Kento Momota mengalami siklus karier yang biasa dihadapi atlet, yaitu mengalami serangkaian kegagalan. Mantan pebulu tangkis nomor satu dunia itu berupaya bangkit dengan target sederhana, segera mendapat kemenangan.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Dua kejuaraan dengan hasil dua kali kalah pada babak pertama didapat Kento Momota, yang pernah menjadi pemain nomor satu dunia dan mendominasi noor tunggal putra, pada awal 2023 ini. Momota mengakui berada dalam momen buruk dalam kariernya, tetapi tak ingin larut dalam kegagalan.
“Ada masanya bahwa karier atlet berada di atas dan di bawah. Saat ini, saya memang sedang berada di bawah, tetapi tak ingin larut dalam kekalahan-kekalahan ini,” tuturnya.
Momota mengatakan itu setelah dikalahkan pemain China, Shi Yuqi, pada babak pertama turnamen Daihatsu Indonesia Masters BWF World Tour Super 500. Pada pertandingan di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (25/1/2023), dia kalah dengan 18-21, 7-21.
Laga tersebut menjadi duel dua pemain yang pernah berada di level elite tunggal putra dunia. Momota pertama kali memuncaki peringkat dunia pada 27 September 2018 berkat empat gelar juara dari turnamen level Super 1000 dan 750. Adapun posisi tertinggi yang pernah ditempati Shi dalam peringkat dunia adalah posisi kedua pada 2017.
Saat berada pada masa jaya dalam periode bersamaan, mereka terbiasa bersaing dalam semifinal atau final turnamen. Pada pertemuan terakhir dalam kejuaraan individu misalnya, Momota mengalahkan Shi pada final Kejuaraan Asia 2019. Namun, saat ini, keduanya terpaksa bersaing pada babak pertama karena sama-sama tak berstatus unggulan.
Status sebagai tunggal putra terbaik dunia ditegaskan Momota pada 2019 ketika dia 11 kali menjadi juara dari 18 turnamen. Dari 11 gelar itu, tiga diantaranya berasal dari ajang bergengsi, yaitu All England, Kejuaraan Dunia, dan turnamen Final BWF.
Namun, cita-cita tertingginya, yaitu meraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 yang digelar pada 2021, sirna dengan kejutan yang dibuat pemain Korea Selatan, Heo Kwang-hee. Momota kalah bersaing dengan Heo untuk menjadi juara grup sebagai syarat lolos ke persaingan sistem gugur.
Setahun setelah itu, dia tersingkir pada babak kedua Kejuaraan Dunia 2022 yang juga digelar di Tokyo. Pada September 2022, Momota juga tersisih dengan cepat di hadapan publiknya sendiri, yaitu pada babak pertama Jepang Terbuka Super 750. Sejak saat itulah, dia menepi dari turnamen.
Pemain berusia 28 tahun itu terpuruk. Dalam wawancara yang dirilis di laman Olimpiade, Momota bercerita bahwa kegagalan di Olimpiade begitu membekas pada dirinya. Komentar bahwa “bulu tangkis tak lagi menyenangkan” menjadi tanda bahwa dia sedang berada di dasar kariernya.
Ada masanya bahwa karier atlet berada di atas dan di bawah. Saat ini, saya memang sedang berada di bawah, tetapi tak ingin larut dalam kekalahan-kekalahan ini.
Namun, setelah kalah dari Shi di Istora, Momota mengelak bahwa itu menandakan bahwa dia akan segera pensiun. “Saat itu, saya berada di bawah. Karier atlet kadang di atas, kadang di bawah. Tetapi, itu bukan berarti saya akan segera pensiun, saya belum memikirkan itu,” katanya.
Juara dunia 2018 dan 2019 itu, bahkan tengah berusaha untuk bangkit meski upayanya belum terlihat dalam hasil turnamen. Setelah batal tampil pada Malaysia Terbuka, dia kalah dari pemain Denmark, Rasmus Gemke, pada babak pertama India Terbuka.
Dalam perjalanan untuk membangkitkan diri ini, targetnya pun tak muluk, meski pada musim kompetisi 2023 ini akan dimulai fase kualifikasi Olimpiade Paris 2024. Masa pengumpulan poin ranking untuk ajang multicabang terbesar di dunia itu berlangsung 1 Mei 2023 hingga 28 April 2024. Poin yang dikumpulkan setiap atlet akan menghasilkan daftar peringkat untuk menentukan kuota atlet setiap negara dari masing-masing nomor.
“Saya tidak ingin berpikir terlalu jauh, tentang Olimpiade. Target saya sekarang sederhana, ingin memenangi satu pertandingan dulu,” tuturnya.
Momota pernah bangkit setelah gagal tampil pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016 karena mendapat sanksi skors dari Asosiasi Bulu Tangkis Jepang. Sanksi itu diberikan setelah terlibat dalam judi ilegal. Lalu dia kembali absen sekitar satu tahun saat tengah berada di posisi nomor satu dunia karena kecelakaan lalu lintas usai menjuarai Malaysia Masters, pada awal 2020.
Momen suram itu menjadi motivasi untuk menunjukkan diri bahwa dia belum habis. Kini, Momota menghadapi momen serupa, berusaha menjadikan rangkaian hasil buruknya sebagai motivasi untuk kembali ke puncak.