Kedewasaan Pertemukan AS Roma dan Sevilla di Final
AS Roma dan Sevilla melaju ke final Liga Europa. Mereka menembus partai puncak itu usai menyingkirkan lawannya masing-masing dalam laga kedua semifinal dengan penuh kedewasaan.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
LEVERKUSEN, JUMAT – AS Roma dan Sevilla akhirnya melaju ke final Liga Europa yang berlangsung di Stadion Puskas Arena, Budapest, Hongaria, Kamis (1/6/2023). Kedua tim menunjukkan kedewasaannya dalam laga kedua semifinal yang sangat menentukan. Roma di bawah kendali pelatih Jose Mourinho yang andal di kompetisi Eropa mampu meredam niat balas dendam Bayer Leverkusen. Sedangkan, Sevilla yang spesialis Liga Europa sukses meredam superioritas raksasa Italia, Juventus.
Dalam laga kedua semifinal di Stadion BayArena, Leverkusen, Jumat (19/5), Roma menahan imbang 0-0 Leverkusen sehingga I Lupi alias ”Si Serigala” unggul agregat 1-0. Sebelumnya pada laga pertama di Stadion Olimpico, Roma, Jumat (12/5), mereka menang 1-0 berkat gol gelandang Edoardo Bove di menit ke-63.
Roma menunjukkan startegi bertahan kelas satu ala Mourinho dalam laga tandang tersebut. Skuad I Giallorossi alias ”Si Kuning-Merah” sangat disiplin menjaga posisi masing-masing yang cenderung parkir bus dan tenang menangani segala bentuk serangan yang dibangun Leverkusen, maupun teror dari para pendukung tuan rumah yang memadati stadion.
Roma dikurung dengan 72 persen penguasaan bola yang dikuasai Leverkusen. Sedangkan, Roma hanya menguasai bola 28 persen. Klub asal Ibu Kota Italia itu juga digempur dengan 23 tendangan dan enam tepat sasaran ke gawang oleh Leverkusen. Sedangkan, mereka cuma melancarkan satu tendangan yang tidak mengarah ke gawang.
Permainan konservatif Roma benar-benar membuat Leverkusen frustrasi sehingga mudah terpancing emosi yang memicu banjir kartu kuning, yakni lima untuk pemain dan satu untuk pelatih Xabi Alonso. Sampai wasit meniup pluit panjang tanda laga berakhir, Roma tetap tidak kebobolan.
”Para pemain memberikan segalanya dan mereka juga sangat cerdas. Saya pikir kinerja kami adalah hasil dari kerja keras, pengalaman, kecerdasan taktis, dan fakta bahwa kami tahu bagaimana bertahan dalam permainan, membawa pertandingan ke arah kekuatan kami, dan mencoba menyembunyikan masalah kami,” ujar Mourinho dilansir Asroma.com.
Pemain di lapangan, pemain di bangku cadangan, pelatih, dan staf pendukung Roma sontak berlarian ke tengah lapangan. Mereka saling berpelukan dan meloncat-loncat kegirangan karena memastikan diri kembali membawa Roma ke final Liga Europa sejak ”Si Serigala” kalah agregat 1-2 dari Inter Milan dalam final Piala UEFA yang menjadi cikal-bakal Liga Europa pada musim 1990/91.
Itu sekaligus menjadi final kedua Roma di kompetisi Eropa dalam dua tahun terakhir, setelah lolos ke final dan juara Liga Konferensi musim lalu. ”Saya tidak khawatir menjadi bagian dari sejarah Roma, tetapi saya hanya membantu para pemain mencapai hal-hal besar dan berkembang, serta membantu para penggemar Roma yang telah memberikan saya begitu banyak hal sejak hari pertama. Kami selalu memberikan yang terbaik untuk membuat para penggemar senang. Menembus final tentu saja merupakan sumber dari begitu banyak kegembiraan,” ungkap Mourinho.
Alonso dikutip Uefa.com mengatakan, sampai akhir, timnya melakukan semua yang mereka bisa. Mereka menciptakan banyak peluang dan tembakan tetapi tidak ada yang berujung menjadi gol. Itu yang menyebabkan mereka frustrasi. ”Laga semifinal kedua yang bagus dengan detail kecil yang hilang. Sayang sekali, tetapi kami harus menerimanya. Kami kalah karena kebobolan sekali saja, itu berat tetapi beginilah sepak bola,” kata Alonso yang pernah diasuh oleh Mourinho di Real Madrid medio 2010-2013.
Ketika Anda memainkan pertandingan yang sangat penting ini, detaillah yang membuat perbedaan.
Marwah Sevilla terjaga
Sementara itu, Sevilla menjaga marwahnya sebagai raja Liga Europa saat menang 2-1 atas tim tamu Juventus, Jumat. Walau bermain di hadapan para pendukung sendiri yang fanatik, Sevilla tidak bisa menang begitu saja atas Juve. Bahkan, Los Nervionenses sempat tertinggal oleh gol penyerang Juve, Dusan Vlahovic pada menit ke-65.
Akan tetapi, tak butuh waktu lama, Sevilla membalas melalui gol pemain pengganti, pemain sayap Suso di menit ke-71. Kedudukan 1-1 membuat agregat menjadi 2-2 sehingga laga dilanjutkan ke babak tambahan. Mental Sevilla pun teruji dalam babak penentuan itu, mereka langsung unggul lewat gol pemain pengganti lainnya, pemain sayap Erik Lamela di menit ke-95.
Sehabis itu, tidak ada lagi gol tercipta sehingga Sevilla menang agregat 3-2 dan melaju ke final Liga Europa/Piala UEFA ketujuh sepanjang sejarah mereka. Sejauh ini, Los Hispalenses menjadi klub tersukses dalam ajang kasta kedua antar klub Benua Biru tersebut dengan enam kali juara dari enam final, yakni pada 2005/06, 2006/07, 2013/14, 2014/15, 2015/16, dan 2019/20. Mereka unggul atas Atletico Madrid, Juve, Inter Milan, dan Liverpool yang membuntuti masing-masing dengan tiga trofi.
”Tujuan kami adalah melakukan yang terbaik dalam kompetisi ini dan semuanya berjalan dengan baik. Kami telah menyingkirkan dua tim hebat, yaitu Manchester United (di perempat final) dan Juve, dan kami akan tampil di Budapest melawan tim hebat lainnya (Roma) dan pelatih hebat lainnya (Mourinho). Orang-orang tidak menyangka kami akan melakukannya tetapi kami mencapainya. Kami memainkan pertandingan yang sangat bagus, terutama di kandang dan kami pantas ke final,” tutur pelatih Sevilla Jose Luis Mendilibar dilansir Uefa.com.
Sebaliknya, kekalahan itu memastikan Juve gagal merebut gelar apa pun pada musim ini. Sebelumnya, La Vecchia Signora alias ”Si Nyonya Besar” kalah dari perburuan scudetto atau juara Serie A Liga Italia dari Napoli yang mengunci gelar pada pekan ke-33 kemarin, tersingkir dari semifinal Piala Italia, dan tersisih dari penyisihan grup Liga Champions yang menyebabkan mereka terlempar ke Liga Europa.
”Ketika Anda memainkan pertandingan yang sangat penting ini, detaillah yang membuat perbedaan. Saya kecewa kami tidak berhasil lolos ke final, para pemain layak mendapatkannya tahun ini. Tahun depan, para pemain akan memiliki lebih banyak pertandingan internasional yang bisa meningkatkan mereka dalam detail-detail kecil,” ujar pelatih Juve Massimiliano Allegri di laman resmi Juve.
Grafik negatif itu melengkapi nasib nahas Juve sepanjang musim ini, di mana mereka terbelenggu skandal laporan keuangan palsu. Kasus yang sempat membuat Le Zebre alias ”Si Zebra” terkena penalti atau pengurangan 15 poin di Serie A itu masih belum tuntas dan diprediksi akan menimbulkan sanksi baru dalam waktu dekat. ”Kami sekarang bertujuan untuk finis kedua di Serie A, memperbaiki urutan klasemen dari dua tahun terakhir. Kami harus mengatasi kekecewaan ini dan pulih dengan cepat,” pungkas Allegri.