Jeka Saragih, Buruh Konstruksi di Arena Tarung Octagon
Tujuh tahun yang lalu, Jeka Saragih bekerja mengupas dan menyemprot cat di sebuah industri ”fabrication yard” di Batam. Kini ia selangkah lagi bakal menjadi petarung UFC pertama dari Indonesia.
Oleh
PANDU WIYOGA, Stephanus Aranditio
·4 menit baca
Bagi atlet bela diri campuran (mixed martial art/MMA), Ultimate Fighting Championship (UFC) adalah langit ketujuh. Hanya petarung terbaik yang boleh berduel di kompetisi tersebut. Kesempatan berlaga di arena sangkar The UFC Octagon itu selangkah lagi bakal diraih Jeka Asparido Saragih (27).
Pada Selasa (9/11/2022), Jeka Saragih tiba di Gedung Kementerian Pemuda dan Olahraga, Jakarta. Ia didampingi Ketua Umum Komite Olahraga Beladiri Indonesia (KOBI) Anindra Ardiansyah Bakrie dan tim dari One Pride MMA.
Petarung asal Desa Bah Pasunsang, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, itu disambut Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali. Di ruangan kerja Zainudin, lantai 10 Gedung Kemenpora, Jeka berbicara mengenai rencananya ke depan.
Saat ini Jeka tengah bersiap menuju pertarungan final Road to UFC melawan Anshul Jubli dari India di Korea Selatan pada Februari 2023. Jika memenangi duel itu, Jeka akan menjadi petarung Indonesia pertama yang mendapatkan satu kontrak eksklusif dari UFC.
Karier MMA Jeka berawal dari pertemuannya dengan Yakop Sutjipto (53) pada medio 2015. Saat itu, Jeka mendaftar untuk berlatih MMA di Klub Batam Fighting Club (BFC) yang diasuh Yakop.
”Dulu (Jeka) masih lugu banget. Waktu itu umur dia baru 20 tahun,” kata Yakop, Selasa (25/10/2022).
Saat berlatih dengan BFC, Jeka membayar Rp 500.000 per bulan. Saat itu, ia masih bekerja di PT SMOE, sebuah industri fabrication yard yang memproduksi instalasi untuk pengeboran minyak dan gas lepas pantai.
Senior Supervisor Internal Yard Management PT SMOE Basuki Rahmat, Rabu (26/10/2022), mengatakan, Jeka terikat kontrak kerja di perusahaan itu pada Juni 2015 hingga Juni 2016. Ia adalah buruh di divisi sandblasting and painting.
”Tugas dia mengupas dan menyemprot cat. Dulu dia pekerja subkontraktor yang dikontrak PT SMOE untuk menyelesaikan pesanan rig (instalasi pengeboran) migas dari salah satu perusahaan asing,” ujar Basuki.
Jeka berlatih MMA di BFC setelah ia pulang bekerja pada malam hari. Jadwal latihan bareng pelatih di BFC sebanyak dua kali dalam satu minggu.
Tendangan maut
Di samping latihan bersama pelatih, Yakop mengizinkan anak didiknya untuk datang ke BFC dan berlatih secara mandiri. Ia sering melihat Jeka berada di gim menendang-nendang samsak sendirian pada malam hari.
”Dia orang pertama yang merusakkan samsak di sini, makanya saya kasih dia julukan tendangan maut. Cuma atlet yang rajin latihan yang bisa buat samsak sampai sobek begitu,” ucap Yakop.
Melihat kedisiplinan pemuda itu, Yakop menemui pelatih yang sehari-hari menemani Jeka, Alwi Alhabsyi. Dari Alwi, Yakop baru tahu bahwa Jeka sebenarnya adalah atlet wushu dari Kabupaten Simalungun.
Kemudian awal 2016, Yakop merekrut Jeka menjadi petarung BFC. ”Waktu itu dia tidak punya tempat tinggal dan segala macam, jadi ya sudah akhirnya semua saya tanggung,” ujar laki-laki bertato kalajengking di lengan kanan itu.
Tiga bulan setelah itu, Jeka mengatakan kepada Yakop ingin berlaga di One Pride, kompetisi MMA paling bergengsi di Indonesia. Yakop setuju karena Jeka sebelumnya telah menunjukkan performa bagus selama bertanding di level kompetisi daerah.
”Sebetulnya Jeka itu dulu masuk kelas featherweight (65,8 kg), tetapi lawan yang beratnya 10 kg di atas pun dia ajak main. Rata-rata lawannya enggak sampai ke ronde tiga, sekali kena tendang atau pukul langsung KO,” ucap Yakop.
Pelatih dan rekan tarung Jeka, Alwi Alhabsy, juga mengagumi kekuatan pukulan dan tendangan yang sangat mematikan itu. Namun, mantan petinju asal Sulawesi Utara itu menemukan kekurangan Jeka yang sangat mendasar.
”Karena Jeka basic-nya atlet wushu, dia enggak pandai ground. Dia cuma pandai pukul dan tendang saja,” kata Alwi.
Oleh karena itu, BFC lalu berupaya mengembangkan kemampuan Jeka bertarung ground atau bergulat. ”Saya bersedia membiayai dia latihan ground. Saya kasih dia beasiswa. Yang penting, dia serius belajar,” ucap Yakop.
Pada 2018, Yakop mengirim Jeka ke Jakarta untuk berlatih ground kepada Fransino Tirta, mantan atlet MMA yang kini menjabat CEO One Pride. Selain itu, Yakop juga mendatangkan mantan atlet gulat dan wushu Linson Simanjuntak ke Batam untuk melatih Jeka selama satu minggu.
Pulang kampung
Jeka berada dalam naungan BFC selama dua tahun. Bersama BFC, ia dua kali meraih sabuk juara kelas featherweight di kompetisi MMA One Pride. Namun, pada medio 2018, Bupati Simalungun memanggil Jeka pulang kampung.
Saat itu, sebenarnya Jeka masih terikat kontrak dengan BFC hingga 2020. Namun, Yakop tetap mengizinkan Jeka pulang kampung karena ia melihat Jeka ingin dekat dengan keluarga dan juga membangun kampungnya.
”Kalau menghitung dari segi bisnis, pasti saya rugi. Tapi, kan, tujuan utama saya itu bantu atlet meraih prestasi. Keuntungan finansial bukan tujuan utama saya,” kata Yakop tersenyum.
Sekitar 1.000 kilometer dari Batam, di Gedung Kementerian Pemuda dan Olahraga, Jakarta, Jeka mengulum senyum ketika mendengar nama Yakop Sutjipto. Ia menyadari Yakop-lah yang pertama mendorong dia terjun di MMA.
”Banyak sekali pelajaran yang saya dapat dari Pak Yakop. Semoga dalam waktu dekat saya dapat berjumpa dengan Pak Yakop sebelum saya berangkat latihan ke AS,” ucap Jeka.