Setelah membuat berbagai kejutan pada masa awal berpasangan, permainan Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti mulai diantisipasi lawan. Hal itu membuat mereka tersingkir pada perempat final Denmark Terbuka.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
ODENSE, JUMAT — Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti mulai merasakan tantangan yang sesungguhnya setelah lima bulan bersaing dalam level elite. Pasangan top yang mereka kalahkan pada pertemuan awal, kali ini berbalik mengalahkan mereka.
Hal itu dialami Apriyani/Fadia saat berhadapan dengan pasangan Jepang peringkat keempat dunia, Nami Matsuyama/Chiharu Shida, pada perempat final Denmark Terbuka BWF World Tour Super 750. Bermain di JYSKE Bank Arena, Odense, Jumat (21/10/22), Apriyani/Fadia kalah dengan skor 21-17, 14-21, 12-21.
Meski harus melewati tiga gim, Matsuyama/Shida bisa mengantisipasi permainan cepat Apriyani/Fadia. Pertahanan mereka pun lebih kuat daripada saat mereka kalah 16-21, 15-21, dari Apriyani/Fadia babak kedua Malaysia Terbuka Super 750, Juni.
Kecepatan permainan diperlihatkan ganda putri Indonesia peringkat ke-24 dunia itu pada gim pertama di Odense. Apriyani lebih sering bertugas sebagai penyerang di belakang lapangan, sedangkan Fadia mengatur serangan di dekat net.
Di lapangan depan, Fadia cekatan dalam mencegat pukulan lawan. Pemain berusia 21 tahun itu juga jeli menempatkan kok ke wilayah lapangan yang kosong. Namun, mereka kesulitan mempertahankan penampilan pada gim kedua dan ketiga, apalagi akurasi pukulan Fadia pun menurun.
”Pada gim pertama, kami bisa mengontrol pertandingan. Sayang, saya banyak membuat kesalahan pada gim kedua. Permainan saya kurang konsisten hingga akhirnya lebih banyak diserang lawan,” kata Fadia.
Apriyani/Fadia, dengan bekal kemampuan teknis dan semangat juang yang melebihi ganda putri lainnya di pelatnas bulu tangkis Indonesia, mengejutkan ganda putri top dunia sejak tampil di Indonesia Masters Super 500 di Jakarta, 7-12 Juni. Mereka menembus final sebelum dikalahkan ganda putri nomor satu saat itu, Chen Qingchen/Jia Yifan (China).
Kejutan juga diperlihatkan ketika melanjutkan tur Asia Tenggara ke Malaysia dan Singapura. Pasangan penerus Greysia Polii/Apriyani itu menjuarai Malaysia Terbuka Super 750 dan Singapura Terbuka Super 500. Hasil tersebut melejitkan posisi mereka dalam daftar peringkat dunia, dari 200-an dunia, pada Juni, menjadi ke-24 saat ini.
Adapun pada peringkat Final BWF, Apriyani/Fadia berada di urutan kedelapan. Peringkat ini akan digunakan untuk menentukan delapan pemain terbaik dari setiap nomor untuk mengikuti Turnamen Final BWF di Guangzhou, China, 14-18 Desember.
Namun, semakin tinggi prestasi dan posisi mereka dalam peringkat dunia, semakin berat pula tantangan. Seperti dikatakan pelatih ganda putri Eng Hian, pasangan top dunia makin mewaspadai Apriyani/Fadia.
Selain Matsuyama/Shida, ganda putri peringkat ketiga dunia, Lee So-hee/Shin Seung-chan (Korea Selatan) sudah beradaptasi lebih dulu pada permainan Apriyani/Fadia. Setelah kalah pada perempat final Indonesia Masters, Lee/Shin berbalik menang dalam perempat final Indonesia Terbuka, satu pekan kemudian.
Pada gim pertama, kami bisa mengontrol pertandingan. Sayang, saya banyak membuat kesalahan pada gim kedua.
Pasangan lain yang sudah membalas kekalahan mereka dari Apriyani/Fadia adalah Pearly Tan/Thinaah Muralitharan (Malaysia). Persaingan dengan Chen/Jia pun diwarnai saling mengalahkan dalam tiga pertemuan.
Menghadapi tantangan itu dan setelah kalah di Denmark Terbuka, Apriyani menyatakan akan banyak evaluasi yang dilakukan. ”Yang pasti, kami sebenarnya sudah berusaha sedikit demi sedikit menutup kekurangan. Memang masih ada hal-hal kecil yang harus kita pelajari dan siapkan lagi,” kata peraih medali emas ganda putri Olimpiade Tokyo 2020 bersama Greysia itu.
Dalam waktu dekat, perubahan itu dibutuhkan untuk bersaing pada Perancis Terbuka Super 750, pekan depan. Jika tidak ada perubahan undian, mereka akan bertemu Tan/Muralitharan pada babak pertama dan berpeluang bertemu kembali Matsuyama/Shida pada perempat final.
Empat wakil ”Merah Putih” lainnya berlaga pada Jumat tengah malam hingga Sabtu dini hari WIB. Pada tunggal putra, Jonatan Christie berhadapan dengan Lee Zii Jia (Malaysia) untuk ketujuh kali. Jonatan unggul 4-2, tetapi kalah dalam dua pertemuan terakhir, termasuk dalam final Kejuaraan Asia di Filipina, Mei.
Tiga wakil ganda putra juga tampil, salah satunya dalam persaingan antara senior dan ”adik” mereka di pelatnas utama, yaitu Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon melawan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin. Kevin/Marcus memenangi satu pertemuan yang terjadi setahun lalu, yaitu pada final Hylo Terbuka di Jerman, dengan skor 21-14, 21-19.
Namun, penampilan Leo/Daniel di Odense kali ini cukup baik, salah satunya ketika menyingkirkan andalan tuan rumah yang unggulan keenam, Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen, pada babak pertama. Pada babak kedua, mereka mengalahkan pasangan Denmark lain, Daniel Lundgaard/Mathias Thyrri.
Adapun Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto menghadapi tantangan mempertahankan dominasi atas ganda Taiwan, Lu Ching Yao/Yang Po Han, yang menyingkirkan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan pada babak kedua. Fajar/Rian empat kali menang dari lima pertemuan atas Lu/Yang.
Ubah formasi semifinal
Pada semifinal Kejuaraan Dunia Yunior Beregu Campuran melawan Taiwan, Indonesia mengubah formasi pada tiga nomor dari tim yang mengalahkan China, 3-1, pada perempat final. Dalam pertandingan di Santander, Spanyol, mulai pukul 22.00 WIB, tunggal putra Alwi Farhan digantikan Muhammad Reza Al Fajri, adapun Ester Nurui Tri Wardoyo diganti Mutiara Ayu Puspitasari.
Pada ganda campuran, yang dimainkan pada laga pertama, Indonesia menurunkan Zaidan Arrafi Nabawi/Felisha Alberta Nathaniel Pasaribu, menggantikan Rafli Ramanda/Az-Zahra Putri Dania yang kalah ketika berhadapan dengan China. Pemain yang dipertahankan adalah ganda putra, Muhammad Putra Erwiansyah/Muhammad Rayhan Nur Fadillah, dan ganda putri, Meilysa Trias Puspita Sari/Rachel Allessya Rose.
Jika bisa mengalahkan Taiwan, lawan pada laga final adalah pemenang semifinal lain, Korea Selatan melawan Jepang.