Vinicius Jr dan Kevin De Bruyne menegaskan kualitas setara pada duel dua raksasa di Santiago Bernabeu. Untuk pertama kali pertarungan Carlo Ancelotti dan Pep Guardiola berakhir imbang.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
MADRID, RABU – Real Madrid dan Manchester City memamerkan performa tanpa cela pada duel pertama semifinal Liga Champions, Rabu (10/5/2023) dini hari WIB, di Stadion Santiago Bernabeu. Sebuah gol sensasional dari masing-masing tim menjadi penanda kualitas setara, meskipun Real dan City tampil dengan filosofi permainan yang berbeda.
Pertarungan pertama kedua klub berakhir imbang, 1-1. Gol melalui tembakan keras nan indah dari Vinicius Junior pada menit ke-36 dibalas tendangan presisi, yang melayang sedikit di atas rumput, oleh Kevin De Bruyne ketika laga berjalan 67 menit.
Pelatih Real Carlo Ancelotti menerapkan taktik pertahanan rendah yang membiarkan City mendominasi penguasaan bola pada babak pertama. Proses transisi menyerang cepat dari kedua sisi sayap menjadi resep Ancelotti untuk mengulang kemenangan di laga kedua semifinal Liga Champions musim lalu.
Meskipun hanya mencatatkan 29 persen penguasaan bola di paruh pertama, “Los Blancos” mampu mengejutkan City melalui gol yang diawali serangan balik cepat berkat kolaborasi Eduardo Camavinga dan Vinicius di sisi kanan pertahanan City. Itu adalah satu-satunya tembakan yang dihasilkan Real, sang pemilik 14 trofi Liga Champions, sebelum turun minum.
Taktik bertahan Real berjalan sukses di babak pertama. Enam sapuan, tiga intersep, delapan tekel sukses, dan satu blok tembakan pemain City menjadi indikator Real mampu meredam permainan menyerang City yang dominan memainkan bola di zona pertahanan tim tuan rumah.
Tak ketinggalan, kiper Real, Thibaut Courtois, juga menjadi kunci dengan melakukan empat penyelamatan gemilang. Penjaga gawang tim nasional Belgia itu mengagalkan peluang rekan senegaranya, De Bruyne, lalu sekali menahan sepakan keras Rodri, serta dua kali menghalau ambisi Erling Haaland membuka keran gol di Bernabeu.
Ketika mereka memiliki penguasaan bola, kami mengontrol dengan baik secara bertahan. Ketika kami mulai memainkan bola, banyak kesulitan yang kami ciptakan untuk mereka (City).
“Ketika mereka memiliki penguasaan bola, kami mengontrol dengan baik secara bertahan. Ketika kami mulai memainkan bola, banyak kesulitan yang kami ciptakan untuk mereka (City),” kata Ancelotti, yang memainkan laga ke-190 laga Liga Champions sebagai pelatih, seusai laga kepada BT Sport.
Lebih lanjut, Ancelotti menuturkan, kunci utama permainan timnya adalah menjalankan permainan posisi yang baik dalam bertahan. Selain itu, timnya juga tidak menyia-nyiakan peluang pertama mereka untuk menghasilkan gol.
Pada babak kedua, Ancelotti menginstruksikan timnya untuk lebih banyak mengontrol bola dibandingkan bermain bola-bola langsung yang diarahkan ke kedua penyerang sayap, Vinicius dan Rodrygo. Hasilnya, Los Blancos bisa lebih mengimbangi penguasaan bola dengan catatan 43 persen.
Selain itu, Real juga mampu mengkreasikan lebih banyak peluang. Karim Benzema dan Aurelien Tchouameni menghasilkan sekali tembakan mengarah ke gawang City dari total 12 tembakan yang diciptakan Real pada babak kedua.
“Di jeda babak pertama, kami melakukan beberapa pembenahan. Pelatih meminta kami lebih banyak menguasai bola dan lebih kreatif. Itu berjalan baik, tetapi kami gagal mengemas hasil lebih baik,” ucap Luka Modric, gelandang kreatif Real, dilansir laman UEFA.
Di sisi lain, City juga tampil sesuai dengan karakter permainan mereka yang lebih superior menguasai bola serta menekan lawan dengan blok pertahanan tinggi. Dominasi 71 persen pada babak pertama dan 57 persen penguasaan bola di paruh kedua menunjukkan City tetap tampil dengan identitas sejati mereka di Bernabeu.
Namun, kontrol terhadap tempo permainan dan bola yang dominan di babak pertama tidak mampu menghasilkan gol yang diharapkan anak asuhan Guardiola. Mereka menghasilkan enam tembakan, tetapi tidak ada peluang bersih yang berpeluang besar menjadi gol. Hanya dua sepakan dari luar kotak penalti masing-masing dihasilkan De Bruyne dan Rodri yang membuat Courtois melakukan tepisan.
Pada babak kedua, City gagal mempertahankan dominasi mereka di lapangan tengah. Keputusan Ancelotti untuk menugaskan bek sayap kiri, Eduardo Camavinga, agar sejajar dengan trio gelandang, yaitu Modric, Toni Kroos, dan Federico Valverde, menyulitkan “The Citizens” guna menduplikat superioritas mutlak atas penguasaan bola setelah turun minum.
Kondisi itu membuat catatan kreasi peluang lebih timpang. Real mampu menghasilkan 12 tembakan, sedangkan City hanya bisa menciptakan dua peluang melalui De Bruyne. Tetapi, dua tembakan yang dihasilkan pemain asal Belgia itu adalah peluang terbaik yang dimiliki City.
Pada menit ke-52, De Bruyne berhadapan satu lawan satu dengan Courtois. Sayang, sepakannya masih bisa dihalau tangan kanan Courtois. Pada 15 menit berselang, penantian gol City berakhir melalui sepakan jarak jauh De Bruyne. Gol itu diawali intersep yang dilakukan Rodri untuk memotong operan Camavinga kepada Rodrygo.
“Ketika kami lebih baik, mereka mencetak gol. Ketika mereka lebih baik, kami mencetak gol. Laga yang sangat ketat. Pertandingan semifinal di Bernabeu terkadang kami memiliki momen bagus dan kami juga mengalami situasi sulit dengan kualitas mereka saat menguasai bola,” ujar Guardiola, yang terlihat mengenakan jas untuk pertama kali pada laga City di musim ini, seperti dikutip BBC.
Dengan hasil imbang di Bernabeu, itu menjadi pertama kali dalam sembilan duel Guardiola menghadapi Ancelotti di Eropa laga berakhir tanpa pemenang. Pada delapan pertemuan sebelumnya, Guardiola lima kali menaklukan tim asuhan Ancelotti. Sebaliknya, juru taktik asal Italia itu telah mengalahkan Guardiola pada tiga gim.
Meski di tengah tekanan Real, Guardiola memutuskan tidak melakukan satu pun pergantian pemain di babak kedua. Ia memetik pelajaran dari pengalaman duel semifinal di musim lalu ketika melakukan tiga pergantian pemain yang gagal menjaga keunggulan City di Bernabeu, sehingga melepas tiket ke partai puncak.
Itu membuat Guardiola menjadi manajer pertama yang tidak memanfaatkan pemain cadangan di babak semifinal Liga Champions sejak 2007. Cara serupa terakhir kali diterapkan Sir Alex Ferguson ketika membawa Manchester United menumbangkan AC Milan, yang diasuh Ancelotti, 3-2, pada laga pertama babak empat besar edisi 2006-2007 di Stadion Old Trafford.