Setelah melalui momen pasang-surut sepanjang tahun ini, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon berpeluang meraih gelar pertama tahun ini. Kesempatan itu datang di turnamen Denmark Terbuka.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
ODENSE, SABTU — Sepuluh bulan tanpa final dengan momen pasang-surut menjadi energi positif bagi Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon pada turnamen bulu tangkis Denmark Terbuka BWF World Tour Super 750. Untuk pertama kalinya tahun ini, ganda putra berjuluk ”Minions” itu mendapat kesempatan menjadi juara.
Peluang tersebut didapat Kevin/Marcus setelah mengalahkan juara dunia asal Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik, 21-17, 13-21, dan 21-17, pada semifinal di JYSKE Bank Arena, Odense, Sabtu (22/10/2022).
Di final, Minggu, Kevin/Marcus akan bertemu rekan latihan di pelatnas, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Pada semifinal, mereka mengalahkan pasangan Malaysia lainnya, Ong Yew Sin/Teo Ee Yi, 21-16, 22-20.
Ini menjadi final pertama Kevin/Marcus setelah kalah pada Turnamen Final BWF di Bali, 1-5 Desember 2021. Adapun gelar terakhir didapat dari Indonesia Terbuka Super 1000 di tempat yang sama, sepekan sebelumnya.
Marcus pun mengungkapkan perasaannya dengan hasil di Denmark. ”Kembali masuk final. Saat ini, kami kangen menjadi juara,” katanya.
Meski turnamen belum usai, Kevin/Marcus memperlihatkan sikap positif yang bisa menjadi bekal untuk menjalani final. Pasangan yang telah mengumpulkan 32 gelar juara itu memulai tahun 2022 dengan mencapai semifinal All England Super 1000, Maret, sebelum dikalahkan Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri yang akhirnya menjadi juara.
Setelah itu, mereka baru tampil kembali tiga bulan berikutnya di Jakarta karena Marcus harus memulihkan diri setelah operasi engkel kiri. Kevin/Marcus tampil pada Indonesia Masters Super 500 dan bertahan hingga semifinal, lalu tersingkir pada babak kedua Indonesia Terbuka Super 1000. Performa mereka terus menurun sehingga hanya bertahan sampai babak ketiga Kejuaraan Dunia dan babak kedua Jepang Terbuka.
Dampaknya, juara Denmark Terbuka 2018 dan 2019 itu kehilangan peringkat teratas dunia yang ditempati sejak September 2017. Mereka turun ke peringkat kedua pada 21 September, lalu ketiga, kembali kedua, dan kembali ke posisi ketiga sejak 11 Oktober.
Masa persiapan Denmark Terbuka tahun ini bahkan diwarnai momen keretakan hubungan Kevin dengan pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi, hingga Kevin memisahkan diri dari program latihan pelatnas utama ganda putra. Namun, masalah itu diselesaikan dengan cepat berkat kekompakan pemain ganda putra lainnya.
Meski Marcus belum berada dalam kondisi prima karena bekas operasinya, permainannya bersama Kevin kian baik pada setiap babak. Kecepatan dan serangan memang tak seeksplosif pada masa puncak tahun 2017-2019, tetapi keduanya bisa saling menutupi kekurangan. Saat smes keras Marcus tak bisa menembus rapatnya pertahanan lawan, misalnya, Kevin dengan cepat mengambil alih peran itu.
Selain permainan, ada hal positif lain yang menjadi perhatian Herry. ”Motivasi dan semangat untuk menang sudah muncul lagi. Mereka pun main dengan ngotot. Mereka pelan-pelan ke arah yang semakin membaik,” ujar Herry.
Kembali masuk final. Saat ini, kami kangen menjadi juara.
Pertemuan Kevin/Marcus dan Fajar/Rian akan menjadi persaingan kesepuluh sejak pertama kali berjumpa pada semifinal Indonesia Terbuka 2018. Kevin/Marcus unggul 6-3, termasuk dalam pertemuan terakhir pada semifinal Perancis Terbuka 2021.
Dari nomor lain, gelar juara ganda campuran dipastikan menjadi milik China dengan akan bertemunya Zheng Siwei/Huang Yaqiong dengan Feng Yanzhe/Huang Dongping pada final. Adapun gelar ganda putri diperebutkan oleh Chen Qingchen/Jia Yifan (China) dan Baek Ha-na/Lee So-hee (Korea Selatan).
Fokus perseorangan
Setelah gagal mempertahankan Piala Suhandinata, para pemain muda Indonesia akan fokus pada nomor perseorangan Kejuaraan Dunia Yunior di Santander, Spanyol, 24-30 Oktober. Untuk membawa pulang gelar juara, yang terakhir kali didapat ganda putra Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin pada 2019, Indonesia mengandalkan masing-masing empat wakil pada tunggal putra, tunggal putri, dan ganda campuran. Adapun ganda putra dan putri masing-masing menurunkan tiga wakil.
Mereka yang akan bermain pada nomor perseorangan ini, antara lain, Alwi Farhan, Ester Nurumi Tri Wardoyo, Raymond Indra, Daniel Edgar Marvino, Rachel Allessya Rose/Meilysa Trias Puspitasari, dan Rafli Ramanda/Az-Zahra Putri Dania.
Kegagalan Indonesia mempertahankan gelar juara beregu campuran terjadi setelah kalah dari Taiwan 2-3 pada semifinal yang berlangsung Jumat malam hingga Sabtu dini hari waktu Indonesia.
Piala Suhandinata untuk pertama kalinya didapat Indonesia di Kazan, Rusia, pada 2019. Saat itu, ”Merah Putih” berkekuatan pemain yang saat ini sudah bersaing di level senior, seperti Leo/Daniel, Putri Kusuma Wardani, dan Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi.
Kesempatan mempertahankan gelar juara datang pada tahun ini karena Kejuaraan Dunia Yunior pada 2020 dan 2021 batal digelar akibat pandemi Covid-19. Hampir semua peserta bertanding dengan minimnya turnamen yunior yang banyak dibatalkan sebagai dampak pandemi tersebut. Persaingan pun berubah.
Indonesia kalah dari Taiwan (peringkat ke-10 pada Kejuaraan Dunia 2019) yang akhirnya dikalahkan Korea Selatan 1-3 pada final. Sebanyak 38 tim yang bersaing di Santander tak hanya memperebutkan gelar juara. Setiap tim terus bertanding untuk memperebutkan posisi terbaik dalam daftar ranking. Indonesia pun berada pada ranking ketiga bersama Jepang pada tahun ini.
Saat melawan Taiwan, Indonesia tertinggal 0-2 dari kekalahan Zaidan Arrafi Nabawi/Felisha Alberta Nathaniel Pasaribu (ganda campuran) dan Muhammad Reza Al Fajri (tunggal putra). Setelah itu, harapan muncul saat skuad Indonesia yang berusia 16-18 tahun menyamakan skor dari kemenangan Mutiara Ayu Puspitasari (tunggal putri) dan Muhammad Putra Erwiansyah/Muhammad Rayhan Nur Fadillah (ganda putra).
Nasib Indonesia dan Taiwan ditentukan melalui ganda putri. Indonesia sebenarnya memiliki harapan besar untuk menang karena Rachel Allessya Rose/Meilysa Trias Puspitasari berpengalaman tampil dalam turnamen BWF World Tour. Namun, mereka kalah dari Nicole Gonzales Chan/Yang Chu Yun, 21-13, 16-21, dan 13-21.