Petenis tunggal putri Indonesia gagal mengulang pencapaian SEA Games Filipina 2019 ketika meraih satu emas dan satu perunggu. Di Vietnam 2021, nomor ini tak meraih medali setelah dua wakil tersingkir pada perempat final.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
BAC NINH, RABU — Gagal mendapat medali emas pada kategori beregu, petenis putri Indonesia bertekad memperbaiki performa pada kategori individu. Alih-alih mendapat hasil lebih baik dan mempertahankan medali emas yang didapat Aldila Sutjiadi pada SEA Games Filipina 2019, tunggal putri tak mendapat medali setelah dua wakilnya tersingkir pada perempat final.
Kedua wakil tersebut, Aldila dan Beatrice Gumulya, disingkirkan petenis Thailand pada pertandingan di Stadion Hanaka, Bac Ninh, Vietnam, Rabu (18/5/2022). Aldila kalah dari Anchisa Chanta, 1-6, 0-6, sedangkan Beatrice disingkirkan peraih medali emas tunggal putri SEA Games Kuala Lumpur 2017, Luksika Kumkhum, 4-6, 2-6.
Dengan kekalahan tersebut, tunggal putri pun gagal menyumbangkan medali. Hal ini menjadi kemunduran dari dua tahun lalu di Filipina, ketika sektor tersebut meraih satu emas dari Aldila dan satu perunggu dari Priska Madelyn Nugroho.
Sejak SEA Games Kuala Lumpur 1977, baru pada dua SEA Games nomor tersebut tak menempatkan wakil di podium. Sebelumnya, hal ini terjadi pada SEA Games Kuala Lumpur 2017. Adapun pada SEA Games Naypyidaw 2013, cabang tenis tak dipertandingkan.
Sebelumnya, pada kategori beregu putri, Indonesia meraih medali perunggu setelah dikalahkan Vietnam 0-2 pada semifinal. Kekalahan dialami Aldila dan Beatrice pada dua partai tunggal. Setelah pembagian medali, Aldila pun menyatakan tekadnya untuk mendapat hasil lebih baik pada tunggal putri, tetapi tak tercapai.
Menolak berkomentar tentang penampilannya pada tunggal putri, Aldila memilih fokus pada nomor lain yang masih memberinya harapan, yaitu ganda campuran bersama petenis senior Christopher “Christo” Rungkat. Peraih medali emas Asian Games 2018 dan SEA Games 2019 ini ditempatkan sebagai unggulan teratas.
Setelah mengalahkan Francis Alcantara/Marian Capadocia (Filipina) 6-2, 6-3, Christo/Aldila akan berhadapan dengan unggulan keempat, Kasidit Samrej/Luksika Kumkhum (Thailand), pada semifinal.
”Kami bermain solid sejak awal. Itu menjadi bekal untuk rasa percaya diri pada pertandingan semifinal,” ujar Christo.
Beatrice juga memiliki harapan dari nomor ganda putri bersama Jessy Rompies. Unggulan pertama ini mendapat bye pada babak pertama dan akan melawan Iman Syuhada binti Abdullah/Saw Jo-Leen (Malaysia) pada perempat final.
Sejak dipertandingkan pada SEA Games pertama pada 1959, Thailand cukup konsisten dalam meraih medali emas pada nomor putra dan putri. Pada tunggal putri saat ini, Thailand memiliki lebih banyak petenis yang memiliki peringkat WTA, yaitu 15 orang. Peangtarn Plipuech (peringkat ke-374) menempat posisi tertinggi.
Kami bermain solid sejak awal. Itu menjadi bekal untuk rasa percaya diri pada pertandingan semifinal.
Sementara itu, Indonesia hanya punya empat petenis, yaitu Aldila, Beatrice, Jessy, dan Priska. Priska, yang berusia 18 tahun, absen di Vietnam karena kuliah di Amerika Serikat.
Thailand juga kerap menggelar turnamen internasional sebagai panggung uji kemampuan petenis-petenisnya. Pada awal 2022, hingga sebelum digelar SEA Games, Thailand menyelenggarakan empat turnamen putra-putri ITF di Chiang Rai, sedangkan Indonesia tak memiliki turnamen sejak terakhir kali menjadi tuan rumah turnamen ITF putra pada Agustus 2019.
Pada tunggal putra, Muhammad Rifqi Fitriadi akan menantang unggulan keempat, Yuttanan Charoenphon (Thailand) pada babak kedua. Laga itu akan dijalani setelah Rifqi mengalahkan Imran Daniel Bin Abd Hazli (Malaysia), 6-4, 3-6, 6-0.
”Saya kehilangan momentum pada set kedua setelah lawan menemukan kepercayaan diri. Pada set ketiga, saya berusaha menekan lagi,” komentar Rifqi yang tersingkir pada babak kedua dalam debutnya di SEA Games 2019.