Pebalap sepeda senior di ajang Cycling de Jabar 2023 mampu bersaing dengan pebalap yang jauh lebih muda. Kuncinya adalah menaklukkan diri sendiri.
Oleh
WISNU AJI DEWABRATA
·3 menit baca
”Edan… edan,” kata pebalap sepeda senior Toto Munarto (58) sesaat setelah menyelesaikan etape pertama Cycling de Jabar 2023 di Rancabuaya, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu (9/7/2023).
Cycling de Jabar 2023 menempuh dua etape dengan jarak total 369 kilometer. Etape pertama sejauh 199,7 kilometer dari lokasi start Pantai Palangpang, kawasan Geopark Ciletuh, Kabupaten Sukabumi, hingga finis di Rancabuaya, Garut. Etape pertama didominasi rute menanjak yang menguras stamina dan mental dengan elevasi tertinggi 275 meter di atas permukaan laut. Adapun etape kedua lebih pendek, yaitu 163,7 kilometer, yang didominasi jalur datar dari Rancabuaya hingga Alun-alun Paamprokan, Kabupaten Pangandaran.
Keringat mengucur deras dari tubuh Toto, tetapi ia tidak tampak kelelahan atau napas megap-megap. Toto yang masuk kategori Master B (di atas 40 tahun) termasuk yang mencapai finis etape pertama di kelompok awal, lebih cepat dari para pebalap muda berusia rata-rata 20-30 tahun.
Sambil mengunyah beberapa potong semangka dan meminum cairan isotonik, Toto mengatakan, inilah pengalaman pertamanya mengikuti Cycling de Jabar meskipun sudah sering bersepeda jarak jauh di rute pegunungan.
Menurut Toto, bagi pebalap seusianya, tanjakan di etape pertama agak esktrem. Namun, rute menanjak seperti itu justru bagus untuk menggembleng pebalap sepeda muda. Bahkan, pengalaman yang paling menyenangkan baginya adalah menyalip pebalap yang lebih muda.
”Kalau mereka saya tangkep (terkejar), mereka kaget. Loh orang tua di sini. Ayo, orang tua saja masih bisa. Tarik! Tarik!,” ujar Toto menirukan reaksi pebalap muda yang terkejar olehnya.
Latihannya jangan belang bentong. Rajin latihan berkesinambungan, tidak putus. Yang berat itu menaklukkan diri sendiri.
Toto mengungkapkan, rahasia menjaga kemampuan membalap sepeda hingga usia lebih dari setengah abad cuma satu, yaitu latihan kontinu. Selain itu, diperlukan semangat dan disiplin. ”Latihannya jangan belang bentong. Rajin latihan berkesinambungan, tidak putus. Yang berat itu menaklukkan diri sendiri,” ujar Toto yang menggeluti balap sepeda sejak sekolah dasar.
Menurut Toto, adakalanya muncul rasa malas berlatih. Kadang semangat berlatih menggebu-gebu, kadang lesu tidak ada semangat. Saat lesu itulah harus bisa disiasati, khususnya olahraga balap sepeda. Karena beberapa hari tidak latihan membuat tenaga hilang.
Pebalap sepeda tim BRCC Banyuwangi, Gunawan Basso (46), asal Solo, Jawa Tengah, juga tekun berlatih balap sepeda saat usianya mendekati kepala lima. Gunawan adalah salah satu peserta Cycling de Jabar 2023 kategori Master B.
Sehari menjelang etape pertama Cycling de Jabar 2023, Jumat (7/7/2023), Gunawan berlatih menggowes sejauh 40 kilometer bersama rekan-rekan setimnya yang jauh lebih muda. Tubuh Gunawan langsing seperti tubuh atlet balap sepeda pada umumnya. Itu menunjukkan ia memiliki pola latihan yang disiplin dan terprogram.
”Latihan hari ini sudah cukup. Perjalanan jauh ke lokasi start (Geopark Ciletuh), nanti terlalu capai. Harus menghemat tenaga saat lomba,” ujar Gunawan yang baru pertama kali mengikuti Cycling de Jabar.
Untuk persiapan Cycling de Jabar 2023, Gunawan berlatih menggowes dari Solo ke daerah pegunungan di Cemorosewu, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Kawasan Cemorosewu yang terletak di lereng Gunung Lawu, juga kaya dengan tanjakan seperti rute Cycling de Jabar 2023.
”Untuk menjaga kondisi tubuh harus cukup nutrisi, menjaga pola makan dan pola istirahat,” ujarnya saat ditanya tips menjaga kondisi fisik pada usia di atas 40 tahun. Seperti diketahui, usia 40 tahun ke atas adalah usia rawan berbagai penyakit yang disebabkan gaya hidup tidak sehat.
Gunawan menambahkan, pola latihannya adalah menggenjot sepeda sejauh 100 kilometer sebanyak lima hari dalam sepekan dengan jeda istirahat satu hari. Rute yang ditempuh kombinasi datar dan tanjakan menyesuaikan dengan ajang lomba yang akan diikuti.
Kisah Toto dan Gunawan bagaikan epos atau cerita kepahlawanan. Mereka tetap bugar pada usia sudah tidak muda karena memiliki kemauan baja untuk berolahraga. Mereka disiplin. Mereka mengatasi rasa malas berlatih. Seberat-beratnya menaklukkan tanjakan, masih lebih berat menaklukkan diri sendiri.