Setelah dua kali menang dari Pusarla V Sindhu pada tahun ini, Gregoria Mariska Tunjung kalah saat melawan pemain India itu di rumah sendiri. Gregoria kalah pada babak pertama turnamen Indonesia Terbuka.
Oleh
YULIA SAPTHIANI, REBIYYAH SALASAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS-Pebulu tangkis tunggal putri Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung, memiliki kesempatan untuk mencetak kemenangan hattrick atas dua kali peraih medali Olimpiade, Pusarla V Sindu. Namun, Gregoria tak dapat mengatasi tekanan hingga kalah pada babak pertama turnamen Indonesia Terbuka Grup Kapal Api Indonesia.
Setelah mengalahkan Sindhu pada dua pertemuan tahun ini, Greogria justru tak bisa bermain baik saat persaingan itu terjadi di hadapan publik sendiri di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Selasa (13/6/2023). Gregoria kalah dengan skor 19-21, 15-21.
Setelah selalu menang pada final Spanyol Masters BWF World Tour Super 300 dan semifinal Malaysia Masters Super 500, masing-masing, dalam dua gim, kali ini permainan Gregoria bisa diantisipasi Sindhu. Pemain India yang meraih medali perak Olimpiade Rio de Janeiro 2016 dan perunggu Tokyo 2020 itu bisa lebih cepat dalam mengantisipasi variasi pukulan Gregoria. Dengan kelincahan gerak ditambah postur setinggi 180 cm, Sindhu bisa menjangkau area belakang, lalu ke depan lapangan dengan cepat.
Persaingan dalam memperoleh angka pada gim pertama begitu ketat. Gregoria memperoleh kesempatan untuk menyamakan skor pada posisi 18-19, tetapi pukulan yang seharusnya bisa menghasilkan poin buat dia, yaitu smes ke pinggir lapangan, justru, membuat Sindhu mendapat game point. Kok dari pukulan itu jatuh di luar garis pinggir lapangan permainan tunggal.
Pada gim kedua, tunggal putri Indonesia peringkat kesembilan dunia itu semakin kesulitan mengimbangi Sindhu. Gregoria, bahkan, mengatakan bahwa penampilannya pada babak pertama itu jelek.
Bisa dibilang, saya mainnya jelek, tidak bisa keluar dari tekanan. Sindhu pasti punya motivasi untuk menang setelah dua kekalahan.
“Bisa dibilang, saya mainnya jelek, tidak bisa keluar dari tekanan. Sindhu pasti punya motivasi untuk menang setelah dua kekalahan,” kata Gregoria.
Tekanan itu, dikatakan pemain berusia 23 tahun tersebut berasal dari dirinya sendiri. “Saya pernah memiliki kendala itu, gampang tertekan. Seharusnya, pada saat ini, saya sudah siap untuk itu, tetapi justru kesulitan keluar dari tekanan diri sendiri,” komentar Gregoria.
Sindhu menilai, permainan Gregoria meningkat pesat pada tahun ini dibandingan tahun-tahun sebelumnya. “Perkembangannya sangat baik. Dia bisa mengalahkan pemain-pemain top dunia dan memiliki masa depan yang bagus,” ujar Sindhu.
Peningkatan performa juara dunia yunior 2017 itu karena dia belajar untuk bisa memiliki pola pikir positif. Kendala di lapangan, yang semula menjadi tekanan, dipandangnya sebagia motivasi.
Perubahan itu berpengaruh pada cara bermainnya menjadi lebih rileks. Pada 2023, selain menjuarai Spanyol Masters, Gregoria mencapai perempat final All England Super 1000, semifinal Swiss Terbuka Super 300, dan final Malaysia Masters 500.
Hasil itu didapat dengan kemenangan atas beberapa pemain top dunia. Selain mengalahkan Sindhu sebagai juara dunia 2019, Gregoria mengalahkan peraih emas Olimpiade Rio de Janerio 2016, Carolina Marin, serta dua pemain China peringkat sepuluh besar dunia, yaitu He Bing Jiao dan Wang Zhi Yi.
Dari persaingan sesama ganda putri Indonesia, Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi mengalahkan teman latihan mereka di pelatnas bulu tangkis Cipayung, Ribka Sugiarto/Lanny Tria Mayasari 15-21, 18-21.
Pasangan lainnya yang mendapat promosi karena mundurnya Pearly Tan/Thinaah Muralitharan, yaitu Meilysa Trias Puspitasari/Rachel Alessya Rose, melaju ke babak kedua. Mereka menang atas Vivian Hoo/Lim Chiew Shin (Malaysia) 21-18, 23-21. Pada babak kedua, pasangan muda itu akan menantang unggulan ketiga asal China, Zhang Shu Xian/Zheng Yu.
Mantan tunggal putra nomor satu dunia, Kento Momota, untuk kelima kalinya dari enam turnamen tersingkir pada babak pertama. Di Istora, kekalahan pemain Jepang itu dialami dari Ng Ka Long Angus (Hongkong) 8-21, 15-21.
Selain Indonesia Terbuka, juara dunia 2018 dan 2019 itu tak bisa memenangi babak pertama pada India Terbuka, Indonesia Masters, All England, dan Malaysia Masters. Hasil terbaiknya pada tahun ini adalah ketika mencapai semifinal Jerman Terbuka yang berlevel Super 300.
“Cedera pinggang saya belum pulih. Saya masih dalam tahap pemulihan,” ujar Momota bercerita tentang penyebab rangkaian kekalahannya pada tahun ini.
Meski jauh dari performa terbaiknya, yang menghasilkan sembilan gelar juara BWF World Tour pada 2019, Momota berharap dia memiliki peluang untuk lolos ke Olimpiade Paris 2024. Saat ini, dengan ranking ke-32 dunia, Momota hanya menjadi tunggal putra nomor empat Jepang. Dia berada di bawah Kodai Naraoka (ranking ke-4 dunia), Kenta Nishimoto (11), dan Kanta Tsuneyama (15).