Begitu banyak air mata yang tumpah di Arena C-Tra, Bandung, seusai gim kedua final IBL 2023, Sabtu malam. Seperempat abad dahaga pecinta bola basket di Bandung akan gelar juara telah dibasuh Prawira Harum.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
BANDUNG, KOMPAS - Setelah menanti 25 tahun, Bandung akhirnya kembali memiliki juara di liga bola basket tertinggi Tanah Air. Kemarau panjang prestasi itu diakhiri Prawira Harum Bandung yang menyapu bersih kemenangan atas wakil Jakarta, Pelita Jaya Bakrie, di final.
Prawira menjuarai Liga Bola Basket Indonesia (IBL) 2023 setelah memenangi gim kedua, 63-58, di hadapan publik sendiri di Arena C-Tra, Bandung, Sabtu (22/7/2023) malam. Prawira menyudahi seri final berformat best of three itu dengan sempurna, 2-0, meskipun harus tampil tanpa forward asing andalannya, Brandone Francis.
”Saya berterima kasih ke semua yang ada di sini. Saya bangga tujuan kami tercapai. Kini, (juaranya) bukan lagi Jakarta. Bandung memilikinya (trofi) sekarang. Hatur nuhun,” kata Pelatih Prawira David Singleton dengan sangat antusias.
Kebahagiaan level tertinggi adalah saat seseorang menangis karena terlalu senang. Pemandangan itulah yang terekam di dalam Arena C-Tra. Kesabaran menanti prestasi selama satu generasi kini telah terbayar.
Para pemain Prawira berselebrasi di lapangan sambil menutupi wajahnya seusai bunyi peluit panjang. Yudha Saputera (24), guard yang bermain penuh selama 40 menit, sampai tidak bisa bangun dari posisi jongkok. Dia larut dalam tangis dengan diiringi tepuk tangan ”viking clap” dari penonton.
Rekan-rekan Yudha membantunya berdiri. Lalu, mereka saling berpelukan satu per satu dengan sangat erat. Ikatan antara pemain klub basket itu begitu rekat. Hal itu pula yang membawa mereka juara, melewati berbagai kesusahan dan beban berat untuk berprestasi.
Terakhir kali sebelumnya mereka juara adalah pada 1998, yaitu saat kompetisi itu masih bernama Kobatama. Ketika itu, Prawira masih bernama Panasia. Tak pelak, barisan saksi sejarah saat itu maupun generasi baru yang dulu belum lahir disatukan dalam suasana haru.
”Semua pencapaian ini untuk Kota Bandung, untuk Prawira family,” ujar Reza Guntara, kapten tim Prawira, yang terpilih sebagai Most Valuable Player (MVP) Final 2023.
Prawira membuktikan bahwa pengalaman bukan segalanya di final. Semua pemain mula Prawira adalah debutan di final. Sebaliknya, kapten tim PJ, Andakara Prastawa, menjalani final kelimanya.
Prawira mengakhiri playoff dengan catatan sempurna, yaitu tidak sekalipun kalah (6 menang) sejak babak awal. Mereka bahkan mencatat 14 kemenangan beruntun yang sudah dikoleksi sejak musim reguler.
Namun, para pemain Prawira menunjukkan, laga final adalah tentang usaha dan daya juang. Semangat spartan itulah yang menutupi segala kekurangan mereka di gim kedua final. Prawira bermain tanpa Francis, Best Foreign Player IBL 2023, yang menjalani larangan berlaga setelah diusir di gim pertama. Francis adalah mesin skor dan ”roh” serangan Prawira.
Prawira bak menggunakan prinsip sapu lidi. Satu batang mudah dipatahkan, tetapi kuat ketika bersama. Para pemain mereka, mulai dari Reza hingga Yudha, saling melindungi. Seperti kata Reza, bola basket adalah olahraga tim. Sadar kehilangan pencetak skor, mereka bertahan solid bersama-sama.
Agresivitas pertahanan
PJ, yang sangat mudah mencetak 70 poin lebih di setiap laga, tertahan akibat agresivitas pertahanan tuan rumah. Di sisi serangan, Yudha (20 poin dan 5 asis) menjadi jenderal lapangan. Adapun center asing, Jarred Shaw (27 poin dan 10 rebound), terlalu dominan di area dalam dengan tubuh bak raksasa.
Singleton, peraih Coach of The Year IBL tiga musim beruntun, pun ibarat Grand Master catur. Dia selalu punya solusi menghadapi jebakan strategi lawan. Keputusan time out saat awal laga (tertinggal 0-7), dan akhir laga (unggul 59-55) memutus momentum tim lawan.
Lebih dari 2.000 pendukung tuan rumah datang menjadi saksi sejarah Prawira. Mereka memadati Arena C-Tra sejak pukul 16.00, tiga jam jelang tepis mula. Mereka menjelma pemain keenam untuk Prawira sekaligus meneror pemain PJ.
Catatan sempurna
Prawira mengakhiri playoff dengan catatan sempurna, yaitu tidak sekalipun kalah (6 menang) sejak babak awal. Mereka bahkan mencatat 14 kemenangan beruntun yang sudah dikoleksi sejak musim reguler.
Padahal, sebelum musim ini dimulai, tidak ada yang memperkirakan Prawira bakal juara. Ikon tim sekaligus MVP musim lalu, Abraham Damar Grahita, absen musim ini karena masalah perizinan bermain. Namun, sejak awal hingga akhir musim, mereka justru menjadi tim paling konsisten.
Duet asing, Francis dan Shaw, menjadi kombinasi paling mematikan di liga. Sementara para pemain lokal juga berkembang. Yudha finis di peringkat kedua Most Valuable Player, adapun Reza menyabet Best Defensive Player of The Year. Selain mereka, Hans Abraham meraih gelar Sixth Man of The Year.
Sekitar 200 orang pendukung PJ juga turut meramaikan Arena C-Tra. Meskipun kalah jumlah, mereka tidak takut beradu teriakan dengan suporter lawan. Para pendukung tim tamu kompak mengenakan kaos oranye, warna khas PJ.
PJ harus puas dengan status runner-up dalam tiga musim beruntun. "IBL tahun ini seru. Semua tim saling mengalahkan. Banyak pemain baru step up. Tetapi, saya yakin banyak banget yang bisa kami tingkatkan, terutama dari para pemain muda," tutur Prastawa.