Novak Djokovic akan kehilangan separuh dari dirinya ketika Rafael Nadal berencana pensiun sebagai petenis pada 2024. Nadal, yang absen di Perancis Terbuka, adalah salah satu sumber motivasi dalam kariernya.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
”Separuh dari diri saya akan lenyap saat Rafa pensiun.”
Komentar itu dikemukakan Novak Djokovic di Roland Garros, Paris, menjelang dimulainya Grand Slam Perancis Terbuka. Selain membahas persiapan untuk turnamen yang berlangsung pada 28 Mei-11 Juni, Djokovic mengemukakan pendapat tentang absennya Rafael Nadal di Roland Garros 2023 dan rencana pensiun rivalnya itu pada 2024.
Nadal tak ikut bertanding di arena Grand Slam yang 14 kali djuarainya itu karena belum pulih dari cedera pinggul. Cedera itu membuatnya hanya bisa bertahan dalam dua babak pada Grand Slam Australia Terbuka, Januari, dan tak bertanding lagi setelah itu.
Rafa adalah rival terbesar saya. Saat dia mengumumkan akan segera pensiun, separuh dari diri saya akan lenyap bersama dia.
”Rafa adalah rival terbesar saya. Saat dia mengumumkan akan segera pensiun, separuh dari diri saya akan lenyap bersama dia,” komentar Djokovic.
Tujuh bulan lalu, hal serupa dikatakan Nadal ketika Roger Federer, yang merupakan rival sekaligus sahabatnya, pamit dari persaingan tenis profesional. Federer secara resmi mundur setelah bertanding dalam kejuaraan beregu putra Piala Laver di London, Inggris.
Turut hadir pada momen perpisahan yang mengharukan itu tiga petenis yang menjadi rival besar Federer, yaitu Nadal, Djokovic, dan Andy Murray. Keempatnya dikenal sebagai ”Big Four” hingga akhirnya menjadi ”Big Three” ketika Murray tak dapat lagi mengimbangi performa yang lain.
”Big Three”, yang bersaing di level elite sekitar 1,5 dekade, saling termotivasi dengan prestasi pesaing. Motivasi harus lebih baik dari yang lain menciptakan prestasi fenomenal yang hampir mustahil muncul lagi hingga puluhan tahun mendatang.
Federer, yang pensiun dengan 20 gelar Grand Slam, tak hanya dikenal sebagai petenis paling stylish, tetapi juga telah menjadi ikon global. Dia dicintai publik di mana pun berada.
Nadal memiliki 22 gelar Grand Slam dengan 14 di antaranya didapat di lapangan tanah liat Roland Garros hingga mendapat julukan ”Raja Lapangan Tanah Liat”. Dari 115 pertandingan di Perancis Terbuka sejak debut pada 2005, Nadal hanya tiga kali kalah.
Djokovic, petenis dengan kemampuan paling merata di semua jenis lapangan, juga memiliki 22 gelar Grand Slam. Perancis Terbuka 2023 pun membuka peluang bagi petenis Serbia itu untuk unggul atas Nadal.
”Bukan rahasia lagi bahwa alasan utama saya masih berkompetisi hingga kini adalah ingin memecahkan lebih banyak rekor dan membuat sejarah di arena tenis. Itu menjadi inspirasi besar bagi saya,” kata Djokovic yang menjadi unggulan ketiga di Roland Garros tahun ini.
Meski Nadal bersaing terlebih dulu dengan Federer, persaingannya dengan Djokovic lebih intens. Sebanyak 59 pertemuan di antara Djokovic dan Nadal menjadi yang terbanyak pada era Terbuka. Selisih satu kemenangan di antara mereka (Djokovic menang 30 kali) juga menjadi indikator ketatnya persaingan Djokovic-Nadal.
”Salah satu yang paling berpengaruh dalam karier saya adalah Rafa. Prestasi yang lain mendorong kami untuk menjadi lebih baik. Pertanyaan-pertanyaan, ’Siapa yang akan mendapat gelar lebih banyak? Siapa yang akan melakukannya lebih baik?’ membuat saya berpikir tentang berapa lama saya harus berkompetisi,” jelas pemain berusia 36 tahun itu.
Atas dasar itulah, Djokovic menyebut bahwa separuh dari dirinya akan hilang bersama Nadal ketika pensiun. Meski belum merencanakan kapan akan undur diri dari persaingan tenis profesional, Djokovic harus menemukan sumber motivasi lain untuk bertahan.
Maka, meski tiba di Roland Garros tanpa hasil memuaskan dalam turnamen tanah liat lain, Djokovic tetap optimistis bisa meraih hasil baik. Perjalanan untuk menciptakan rekor sebagai tunggal putra pertama yang menjuarai setiap Grand Slam, minimal, tiga kali dimulai pada Senin (29/5/2023). Dia akan berhadapan dengan Aleksandar Kovacevic (AS).
Pada musim persaingan di tanah liat, yang dimulai April, Djokovic hanya mencapai babak ketiga ATP Masters 1000 Monte Carlo, perempat final ATP 250 Banja Luka, dan perempat final ATP Masters 1000 Roma. Namun, bersaing di arena Grand Slam selalu memunculkan energi berbeda baginya, seperti ketika menjuarai Australia Terbuka 2023 saat dalam kondisi cedera paha.
”Grand Slam adalah turnamen yang berbeda karena petenis bermain best of five sets. Anda berada dalam turnamen tenis terpenting di dunia dan saya memiliki banyak pengalaman,” kata Djokovic.
Jika tak terkendala cedera, Djokovic punya kesempatan juara. Apalagi, masih sedikit petenis dari era generasi baru yang bisa menaklukkan tantangan Grand Slam.
Dalam 24 Grand Slam terakhir sejak 2017, hanya ada Dominic Thiem, Daniil Medvedev, dan Carlos Alcaraz yang masuk daftar juara selain Federer, Nadal, dan Djokovic. Ketiga petenis itu menjuarai AS Terbuka 2020-2022.
Pesaing berat Djokovic di Roland Garros adalah Alcaraz yang juga akan memulai penampilan pada Senin melawan Flavio Cobolli. Alcaraz telah meraih empat gelar dari lima final, di antaranya gelar dari turnamen tanah liat ATP 500 Barcelona dan ATP Masters 1000 Madrid.
Stefanos Tsitsipas, yang menang atas Jiri Vesely dengan skor 7-5, 6-3, 4-6, 7-6 (7) pada babak pertama, Minggu, sebenarnya berpengalaman tampil pada final Perancis Terbuka 2021. Namun, performanya pada tahun ini tertutup oleh prestasi Alcaraz. Tsitsipas belum meraih gelar meski mencapai final Australia Terbuka. (AFP)