Sejumlah pebulu tangkis belia terpaksa bertanding tanpa didampingi pelatih. Orangtua pun memilih mengisi kekosongan itu dengan berperan sebagai pelatih pengganti.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
Dari 2.386 peserta audisi umum Perkumpulan Bulu Tangkis (PB) Djarum, beberapa di antaranya berjuang tanpa kehadiran pelatih. Orangtua pebulu tangkis berperan besar dalam mengisi kekosongan itu. Naluri serta kasih sayang mereka meresap ke lapangan hingga menjadi pembakar semangat para pebulu tangkis untuk berjuang lolos audisi.
Adinda Asya Kirana (10) bermain dalam tekanan lawannya sepanjang laga di hari pertama babak turnamen audisi umum PB Djarum di GOR Djarum Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Pebulu tangkis asal Kota Palembang, Sumatera Selatan, yang berlaga di kategori U-11 putri itu kewalahan meladeni permainan cepat dan agresif Florence Alicia Sutanto dari PB Champions, Madiun.
Adinda mengikuti audisi tanpa didampingi pelatih di klubnya. Namun, kursi pelatih di lapangan yang harusnya kosong tetap terisi. Ibu Adinda, Ade Mahardikani (39), mengisi kekosongan itu. Sepanjang pertandingan, Ade mengamati pergerakan kaki dan pukulan Adinda. Sesekali Ade memberikan instruksi kepada Adinda di tengah pertandingan.
Ketiadaan sosok pelatih membuat naluri keibuannya bergerak. Ade tahu betul Adinda masih belia dan butuh pendamping selama berada di lapangan. Hampir semua pebulu tangkis yang mengikuti audisi umum PB Djarum bertanding dengan didampingi pelatih. Kehadiran pelatih sedikit banyak membantu pebulu tangkis muda itu untuk tetap fokus dan mengerti strategi apa yang harus diterapkan.
”Karena pelatihnya tidak bisa ikut, jadi saya putuskan jadi ofisial supaya Adinda lebih semangat dan mainnya lebih terarah. Sekalian kasih semangat secara langsung. Selama pertandingan itu, saya instruksinya lebih ke permainan. Misalnya, di mana yang kurang dan ditambahin di sebelah mana. Itu yang saya ingatkan,” kata Ade, Minggu (23/10/2022).
Edi berperan sebagai ’asisten pelatih’ bagi Aisyah dengan merekam permainannya untuk diperlihatkan kepada pelatih.
Selain Adinda, sejumlah pebulu tangkis lain juga tampak tidak didampingi pelatih, hanya orangtua. Tetapi, kebanyakan dari orangtua tersebut memilih tidak menjadi ofisial atlet dan hanya memberikan dukungan dari tepi lapangan.
Mewarisi mimpi
Ade dulunya merupakan pebulu tangkis di Sumatera Selatan. Ia cukup sering mengikuti kejuaraan di tingkat provinsi. Hanya, karena memiliki keterbatasan mata minus, karier bulu tangkis Ade terhenti. Mimpinya menjadi pebulu tangkis ia wariskan kepada Adinda.
”Dulu saya main bulu tangkis juga. Jadi ngertilahdikit-dikit (soal strategi bermain),” kata Ade.
Meski tidak diungkapkan secara langsung, Ade seperti paham kegundahan Adinda yang khawatir tak bisa bermain bagus tanpa kehadiran pelatih. Maklum, audisi ini adalah ajang yang sudah lama Adinda nantikan.
Melalui audisi umum PB Djarum, Adinda berharap bisa meniti karier sebagai pebulu tangkis nasional. Untuk itu, Ade mendukung dan memberikan apa pun yang ia bisa. Selain sebagai orangtua yang menemani selama perjalanan Palembang-Kudus, peran sebagai pelatih pun ia jalani.
”Saat pelatih tidak ada, saya agak gugup. Jadi, senang sekali Mama bisa menemani di lapangan,” kata Adinda.
Lain halnya dengan Yeni Istiqowati (42) yang mengaku tidak memahami bulu tangkis sehingga memutuskan tak mendampingi Kevin Nifen Avender (12) di lapangan. Yeni memilih memberikan dukungan dari tepi lapangan saat sang anak bertanding. Ia bertepuk tangan saat Kevin sukses mendapatkan poin dan berteriak memberi semangat kala sang anak tertinggal atau melakukan kesalahan.
Untuk mengikuti audisi, Yeni dan Kevin berangkat dari Kota Mojokerto, Jawa Timur, menggunakan bus. Kevin sehari-hari berlatih di PB Sinar Celcius. Pelatihnya sempat ingin mendampingi Kevin, tetapi urung karena harus melatih murid-murid lain di klub.
Yeni, yang beberapa kali mendampingi Kevin saat bertanding ke luar kota, tak mempermasalahkan sang anak bertanding seorang diri. Sebab, pelatih Kevin memang tak selalu bisa mendampingi saat bertanding di luar kota. ”Biar dia semangat saja. Kalau dilihat orangtua biasanya makin senang, walaupun tanpa pelatih hari ini,” kata Yeni.
Edi Ronald (43) juga harus berperan sebagai orangtua dan ”asisten pelatih” bagi Aisyah Syafira Noer Ramadhani (10). Pasangan ayah-anak asal Tasikmalaya, Jawa Barat, tersebut baru kali ini mengikuti audisi hingga lintas provinsi. Pelatih Aisyah berhalangan hadir untuk mendampingi.
Merekam permainan
Maka dari itu, Edi berperan sebagai ”asisten pelatih” bagi Aisyah dengan merekam permainan putrinya untuk diperlihatkan kepada pelatih. Dari rekaman itu, pelatih akan membuat analisis dan memberikan evaluasi bagi Aisyah.
”Khawatir karena pelatih tidak datang. Soalnya, kalau permainan atau gerakan saya salah, kan, tidak ada yang mengoreksi. Maka, Ayah diminta tolong pelatih untuk rekam saya sedang bertanding. Dengan begini, jadi ada masukan buat saya nanti,” kata Aisyah.
Audisi umum PB Djarum itu memperlihatkan bahwa cinta kasih orangtua memang tidak terbatas jarak dan waktu….