Drama perebutan gelar juara paling mendebarkan tersaji di pekan pamungkas Liga Jerman. Bayern Muenchen mempertahankan supremasi berkat penampilan buruk Borussia Dortmund.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
KOELN, SABTU – Bayern Muenchen mengukuhkan gelar Liga Jerman ke-11 beruntun di pekan pamungkas musim 2022-2023. Kemenangan tipis, 2-1, pada duel pekan ke-34 kontra Koeln, Sabtu (27/5/2023), di Stadion RheinEnergie, membantu “Die Roten” untuk mengudeta posisi puncak dari Borussia Dortmund.
Kepastian Bayern mengunci gelar juara Liga Jerman tidak lepas dari hasil imbang, 2-2, yang diraih sang pesaing, Dortmund, melawan Mainz di Signal Iduna Park pada laga lainnya di saat yang bersamaan.
Dengan hasil di laga penutup musim itu, kedua tim memiliki poin setara, yaitu 71 poin. Bayern berhak meraih meisterschale (trofi juara) karena keunggulan mutlak selisih gol. Die Roten mencatatkan selisih gol +54, sedangkan Dortmund mengoleksi +39.
“Ini musim yang sangat luar biasa,” ucap penyerang veteran Bayern, Thomas Mueller, kepada Sky Sport Jerman, ketika ditanya kesannya bisa mengunci gelar juara di pekan terakhir.
Dengan trofi juara di musim ini, Bayern tidak hanya menyegel gelar liga ke-33, mereka juga kian menegaskan mentalitas juara yang tidak bisa ditandingi tim lain di Jerman. Dortmund menjadi korban ketiga yang harus menerima kenyataan digeser Bayern di laga pamungkas musim.
Dua tim sebelumnya yang diberikan mimpi buruk oleh Bayern pada partai penutup adalah Werder Bremen pada musim 1985-1986 dan Bayer Leverkusen di Liga Jerman edisi 1999-2000.
Namun, Bayern merayakan juara dengan mengangkat trofi ikonik Liga Jerman yang disebut salatschuessel (mangkuk salad) versi tiruan. Pasalnya, trofi asli telah disiapkan di Signal Iduna Park, kandang Dortmund, yang memimpin klasemen ketika pekan ke-34 dimulai.
Kondisi itu tidak menyurutkan kebahagiaan skuad Die Roten. Mereka tetap mengangkat trofi itu dengan bangga dan merayakan gelar juara liga bersama ratusan suporter yang datang dari Muenchen di tribune tim tamu.
Magis Musiala
Keberhasilan Bayern mempertahankan predikat “Sang Kaisar” Jerman tidak lepas dari keputusan Tuchel memasukkan Jamal Musiala ketika waktu normal babak kedua tersisa lima menit. Setelah keunggulan Bayern sempat disamakan oleh Koeln melalui eksekusi penalti penyerang sayap tim itu, Dejan Ljubicic, di menit ke-80, Tuchel memutuskan menambah pemain menyerang.
Musiala membuat gol indah dengan tembakan melengkung dari luar kotak penalti di menit ke-89. Bola sepakan gelandang serang berusia 20 tahun itu melewati sela kaki dua bek Koeln, kemudian tidak bisa dijangkau kiper tim tuan rumah, Marvin Schwabe.
Berkat gol itu, semua pemain Bayern, kecuali kiper Yann Sommer, berlari menghampiri Musiala yang melakukan selebrasi dari gol yang menghindari Die Roten dari ancaman tanpa gelar di musim ini.
Rencana pesta besar di kota Dortmund untuk merayakan gelar liga pertama sejak 2012 gagal terlaksana. Padahal, pendukung telah berkumpul di sekitar Signal Iduna Park, 9,5 jam sebelum sepak mula laga pamungkas.
Legenda Bayern, Lotthar Matthaeus, menyebut hasil pekan ke-34 di luar prediksi. Ketika Bayern tumbang dari Leipzig, pekan lalu, kata Matthaeus, dirinya sudah menganggap Dortmund bakal mengunci gelar juara di kandang mereka.
“Saya tidak menyangka Dortmund akan tergelincir ketika gelar juara sangat dekat dengan mereka. Tak diragukan, Musiala adalah pemain yang memberikan dampak besar bagi Bayern,” kata Matthaeus, peraih Ballon d’Or 1990 dengan enam gelar liga bersama Bayern.
Meskipun harus menunggu hingga menit akhir untuk memastikan kemenangan, sejatinya ambisi Bayern untuk mengejar tiga poin demi menjaga asa menjadi juara berjalan lancar sejak awal laga. Mereka telah mencetak gol melalui sepakan jarak jauh Kingsley Coman ketika pertandingan baru berjalan sembilan menit.
Kondisi itu membantu Die Roten merebut kembali posisi pertama setelah digeser Dortmund pada pekan ke-33, akhir pekan lalu. Setelah enam menit Bayern telah membuka keunggulan, Dortmund justru kecolongan gol dari Mainz pada situasi sepak pojok di menit ke-15.
Bek Mainz, Andreas Hanche-Olsen, menaklukkan kiper Dortmund, Gregor Kobel, dengan sundulan terarahnya di tiang dekat. Belum sempat Dortmund bangkit, Mainz menggandakan skor melalui sundulan penyerang sekaligus sang kapten, Karim Onisowo, pada menit ke-24.
Kerja keras Dortmund mencetak gol hanya berbuah hasil melalui sepakan Raphael Guerreiro di menit ke-69. Dortmund sempat kembali naik ke peringkat pertama ketika Koeln mencetak gol penyama kedudukan.
Tetapi, gol Musiala membuat ribuan pendukung Dortmund di Signal Iduna Park tertunduk. Musiala membuat gol penyama kedudukan Dortmund yang diciptakan bek Niklas Suele di menit 90+6 menjadi sia-sia.
Gagal berpesta
Sementara rencana pesta besar di kota Dortmund untuk merayakan gelar liga pertama sejak 2012 gagal terlaksana. Padahal, pendukung Dortmund telah berkumpul di sekitar kawasan Signal Iduna Park sejak pukul 06.00 pagi atau 9,5 jam sebelum sepak mula laga pamungkas "Die Borussen".
Selain sekitar 80.000 pendukung memadati stadion ikonik itu, puluhan ribu suporter Die Borussen memadati kafe dan pub di pusat-pusat kota untuk menyaksikan duel tim kesayangan mereka menghadapi Mainz dari layar kaca. Sayang, pesta itu urung terlaksana akibat permainan buruk skuad Dortmund.
Sebastien Haller dan kawan-kawan seperti terbebani untuk menang atas Mainz, sehingga bermain gugup dan banyak melakukan kesalahan sendiri di 25 menit awal laga. Itu dibuktikan tidak hanya dari kemasukan dua gol, tetapi Haller juga gagal memanfaatkan peluang penalti di menit ke-19.
Semua pemain Dortmund duduk lesu di dalam lapangan setelah peluit akhir laga ditiupkan wasit Marco Fritz. Raut wajah kekecewaan juga terpancar dari pendukung Dortmund ketika meninggalkan stadion. (AFP)