Arema Bukti Fananya Romansa Piala Presiden di Liga 1
Eduardo Almeida menjadi korban keenam "kejamnya" klub Liga 1 Indonesia yang menuntut sang pelatih membawa tim berprestasi. Gelar Piala Presiden 2022 gagal menjamin kesabaran manajemen Arema.
Hubungan penuh romansa antara Eduardo Almeida dengan Arema FC hanya bertahan selama 51 hari. Usai memberikan kebahagiaan dengan gelar Piala Presiden 2022, 17 Juli lalu, juru taktik asal Portugal itu hanya bertahan selama delapan pekan di Liga 1 2022-2023. Tim “Singo Edan” memutuskan mengakhiri kebersamaan dengan Almeida, Senin (5/9/2022), setelah hanya membawa pulang hasil imbang dari laga tandang kontra Barito Putera.
Berakhirnya hubungan Almeida dengan Arema sekali lagi menunjukkan performa gemilang di turnamen pramusim, seperti Piala Presiden, adalah hal yang fana ketika telah memasuki kompetisi sesungguhnya. Gelar Piala Presiden ketiga yang diraih Arema, seusai menaklukan Borneo FC dengan agregat 1-0, sejatinya menumbuhkan optimisme skuad dan pendukung klub itu, Aremania, untuk bersaing menjadi juara BRI Liga 1 2022-2023.
Namun, apa daya, penampilan Singo Edan di awal Liga 1 edisi 2022-2023 tertaih-tatih sehingga hanya bisa berkutat di papan tengah. Setelah memulai kompetisi dengan mengalahkan PSIS Semarang, 2-1, di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Arema ditahan tanpa gol oleh PS Sleman pada pekan kedua.
Baca juga : Arema FC Putus Kontrak Sponsor yang Diduga Terkait Judi ”Online”
Selanjutnya, Arema membawa pulang hasil gemilang berkat kemenangan, 2-1, dalam lawatan ke kandang Bali United. Meski sempat mengalahkan RANS Nusantara, 4-2, Arema mengalami dua kekalahan melawan dua tim legendaris, yaitu PSM Makassar dan Persija Jakarta, selama Agustus lalu.
Kesabaran manajemen terhadap Almeida pun pupus setelah mereka hanya memetik hasil imbang dari markas Barito. Rentetan penampilan inkonsisten itu membawa Arema berada di peringkat kedelapan dengan koleksi 11 poin.
Untuk performa di awal musim, hasil yang diraih Arema sebetulnya tidak terlalu buruk. Mereka hanya tertinggal delapan poin dari Madura United yang memuncaki klasemen.
Hasil itu tidak berbeda jauh dibandingkan capaian yang dipetik Arema di bawah asuhan Almeida pada awal musim 2021-2022 lalu. Pada pekan kedelapan, musim lalu, Arema berada di peringkat keempat dengan torehan 15 poin.
“Keputusan (mengistirahatkan Almeida) ini resmi ditegaskan semua jajaran pimpinan dan manajemen Arema untuk bulat mengevaluasi kinerja pelatih kepala. Sebagai pengganti Almeida, kami menunjuk Kuncoro (asisten pelatih) sebagai caretaker untuk menangani tim sementara,” ujar Manajer Arema Ali Rifky dalam keterangan pers, Senin.
Perubahan tampuk kepimpinanan di kursi kepelatihan, kata Rifky, diharapkan bisa menghadirkan penyegaran kepada skuad Arema. Singo Edan diharapkan bisa segera kembali ke jalur kemenangan yang konsisten di setiap pertandingan.
Kuncoro pun meminta dukungan dari semua elemen klub untuk bisa mengangkat performa Gian Zola dan kawan-kawan di sisa kompetisi musim ini atau setidaknya sebelum manajemen menunjuk pelatih kepala baru. "Saya tidak bisa melangkah sendiri sehingga perlu dukungan dari seluruh tim pelatih dan staf. Tentu saja yang lebih penting adalah dukunganvdari Aremania yang tidak bisa dipisahkan dengan Arema,” ucap Kuncoro.
Tren ganti pelatih
Arema pun menjadi tim keenam yang memutuskan mengakhiri kerja sama dengan pelatih ketika kompetisi musim ini baru berjalan satu bulan. Sebelumnya, Persib Bandung, Persik Kediri, Persis Solo, PSIS Semarang, dan Barito, telah lebih dahulu mengganti nakhoda.
Sebagai pengganti Almeida, kami menunjuk Kuncoro (asisten pelatih) sebagai caretaker untuk menangani tim sementara. (Ali Rifky)
Namun, Arema adalah tim yang berada di posisi “terbaik” ketika mengganti pelatih karena berada di peringkat kedelapan. Adapun lima tim lain tersebut mengganti pelatih ketika tengah berada di luar zona 10 besar. Persik, Barito, dan Persis, bahkan duduk di zona degradasi yang menjadi dasar mereka mempersilakan pelatihnya masing-masing mengundurkan diri.
Dengan penunjukan Kuncoro, maka Arema akan menjadi tim keempat yang ditangani seorang caretaker di pekan kesembilan Liga 1. Singo Edan akan kedatangan Persib pada laga yang berlangsung di Kanjuruhan, Minggu (11/9).
Sebagai tim tersukses di Piala Presiden berkat koleksi tiga trofi, Arema belum pernah menjadi juara Liga 1 ketika mengawali musim dengan raihan gelar turnamen pramusim itu. Hal serupa terjadi ketika mereka menjadi juara Piala Presiden edisi 2017 dan 2019.
Almeida pun menjadi “korban” kedua dari ekspektasi besar manajemen dan pendukung Arema setelah menjadi kampiun Piala Presiden. Sebelum Almeida merasakan pil pahit didepak Singo Edan, Aji Santoso telah menelan lebih dulu pil pahit itu pada musim perdana Liga 1 pada 2017 lalu.
Baca juga : Dari Kontroversi Wasit hingga Masalah Jersei RANS Nusantara
Ironisnya, Almeida dan Aji adalah pelatih yang membawa Arema juara Piala Presiden usai menumbangkan tim yang sama, yaitu Borneo. Aji membawa Arema melibas Borneo 5-1 pada laga final di Stadion Pakansari, Bogor, Jawa Barat, 12 Maret 2017.
Aji, mantan bek sayap kiri tim nasional Indonesia, mengundurkan diri sebagai juru taktik Arema, 31 Juli 2017, setelah merampungkan 17 laga atau menyelesaikan putaran pertama pada musim itu. Ia hanya bisa membawa Arema duduk di peringkat ketujuh setelah bermain imbang tanpa gol kontra Borneo di Kanjuruhan.
Kala itu, pergantian pelatih yang dilakukan Arema tidak berjalan sukses. Bersama Aji, Arema mengumpulkan 26 poin. Akan tetapi, pengganti Aji, Joko Susilo, hanya bisa mendapatkan 23 poin di putaran kedua Liga 1 2017. Alhasil, Arema mengakhiri musim itu di peringkat kesembilan.
Kegagalan Aji dan Almeida merampungkan satu musim kompetisi setelah memberikan gelar Piala Presiden tidak dirasakan Milomir Seslija. Pelatih asal Bosnia & Herzegovina itu membantu Arema meraih gelar Piala Presiden kedua pada edisi 2019. Ia lalu bertahan selama musim 2019 dengan hanya membawa Arema duduk di peringkat kesembilan dan berjarak 18 poin dari Bali United yang menjadi juara Liga 1 2019.
Baca juga : Madura United Kembali ke Puncak
Arema mengakhiri kerja sama dengan Seslija karena kontraknya tidak diperpanjang pada akhir musim. Ia digantikan oleh Mario Gomez, pelatih impor berpaspor Argentina, untuk musim 2020 yang dihentikan di pekan ketiga karena pandemi Covid-19.
Dengan nasib buruk yang diderita Arema setelah menjadi juara Liga 1, maka Persija Jakarta masih menjadi satu-satunya tim juara Piala Presiden yang bisa merengkuh titel Liga 1 pada musim yang sama. Gelar "ganda" itu diraih Persija pada tahun 2018 bersama pelatih Stefano “Teco” Cugurra.
Borneo stabil
Dari empat tim yang menembus semifinal Piala Presiden 2022, hanya Borneo yang stabil memenuhi target bersaing di papan atas. Skuad “Pesut Etam”, yang diasuh Seslija, duduk di posisi kekedua hingga pekan kedelapan dengab berjarak satu poin dengan Madura.
Borneo bahkan merasakan duduk di singgasana klasemen pada pekan keenam dan ketujuh. Praktis, baru ada dua tim yang bergantian menduduki peringkat pertama Liga 1 musim ini, yakni Madura dan Borneo.
Posisi Pelatih PSS Seto Nurdiantoro pun tengah di ujung tanduk karena gagal menang di dua laga terakhir.
Selain Arema, sang juara Piala Presiden yang tampil angin-anginan, dua tim yang melaju sampai semifinal, yaitu PSIS dan PSS, juga belum mampu bersaing di posisi 10 besar. PSIS juga telah memutus kemitraan dengan sang pelatih, Sergio Alexandre, di pekan keenam.
Posisi Pelatih PSS Seto Nurdiantoro pun tengah di ujung tanduk karena gagal menang di dua laga terakhir. Hingga pekan kedelapan, PSS berada di peringkat ke-12, sedangkan PSIS satu tingkat di bawahnya atau posisi ke-13.
Ketika tiga tim semifinalis Piala Presiden 2022 masih mencari bentuk permainan terbaik posisi lima besar klasemen sementara dikuasai tim-tim yang hanya menjadikan turnamen pramusim itu sebagai uji coba pemain muda dan ajang pematangan taktik. Mereka adalah Madura, Bali United, PSM Makassar, dan Persija. Selain PSM yang bisa menembus babak perempat final, tiga tim lainnya gugur di fase grup.
Sekali lagi, performa gemilang pada turnamen Piala Presiden bukan jaminan tampil konsisten di Liga 1, kompetisi resmi yang sesungguhnya. Fenomena itu seharusnya menjadi pelajaran tim-tim profesional Indonesia untuk cermat memasang target di setiap musim kompetisi.
Bagaimanapun, kebahagiaan berkat gelar turnamen pramusim bersifat fana, jika tidak diimbangi konsistensi di musim kompetisi sesungguhnya.