Pelari Amerika Serikat Noah Lyles meraih emas 100 meter Kejuaraan Dunia 2023. Hasil itu membuat Lyles mempertahankan tradisi pelari AS menjuarai nomor paling bergengsi itu dalam empat Kejuaraan Dunia terakhir.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
BUDAPEST, SENIN – Pelari Amerika Serikat Noah Lyles yang lebih spesial di nomor lari 200 meter sukses meraih emas 100 meter Kejuaraan Dunia Atletik 2023 di Budapest, Hongaria, Minggu (20/8/2023) pukul 19.10 waktu setempat atau Senin (21/8/2023) pukul 00.10 WIB. Hasil itu menambah motivasi sang juara dunia baru lari 100 meter untuk meraih dua emas lainnya dalam ajang kali ini, yakni dari 200 meter dan estafet 4x100 meter.
”Saya tahu apa yang saya harus lakukan. Saya datang ke sini untuk meraih tiga emas, saya telah mendapatkannya satu dan yang lainnya akan segera datang. Lari 100 meter adalah yang paling sulit untuk saya karena itu di luar spesialisasi saya. Saya akan bersenang-senang dengan acara yang saya sukai sekarang (200 meter dan 4x100 meter),” ujar Lyles dilansir laman resmi World Athletics (Federasi Atletik Dunia), Senin (21/8/2023).
Dalam lomba ini, Lyles tidak melakukan start dengan baik, secepat rekan senegaranya Christian Coleman ataupun pelari Botswana Letsile Tebogo. Bahkan, Lyles sempat tertinggal dari Coleman yang memimpin terdepan, serta dari Tebogo dan pelari Jamaika Oblique Seville yang membuntuti Coleman di separuh jarak perlombaan.
Namun, sekitar 40-30 meter mendekati finis, Lyles yang berpengalaman sebagai pelari 200 meter tahu betul cara untuk menjaga perlambatan kecepatan agar tidak turun drastis. Sebaliknya, kecepatan para pesaingnya terus merosot mendekati finis, terutama Coleman yang belum menemukan performa terbaiknya usai terbebas dari hukuman skors karena melewatkan tes doping setahun lalu.
Setelah bersaing ketat dengan Tebogo yang tampil ngotot, Lyles akhirnya menyodok ke depan sekitar lima meter sebelum finis dan memastikan diri finis pertama dengan waktu 9,83 detik. Catatan waktu itu menjadi rekor personal pelari berusia 26 tahun tersebut dan menjadi waktu terbaik dunia sementara untuk tahun ini.
Mempertahankan tradisi
Secara catatan waktu, hasil itu jauh di bawah target Lyles yang penuh percaya diri mematok waktu 9,65 detik. Akan tetapi, itu sudah cukup untuk pelari kelahiran Florida, Amerika Serikat (AS), 18 Juli 1997 itu menjaga tradisi pelari asal ”Negeri Paman Sam” yang menguasai 100 meter alias nomor perlombaan atletik paling bergengsi dalam empat Kejuaraan Dunia terakhir.
Lyles meneruskan tradisi Justin Gatlin yang juara pada 2017, Coleman juara pada 2019, dan Fred Kerley juara pada 2022. Adapun Gatlin yang legendaris memutuskan pensiun sebagai atlet pada tahun lalu, sedangkan Kerley tersingkir dari semifinal ajang kali ini.
“Coleman selalu memiliki start yang cepat. Dia melakukannya sepanjang musim, dia menjadi lebih baik dan lebih baik. Saya berharap dia melakukan apa yang biasa dia lakukan dan jika dia menjadi satu-satunya pelari di depan saya, itu akan menjadi perlombaan untuk saya. Saya (hanya) perlu memastikan bahwa saya berakselerasi saat berada di jarak 60 meter, lalu saya memimpin,” terang Lyles menjelaskan bagaimana jalannya perlombaan.
Saya datang ke sini untuk meraih tiga emas, saya telah mendapatkannya satu dan yang lainnya akan segera datang.
Secara keseluruhan, hasil itu cukup luar biasa mengingat Lyles baru saja menjalani debut tampil di 100 meter Kejuaraan Dunia. Selama ini, pelari bertinggi 180 sentimeter (cm) itu fokus untuk 200 meter dan 4x100 meter. Bahkan, dia mengoleksi dua emas 200 meter, satu emas 4x100 meter, dan perak 4x100 meter dalam dua edisi Kejuaraan Dunia terakhir.
Namun, dalam Kejuaraan Dunia ini, Lyles coba turun di tiga nomor sekaligus. Dia bertekad mengawinkan emas dari 100 meter dan 200 meter untuk perlombaan individu, serta emas 4x100 meter untuk perlombaan tim. Nomor 200 meter akan dimulai pada Rabu (23/8/2023) dan 4x100 meter dimulai pada Jumat (25/8/2023).
”Seri dokumenter saya akan segera keluar. Di sana, saya berbicara tentang keinginan menjuarai dua nomor individu. Saya benar-benar ingin melakukannya karena tidak ada orang lain yang lebih pantas mendapatkannya selain saya,” tegas peraih perunggu 200 meter Olimpiade Tokyo 2020 tersebut.
Bakat besar Tebogo
Sementara itu, Tebogo yang konsisten sejak start meraih perak dengan waktu 9,88873 detik. Pelari berusia 20 tahun itu unggul atas pelari Inggris Raya Zharnel Hughes yang merebut perunggu dengan 9,88874 detik. Adapun Coleman melorot finis kelima dengan 9,92 detik.
Bukan hanya menjadi medali perdananya di Kejuaraan Dunia, bagi Tebogo, perak itu melengkapi grafik fenomenalnya dalam dua tahun terakhir. Sejak meraih emas 100 meter dengan waktu 10,19 detik dalam Kejuaraan Dunia U-20 2021 di Nairobi, Kenya, performa atlet kelahiran Kanye, Botswana, 7 Juni 2003 itu terus menanjak.
Tebogo mempertahankan emas dengan 9,91 detik dalam Kejuaraan Dunia U-20 2022 di Cali, Kolombia. Catatan waktu itu sempat menjadi rekor dunia U-20 sebelum dipecahkan oleh pelari Suriname Issamade Asinga dengan 9,89 detik dalam Kejuaraan Amerika Selatan 2023 di Sao Paulo, Brasil.
Tebogo pertama kali menyita perhatian ketika memecahkan rekor nasional 100 meter dari 10,20 detik milik Isaac Makwala menjadi 10,14 detik dalam kejuaraan lokal di Gaborone, Botswana pada 20 Februari 2021. Usai itu, Tebogo yang bertinggi 184 cm enam kali secara beruntun mempertajam rekor nasional hingga menjadi 9,88 detik yang dicetak dalam Kejuaraan Dunia ini.
Kebahagiaan tak terkira turut dirasakan Hughes. Perunggu yang didapatnya menjadi medali nomor individu perdananya di Kejuaraan Dunia pasca mengoleksi satu perak dan satu perunggu dari 4x100 meter dalam dua edisi terakhir. Walau belum menjadi yang terbaik, pelari berusia 28 tahun itu tetap sangat mensyukuri prestasi tersebut.
”Selama ini, bertahun-tahun saya mendapatkan pelajaran tentang kesengsaraan dan kesabaran. Saya berpegang teguh dari pengalaman itu dan memiliki kepercayaan diri, percaya pada kecepatan, serta pelatih. Semuanya akhirnya terwujud dalam 100 meter ajang kali ini. Mendapatkan podium adalah target saya di sini. Jadi, saya senang bisa mewujudkannya dan saya menantikan untuk bekerja lebih baik pada ajang lainnya,”ungkap Hughes yang pada usia 16 tahun bergabung dengan Racers Track Club di Jamaika untuk berlatih bersama pelari legendaris Jamaika, Usain Bolt.