelaran Piala Asia, Juli nanti. Indonesia akan terlebih dulu menjalani SEA Games 2022 pada Mei mendatang. Ajang tersebut bisa menjadi laboratorium eksperimen untuk Toroman.
Harapannya, manajemen timnas bisa menghadirkan pemain naturalisasi baru asal NBA G-League, yaitu Marques Bolden. Pemain keturunan Amerika Serikat itu belum bertanding resmi bersama timnas sejak dinaturalisasi pada tahun lalu. Kehadiran Bolden sangat dibutuhkan untuk memberikan persaingan kepada Prosper.
Toroman menyampaikan, tidak akan mengincar hasil di dua laga kualifikasi Piala Dunia pada awal Juli nanti. “Kami tidak punya kesempatan besar lolos setelah kalah empat kali. Target utama kami untuk bisa lolos Piala Dunia adalah dari Piala Asia. Kami punya kesempatan lebih besar di situ. Saya pikir kami harus bisa mempersiapkan diri lebih baik lagi untuk Piala Asia,” pungkasnya.