Kenapa Medina Warda Aulia Menghebat pada Piala Dunia Catur?
Pecatur putri Indonesia IM Medina Warda Aulia tampil luar biasa pada Piala Dunia Catur 2023 di Baku, Azerbaijan. Faktor teknis, nonteknis, dan asmara berkolaborasi mendukung Medina membuat sejarah.
Oleh
EMILIUS CAESAR ALEXEY
·5 menit baca
Pecatur putri Indonesia International Master atau IM Medina Warda Aulia kembali membuat sejarah baru dengan lolos ke babak keempat atau 16 besar Piala Dunia Catur 2023 di Baku, Azerbaijan, Minggu (6/8/2023). Beragam faktor, dari teknis, nonteknis, sampai asmara, membuat Medina tampil menghebat saat melibas lawan-lawannya.
Sebelum berangkat ke Piala Dunia Catur 2023, tim Indonesia yang diwakili IM Medina dan Grand Master Susanto Megaranto sebenarnya tidak dibebani target besar. Apalagi, dalam seleksi Zonal Asia 3.3, keduanya gagal merebut tiket ke Piala Dunia. Mereka berangkat ke Baku karena Indonesia mendapat dua tiket wild card.
Pada Piala Dunia Catur, tidak ada pecatur Indonesia yang pernah lolos dari babak kedua. Pada ajang itu, para pecatur papan atas dunia mendapat bye pada babak pertama dan baru berlaga pada babak kedua. Kondisi itu yang membuat para pecatur Indonesia bisa lolos dari babak pertama, tetapi selalu gagal di babak kedua.
Namun, Medina menjungkirbalikkan fakta sejarah itu. Pada babak pertama, Medina melibas pecatur Filipina Woman Grand Master (WGM) Janelle Mae Frayna. Meskipun sering mengalahkan Frayna, kemenangan Medina dengan skor 1,5-0,5 kali ini cukup menggembirakan karena dia bermain agresif dan berinisiatif menyerang, baik saat memainkan buah catur hitam maupun putih.
Biasanya, pecatur yang memainkan buah catur hitam lebih sering memilih strategi bertahan pada awal pertandingan karena mereka baru melangkah setelah pecatur dengan buah catur putih melangkah atau kalah secara tempo.
Pada babak kedua, ketangguhan Medina (rating 2355) diuji. Pecatur berusia 26 tahun itu ditantang IM Sarasadat Khademalsharieh (2488), pecatur asal Iran yang pindah kewarganegaraan menjadi Spanyol. Khademalsharieh merupakan unggulan 13 pada ajang itu.
Meskipun kalah pengalaman dan rating, Medina tidak gentar. Pecatur yang memperoleh gelar WGM pada usia 16 tahun 2 bulan itu mengatur taktiknya yang menjadi antitesis taktik Khademalsharieh. Medina terus bermain menyerang sehingga bisa mendikte Khademalsharieh untuk meraih kemenangan pada laga pertama.
Pada laga kedua, meskipun hanya perlu remis, Medina tetap bermain menekan dan mengurung raja lawan. Laga akhirnya berakhir remis dan Medina unggul dengan skor 1,5-0-5 dalam dua laga dan lolos ke babak ketiga. Sejarah baru sudah tercipta saat itu.
Semua faktor harus mendukung pecatur untuk fokus dalam menjalankan taktik. Jadi, ini bukan hanya soal asmara, ya.
Namun, Medina tidak berhenti di situ. Pada babak ketiga, saat menghadapi IM Alina Bivol dari Rusia, negeri para pecatur hebat, Medina kembali bermain menekan pada kedua laga. Bivol bagaikan pecatur mula yang hanya mampu bertahan saat digempur Medina. Medina kembali menang dengan 1,5-0,5 dan menciptakan euforia pada dunia catur Indonesia.
Saat melawan Bivol, Medina tidak segan beradu perwira demi mendapatkan keunggulan posisi dan tempo. Kombinasi serangan dari sayap menteri dan dukungan dari sayap raja membuat Bivol sulit untuk melakukan serangan balasan.
"Medina bermain luar biasa. Langkah-langkahnya menyerang dan sekaligus bertahan pada saat yang sama. Sangat khas Medina," kata GM Andrei Kovalev, pelatih pecatur putra timnas Indonesia.
Pada babak keempat, Medina akan menghadapi IM Nurgyul Salimova dari Bulgaria.
Permainan Medina memang luar biasa, tetapi apa penyebabnya dia begitu berbeda saat bermain di turnamen Zonal Asia 3.3 dan di Piala Dunia?
Ketua Bidang Pembinaan Prestasi Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) Kristianus Liem menceritakan, ada banyak faktor yang membuat Medina mencapai puncak penampilannya pada Piala Dunia, mulai dari faktor teknis, nonteknis, sampai asmara.
Setelah kegagalan di Zonal Asia 3.3, Medina menjalani pelatihan intensif di pelatnas untuk Asian Games 2023. Dengan jumlah peserta sedikit, lima orang, dibandingkan pelatnas untuk Zonal Asia 3.3 yang mencapai 16 orang, Medina bisa lebih fokus berlatih dan mengevaluasi semua kekurangan. Medina menjadi salah satu pecatur yang paling rajin datang untuk berlatih.
Dia membenahi setiap aspek permainannya, mulai dari pembukaan, pertengahan laga, sampai penyelesaian akhir. Medina juga mengasah diri dengan bertanding di Singapura Terbuka dan menjalani dwi tarung melawan WGM Dewi AA Citra.
"Hatinya ada di tempat latihan. Itu yang membuat persiapan teknisnya matang. Apalagi, dia dibantu oleh pelatih GM Ruslan Shcherbakov untuk mematangkan permainan dan memberi evaluasi setiap usai laga, termasuk pada saat Piala Dunia," kata Kristianus.
Dari sisi nonteknis, Medina mengaku dirinya nyaman dan bisa tidur dengan tenang di hotel bintang lima tempatnya menginap selama Piala Dunia Catur. Kondisi ini berbeda dengan saat Zonal Asia 3.3 di Jakarta, di mana dia sulit tidur malam di hotel sehingga sering kehilangan konsentrasi saat berlaga sehingga hasilnya tidak pernah memuaskan.
Tim kecil (tiga orang) yang datang ke Baku juga membantu Medina berprestasi. Jika terlalu banyak orang dalam tim, pecatur yang sudah kalah bisa mengacaukan konsentrasi Medina karena mengajak jalan-jalan atau aktivitas lainnya. Jika ajakan dituruti, Medina kehilangan waktu untuk mempelajari permainan calon lawan.
Selain kedua faktor itu, ada satu lagi faktor yang mungkin menyebabkan dia bermain lebih tenang dan dapat mengeluarkan sisi terbaiknya, yaitu faktor asmara. Bulan lalu, Medina baru saja menikah dengan kekasihnya.
"Bagi para pecatur Indonesia yang masih muda, faktor asmara ini sering mengganggu konsentrasi saat berlatih dan bertanding. Banyak pecatur menjadi ogah-ogahan berlatih karena memilih untuk pacaran. Namun, faktor asmara bisa juga memacu semangat mereka saat bertanding dan membuktikan diri mereka pecatur hebat, tetapi hanya sedikit yang seperti ini," kata Kristianus.
Kristianus mengisahkan, Medina sempat mengalami dilema karena adiknya ingin menikah lebih dulu dan melompatinya. Namun, sang ibu mencegah karena ingin agar Medina yang lebih tua menikah lebih dulu.
Hal itu diutarakan Medina kepada sang kekasih. Gayung bersambut, sang kekasih segera meminang Medina dan mereka duduk di pelaminan. Dilema asmara yang terselesaikan dengan indah membantu Medina fokus berlatih dan berlaga.
"Saya tidak tahu kenapa saya bisa bermain bagus saat ini. Saya hanya fokus, berusaha untuk selalu tenang, dan selalu berdoa," kata Medina, saat ditanya kunci ketajaman bermainnya.
Menurut Kristianus yang selalu mendampingi Medina, semua faktor itu berpengaruh membuat Medina mampu fokus, tenang, dan menjalankan semua taktik tanpa kesalahan.
"Semua faktor harus mendukung pecatur untuk fokus dalam menjalankan taktik. Jadi, ini bukan hanya soal asmara, ya," kata Kristianus.