Semifinal Tiga Generasi di Wimbledon
Petenis dari tiga generasi akan bersaing pada semifinal tunggal putra Wimbledon. Dua di antara empat petenis itu adalah Novak Djokovic yang berusia 36 tahun dan petenis nomor satu dunia berusia 20 tahun, Carlos Alcaraz.
LONDON, KAMIS — Semifinal tunggal putra Grand Slam Wimbledon 2023 akan menjadi persaingan empat petenis dari tiga generasi. Ada Novak Djokovic sebagai petenis paling senior, Carlos Alcaraz dan Jannik Sinner dari jajaran bintang muda, lalu Daniil Medvedev yang merupakan generasi ”antara”.
Pada persaingan di Lapangan Utama All England Club, London, Inggris, Jumat (14/7/2023), semifinal pertama menjadi persaingan Djokovic dan Sinner sekaligus ulangan perempat final Wimbledon 2022 yang dimenangi Djokovic. Pemenang dari laga itu akan menghadapi Alcaraz atau Medvedev.
Di antara mereka hanya Sinner (21) yang belum pernah juara di Grand Slam. Ia telah mencapai perempat final di semua turnamen profesional level tertinggi tersebut, tetapi baru kali ini lolos ke semifinal.
Setahun lalu, di tempat yang sama, Sinner hampir membuat kejutan untuk menaklukkan salah satu tantangan tersulit, yaitu mengalahkan Djokovic di Wimbledon. Dengan kesabarannya bermain dari baseline, dia memenangi dua set pertama.
Baca juga : Kontes Bintang Masa Depan
Namun, menaklukkan salah satu petenis ”Big Three” itu di Grand Slam bukan hal yang mudah meskipun tinggal membutuhkan satu set untuk menang. Djokovic tahu bagaimana caranya mengatasi tekanan dari sisi teknis, fisik, dan mental.
Menurut mantan petenis nomor satu dunia yang menjadi komentator Wimbledon, John McEnroe, Djokovic adalah petenis pemecah masalah terbaik. Ketertinggalan dari Sinner diubahnya menjadi kemenangan 5-7, 2-6, 6-3, 6-2, 6-2. Djokovic lantas meraih gelar ketujuh di Wimbledon dan akan menyamai Federer dengan delapan gelar jika bisa juara tahun ini.
Djokovic tidak gentar dengan tekanan sebagai pemain yang diincar semua petenis untuk dikalahkan. Dia terinspirasi kutipan legenda tenis putri, Billie Jean King, yaitu ”tekanan adalah hak istimewa”.
”Setiap petenis ingin berada di posisi bahwa semua pemain ingin mengalahkan Anda. Tekanan adalah bagian dari yang kita lakukan, bagian olahraga. Itu tak akan hilang,” tuturnya.
Djokovic masih memperlihatkan sisi kompetitifnya meski telah berusia 36 tahun dan telah menjadi tunggal putra dengan Grand Slam terbanyak, yaitu 24 gelar. Gelar ke-24 dari level tertinggi persaingan tenis profesional itu bahkan baru diperolehnya sebulan lalu, yaitu saat menjuarai Perancis Terbuka.
Ketika Djokovic menghadapi tekanan sebagai petenis yang paling diincar, Sinner memiliki alasan lain, yaitu mengubah kekalahan pada perempat final 2022. Diasuh duet pelatih Simone Vagnozzi dan Darren Cahill, Sinner menilai dirinya semakin dewasa dalam berbagai faktor.
Apalagi, Cahill, yang menjadi bagian dari tim pelatihnya sejak Juni 2022, berpengalaman melatih petenis yang pernah menjadi ranking teratas dunia, yaitu Andy Murray dan Simona Halep. Cahill membantu Halep, yang awalnya ragu pada kemampuan sendiri, menjadi petenis nomor satu dunia pada 2017 dan 2018 serta menjuarai Grand Slam Perancis Terbuka 2018.
Sinner pun menilai daya tahan fisiknya berkembang sejak dikalahkan Djokovic di Wimbledon 2022, momen pertemuan terakhir mereka. ”Saya bisa bertahan di lapangan berjam-jam tanpa menderita. Mental saya berubah. Menjadi petenis ranking sepuluh besar dunia (sejak April 2023), saya kian percaya diri,” ujar Sinner yang kini berada pada peringkat kedelapan.
Alcaraz terus berkembang
Kepercayaan diri dengan alasan berbeda diungkapkan Alcaraz (20), semifinalis termuda. Penampilannya di lapangan rumput terus berkembang. Tiba di All England Club dengan gelar pertama dari turnamen lapangan rumput, yaitu ATP 500 London, dia melampaui hasil dua edisi Wimbledon sebelumnya. Pada 2022, petenis asal Spanyol itu kalah pada babak keempat setelah tersingkir di babak kedua , setahun sebelumnya.
Petenis peringkat ke-42 dunia, Marketa Vondrousova, membuat kejutan untuk kedua kali dalam kariernya sebagai petenis profesional. Dia akan tampil dalam final tunggal putri Wimbledon 2023 setelah mengalahkan Elina Svitolina dengan skor 6-3, 6-3 pada semifinal, Kamis.
Kemenangan atas finalis Wimbledon 2021, Matteo Berrettini, di babak perempat final dan Holger Rune di semifinal pada edisi 2023 kian melambungkan kepercayaan diri Alcaraz. Dia menjadi tunggal putra termuda yang mencapai semifinal Wimbledon sejak Djokovic melakukannya pada 2007. Ketika itu, Djokovic dihentikan Federer yang akhirnya juara.
”Sangat luar biasa. Ini mimpi saya sejak menjadi petenis, meraih hasil baik di Wimbledon. Saya tak menduga bisa bermain pada level sebaik ini di lapangan rumput,” kata Alcaraz.
Seperti halnya Sinner versus Djokovic, semifinal Alcaraz melawan Medvedev (27) juga menjadi ulangan pertemuan di Wimbledon. Kedua juara Grand Slam Amerika Serikat Terbuka itu (Alcaraz juara 2022, Medvedev 2021) itu bertemu di laga babak kedua Wimbledon 2021 yang dimenangi Medvedev.
Meskipun semakin percaya diri dengan kemampuan bermain di lapangan rumput, Alcaraz sangat mewaspadai penampilan Medvedev yang juga akan tampil pertama kalinya di semifinal Wimbledon. Alcaraz mempelajari kekalahannya pada dua tahun lalu.
”Daniil adalah petenis dengan kemampuan komplet. Seperti dikatakan (Andrey) Rublev beberapa kali, Daniil seperti gurita. Kemampuannya luar biasa,” kata Alcaraz di laman resmi ATP.
Baca juga : Motivasi Berbeda Svitolina
Julukan ”gurita” diberikan ke Medvedev karena tubuhnya sangat fleksibel. Dia bisa menjangkau bola dalam posisi sulit dengan melekuk atau meregangkan tubuhnya.
Dengan kemampuan itu dan servis yang keras, Medvedev menjadi salah satu dari hanya lima petenis yang bisa mengalahkan Djokovic pada final Grand Slam, selain Federer, Nadal, Andy Murray, dan Stan Wawrinka. Medvedev mengalalahkan Djokovic pada final AS Terbuka 2021.
Medvedev adalah salah satu petenis yang menjadi bagian dari awal program ATP NextGen pada 2017. Setelah Medvedev, muncul generasi berikutnya, seperti Stefanos Tsitsipas, Casper Ruud, dan Alex De Minaur , yang masing-masing berusia 24 tahun, hingga lahir generasi terbaru yang diwakili Sinner dan Alcaraz. Di antara mereka, Alcaraz memiliki prestasi paling gemilang dengan meraih gelar Grand Slam dan menjadi petenis nomor satu dunia.
Final pertama Vondrousova
Sementara di tunggal putri, petenis peringkat ke-42 dunia, Marketa Vondrousova, membuat kejutan untuk kedua kali dalam kariernya sebagai petenis profesional. Dia akan tampil dalam final tunggal putri Wimbledon 2023 setelah mengalahkan Elina Svitolina dengan skor 6-3, 6-3 pada semifinal, Kamis.
Empat tahun lalu, petenis Ceko itu lolos ke final Grand Slam untuk pertama kalinya, di Roland Garros, Perancis. Namun, dalam perebutan gelar juara Perancis Terbuka, dia kalah dari Ashleigh Barty.
Baca juga : Motivasi Para Ibu di Arena Tenis Profesional
Vondrousova menghentikan perjalanan Svitolina yang juga membuat hasil baik selama di Wimbledon tahun ini. Svitolina menembus semifinal dengan mengalahkan empat juara Grand Slam, salah satunya petenis nomor satu dunia, Iga Swiatek, pada perempat final.
Namun, saat tampil pada semifinal, Svitolina kesulitan menghadapi permainan Vondrousova yang lebih bervariasi. Berkali-kali, ibu dari satu anak itu kesulitan menghadapi drop shot Vondrousova.
”Rasanya tak percaya sekaligus senang bisa lolos ke final. Elina adalah pejuang, saya sangat gugup sepanjang pertandingan. Apalagi, setelah tertinggal pada set kedua, dia bangkit. Saya pun berusaha fokus pada setiap gim,” tutur Vondrousova yang untuk pertama kalinya bermain di Lapangan Utama All England Club.
Dalam final tunggal putri yang akan berlangsung Sabtu, Svitolina akan menghadapi Aryna Sabalenka atau Ons Jabeur. Mereka akan saling berhadapan pada semifinal, Kamis tengah malam waktu Indonesia. (AFP/REUTERS)