Keampuhan prinsip pemilihan skuad repetitif ala Mikel Arteta akan diuji oleh Leicester City di Stadion King Power.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LEICESTER, JUMAT – Manajer Arsenal Mikel Arteta selalu memegang prinsip “jika tidak rusak, jangan diubah”. Arteta pun nyaris selalu menggunakan pemain dan formasi sama setiap laga. Pendekatan minim rotasi itu memang menciptakan konsistensi, tetapi permainan mereka jadi lebih mudah ditebak belakangan ini.
Bukan tanpa alasan Arsenal memuncaki klasemen sementara Liga Inggris hingga pekan ke-24. Mereka adalah tim paling konsisten sejak awal musim. Uniknya, konsistensi tidak hanya tercermin dari hasil, tetapi juga dari nama-nama pemain yang diturunkan setiap pemain.
“Si Meriam” merupakan klub dengan pergantian sebelas pemain mula paling sedikit di liga, hanya 18 kali. Arteta menampilkan pemain sama nyaris setiap pemain, hanya mengganti ketika cedera. Buktinya, 5 pemain mereka tampil di seluruh laga (23 kali), salah satunya penyerang sayap Bukayo Saka.
Arteta jarang mengubah daftar pemain dalam formasi 4-2-3-1 karena mengincar kekompakan tim. Arsenal memainkan sistem penguasaan bola dominan dengan kombinasi umpan pendek bertempo tinggi saat menyerang dan tekanan agresif dengan garis pertahanan tinggi saat bertahan.
Sistem itu membutuhkan penempatan posisi tepat dan komunikasi kuat para pemain. Saka dan rekan-rekan seperti harus tahu posisi rekan-rekannya tanpa melihat. Selain itu, sistem Arteta juga menuntut standar setinggi mungkin bagi pemain yang ingin tampil. Arteta pun hanya memberikan kesempatan kepada pemain yang sudah terbukti.
Gelandang baru Arsenal Jorginho mengatakan, Arteta adalah salah satu manajer dengan pemahaman detail strategi terbaik. “Dia sedikit mengingatkan saya kepada (Maurizio Sarri). Buat saya, detail membuat perbedaan antara tim bagus dan tim pemenang,” ujarnya.
Konsistensi itu berbuah manis. Arsenal justru menjadi klub dengan pencetak gol paling beragam di liga. Sebanyak 13 pemain sudah mencetak gol untuk “Si Meriam”, melampaui tim lain seperti Chelsea dan Manchester United (12 pemain) yang jauh lebih banyak menukar sebelas pemain mula.
Namun, akibat minim rotasi, Arsenal juga semakin mudah dibaca para lawan pada paruh kedua musim. Terbukti mereka hanya menang sekali dari empat laga selama Februari. Adapun kemenangan mereka satu-satunya, pekan lalu, diraih setelah tertinggal 1-2 dari Aston Villa pada paruh kedua.
Sekarang kami berlatih dengan suasana yang lebih baik (setelah menang), lebih positif.
Leicester City akan menguji celah tersebut. “Si Rubah”, julukan Leicester, akan menjamu Arsenal di Stadion King Power, pada Sabtu (25/2/2023). Adapun tim tuan rumah sedang berlari dari jeratan zona degradasi setelah kalah dari Manchester United 0-3 pada pekan lalu.
Skuad dan formasi repetitif memperlihatkan kelebihan Arsenal dalam perangkap blok super tinggi. Namun, lawan mereka pada Februari, termasuk tim juara bertahan Manchester City, tidak ingin terjebak dengan membangun serangan dari bawah. Mereka pun menggunakan umpan panjang untuk menghindari perangkap “Si Meriam”. Cara itu sangat efektif.
Pembeda terbesar Arsenal musim ini adalah peran baru gelandang Granit Xhaka. Dia naik menjadi gelandang serang ketika Arsenal menguasai bola. Pada paruh musim pertama, perubahan itu sulit diantisipasi. Xhaka menjadi lumbung peluang, termasuk menyumbang 3 gol 3 asis pada 11 laga pertama. Adapun Xhaka hanya menghasilkan 2 asis dalam 11 laga terakhir.
Bagi Leicester, dua hal itu akan menjadi kunci versus Arsenal. Mereka selalu menjadi tim yang senang membangun serangan dari bawah di era rezim manajer Brendan Rodgers. Saat bersamaan, pertahanan mereka terlihat rapuh saat ditumbangkan MU di Stadion Old Trafford. Mereka harus menghindari perangkap pertahanan Arsenal dan meredam Xhaka.
Rodgers mengatakan, tidak takut dengan ancaman eksplosivitas permainan Arsenal. Dia justru ingin bermain terbuka, saat tim lain memilih bertahan pasif dengan blok rendah. “Mikel dan saya punya identitas yang sama. Kami ingin menciptakan peluang dan mencetak gol. Sepak bola adalah tentang mencetak gol. Tentunya kami ingin kompetitif melawan Arsenal,” katanya.
Di sisi lain, Arteta mempercayai, tidak ada yang salah dengan strategi dan skuad Arsenal. Mereka hanya kurang beruntung pada awal hinga medio Februari. Rentetan hasil buruk itu berdampak terhadap mentalitas tim. Adapun Arsenal yang memiliki rerata skuad termuda di liga, belum terbiasa dalam perburuan gelar.
“Sekarang kami berlatih dengan suasana yang lebih baik (setelah menang), lebih positif. Fakta bahwa tim kembali dari keterpurukan ketika mereka tertinggal 1-2 adalah hal yang sangat penting. Itu menjadi dorongan besar pada saat seluruh pihak di luar ingin melihat Anda kalah,” jelas Arteta.
Adapun laga nanti akan lebih menguntungkan Arsenal. Leicester kurang bertaji ketika tampil di depan publik sendiri musim ini. Mereka baru mencatat tiga kali menang dari 11 laga, hanya lebih banyak dari tim juru kunci Southampton (satukali).
Sementara itu, Arsenal adalah tim tandang terbaik di liga. Mereka mencatat sembilan kali menang dari 12 laga. “Si Meriam” juga sudah mengoleksi 28 poin sejauh ini dari markas tim lawan, meninggalkan City yang berada di peringkat kedua dengan raihan 21 poin. (AP/REUTERS)