Setelah sempat berada di zona degradasi, Manchester United telah duduk di peringkat kelima berkat kemenangan atas Leicester, Jumat WIB. Peran kolektif semua pemain menjadi resep mujarab kebangkitan "Setan Merah".
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
LEICESTER, JUMAT – Manchester United sudah menunjukkan kerekatan antarpemain yang erat di awal musim ini. Isu tentang keretakan hubungan ruang ganti, yang dianggap sebagai hulu performa buruk dalam beberapa musim terakhir, telah bisa dibenahi Erik Ten Hag. Tiga kemenangan beruntun, termasuk dua clean sheet, menjadi bukti “Setan Merah” sudah baik-baik saja.
Sejak pertama tiba di Stadion Old Trafford, akhir Mei lalu, juru taktik asal Belanda itu telah menekankan pentingnya MU tampil sebagai sebuah tim demi kembali menjadi tim papan atas di Inggris. Hal serupa terus diulangi Ten Hag kala timnya kalah dua kali beruntun di dua pekan awal kontra Brighton & Hove Albion dan Brentford.
Keinginan Ten Hag untuk melihat skuad Setan Merah bersatu mulai terlihat di tiga pekan terakhir yang berbuah kemenangan. Bahkan, pada dua laga terakhir, termasuk menghadapi Leicester City di Stadion King Power, Jumat (2/9/2022) dini hari WIB, gawang David De Gea tidak kemasukan gol lawan.
Hasil positif berkat kemenangan 1-0 atas Leicester, tim yang berada di dasar klasemen, diakui Ten Hag merupakan buah dari permainan kolektif skuadnya. Menurut dia, semua pemain MU menjalani peran yang setara baik ketika menyerang serta bertahan.
“Kami sedang dalam proses membangun tim dan skuad yang bersatu, bertarung satu sama lain, dan mereka saling terkoneksi. Jika kami bisa melakukan itu, maka hasil baik akan datang,” ujar Ten Hag seusai laga kepada Sky Sports.
Kerja sama semua pemain Setan Merah utamanya terlihat dalam usaha mereka mempertahankan keunggulan setelah Jadon Sancho mencetak gol di menit ke-23. Sebanyak delapan pemain bahu-membahu melakukan tekel.
Bahkan, gelandang serang, Bruno Fernandes, menjadi pemain yang paling banyak menekel pemain Leicester dengan total empat tekel. Selain itu, Fernades juga dua kali melakukan sapuan.
Pada catatan sapuan itu, ia hanya kalah dari duet bek tengah, Rapahel Varane dan Lisandro Martinez, yang masing-masing melakukan tiga sapuan.
Kami sedang dalam proses membangun tim dan skuad yang bersatu, bertarung satu sama lain, dan mereka saling terkoneksi.
Penyerang sayap, seperti Sancho dan Anthony Elanga, juga melakukan tekel dan intersep ketika bola dikuasai pemain tim tuan rumah. Sancho dan Elanga pun masing-masing memenangkan dua dan satu duel udara defensif.
Mantan pelatih Ajax Amsterdam itu melanjutkan, “Saya senang kami tidak kebobolan. Ketika 11 pemain kami di lapangan bertahan dan menyerang bersama, ketika mereka menjadi sebuah tim dan menghasilkan energi yang sama, Anda bisa saksikan yang bisa diraih tim ini. Selanjutnya, kami akan menghadapi tes yang sesungguhnya (versus Arsenal) pada hari Minggu”.
Peran besar Sancho pun dipuji oleh Ten Hag. Menurut dia, pemain sayapnya itu masih dalam masa adaptasi di Liga Inggris. Di awal musim ini, pemain tim nasional Inggris itu telah mencetak dua gol dari tiga laga MU terakhir.
“Sancho punya kemampuan yang telah dibuktikannya di liga lain (Liga Jerman), tetapi kini ia bermain di Inggris. Ia harus meningkatkan kemampuan mental dan fisiknya,” kata Ten Hag.
Sancho mengungkapkan, keberhasilan meraih kemenangan pada tiga laga terakhir adalah buah dari kedisiplinan semua pemain menjalankan rencana permainan. Ia pun berharap bisa konsisten menyumbangkan gol penting bagi MU di laga selanjutnya.
Tidak ada pergantian
Pada laga melawan Leicester, Ten Hag tidak melakukan satu pun pergantian dibandingkan 11 pemain utama yang diturunkan ketika mengalahkan Southampton, akhir pekan lalu. Meski begitu, Ten Hag menuturkan, dirinya telah berencana melakukan rotasi, terutama jika Casemiro, Cristiano Ronaldo, dan rekrutan anyar, Anthony Santos, telah dalam kondisi fisik yang terbaik.
“Casemiro dan Ronny (Ronaldo) akan semakin fit dan bisa memberikan kontribusi yang lebih kepada tim. Kami tidak hanya membutuhkan sebuah tim, tetapi memerlukan peran bersama di dalam skuad,” ucap manajer berusia 52 tahun itu.
Berkat kemenangan atas Leicester, MU akhirnya menembus posisi kelima di papan klasemen. Setan Merah telah mengoleksi sembilan poin dan terpaut enam poin dari Arsenal yang berada di puncak klasemen.
Sementara itu, Leicester semakin memasuki masa kelam. Kekalahan dari MU membuat mereka gagal meraih poin dalam empat pertandingan terakhir. Leicester berada di peringkat ke-20 karena baru mendapat satu poin.
Manajer Leicester Brendan Rodgers mengakui, timnya di musim ini jauh lebih lemah dibandingkan skuad dalam dua musim terakhir. Itu tidak lepas dari kehilangan dua pemain utama di bursa transfer musim panas ini, yaitu Kasper Schmeichel yang hijrah ke Nice dan Wesley Fofana yang menjadi pemain Chelsea.
“Saya senang jendela (transfer) ditutup, sebab itu memberikan gangguan yang besar bagi kami. Ketika menyaksikan setiap klub mendapat pemain baru, tetapi kami tidak bisa meningkatkan kualitas skuad, itu sulit dirasakan oleh seorang manajer dan pemain,” ujar Rodgers.
Di jendela transfer awal musim 2022-2023, Leicester hanya membeli bek Reims, Wout Faes, untuk menutup kehilangan Fofana. Padahal, kata Rodgers, timnya butuh minimal lima pemain baru untuk mengejar gap kualitas yang amat terlihat di musim lalu.
“Saya datang ke Leicester untuk bersaing dan dalam beberapa tahun awal keberadaan saya di sini kami bisa melakukan itu. Namun, dalam dua bursa transfer terakhir kami tidak bisa menambah kekuatan skuad,” kata juru taktik berpaspor Irlandia Utara itu.
Rodger menambahkan, “Saya senang jika kami bisa menambah lima atau enam pemain, tetapi jika itu tidak bisa dilakukan saya menghormati (keputusan) klub. Saya akan berjuang sebaik mungkin dengan sumber daya yang saya miliki”. (AFP)