Sha’Carri Richardson, "Ratu" Sprint Dunia Baru Penakluk Shelly-Ann Fraser-Pryce
Pelari muda Amerika Serikat, Sha'Carri Richardson, sukses memenangi 100 meter putri Kejuaraan Dunia 2023. Hasil itu membuat Richardson memutus dominasi pelari Jamaika, Shelly-Ann Fraser-Pryce, dalam dua edisi sebelumnya.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
BUDAPEST, SELASA – Kejutan terjadi dari final nomor lari 100 meter putri pada Kejuaraan Dunia Atletik 2023 di Budapest, Hongaria, Senin (21/8/2023) pukul 21.50 waktu setempat atau Selasa (22/8/2023) pukul 02.50 WIB. Pelari muda Amerika Serikat, Sha’Carri Richardson, menjadi "ratu" sprinter dunia yang baru dengan menaklukkan dua pelari berpengalaman Jamaika, salah satunya juara bertahan sekaligus legenda hidup atletik dunia, Shelly-Ann Fraser-Pryce.
Richardson memulai perlombaan dengan menjadi yang terbaik lewat catatan waktu 10,92 detik dalam babak penyisihan yang berlangsung pada Minggu (20/8/2023). Namun, pelari berusia 23 tahun itu sempat mengalami drama saat finis ketiga dengan waktu 10,84 detik, di belakang pelari Pantai Gading, Marie-Josee Ta Lou, dan pelari Jamaika, Shericka Jackson, yang sama-sama mencatat 10,79 detik dalam heat kedua semifinal yang berlangsung sekitar sejam setengah sebelum final.
Beruntung, Richardson akhirnya mendapatkan tiket non-otomatis untuk melaju ke final. Pelari kelahiran Dallas, Texas, Amerika Serikat (AS), 25 Maret 2000, itu berhak ke final karena catatan waktunya di semifinal menjadi yang terbaik ketiga dari total 24 pelari yang mengikuti babak tersebut.
Babak final pun menjadi perlombaan yang tidak mudah untuk Richardson. Pelari yang memiliki rekor waktu personal 10,71 detik itu akan berhadapan dengan pelari-pelari yang lebih berpengalaman dan punya rekor personal yang jauh lebih baik, seperti Fraser-Pryce dengan rekor personal 10,60 detik dan Jackson (10,65 detik).
Namun, semesta seolah telah merencanakan kemenangan untuk Richardson saat dirinya ditempatkan di jalur kesembilan babak penentuan tersebut. Dengan begitu, Richardson tidak terpantau langsung oleh Fraser-Pryce di jalur kelima dan Jackson di jalur keempat.
Persaingan lomba
Ketika lomba dimulai, sembilan pelari menunjukkan reaksi yang sama cepat selepas pistol start diletuskan. Akan tetapi, Jackson dan Fraser-Pryce mampu memimpin hingga separuh jarak perlombaan. Adapun Richardson berusaha mengimbangi kedua pelari Jamaika itu memasuki 40 meter terakhir lomba.
Dengan konsistensinya, Richardson mampu menyodok ke depan kurang lebih lima meter sebelum garis finis dan akhirnya finis pertama dengan waktu 10,65 detik. Bukan hanya berhak atas medali emas yang sekaligus medali pertamanya di ajang mayor internasional, catatan waktu itu membuat Richardson memecahkan rekor Kejuaraan Dunia yang sebelumnya dipegang Fraser-Pryce dengan 10,67 detik yang dicetak di Eugene, AS, 17 Juli 2022.
Richardson membuat kontingen AS sukses mengawinkan emas 100 meter setelah Noah Lyles menjadi yang tercepat dengan waktu 9,83 detik di final putra, sehari sebelumnya.
Richardson, yang tidak lolos Kejuaraan Dunia tahun lalu, sempat tidak menyangka bisa menorehkan sejarah tersebut. Pelari bertinggi 155 sentimeter (cm) itu baru tersadar usai melihat layar raksasa yang menunjukkan hasil perlombaan dan sejumlah pesaingnya datang menghampiri untuk memberikan salam dan pelukan tanda selamat.
”Sejak awal, saya merasa terhormat, saya diberkati, ini adalah kompetisi yang hebat dan saya mengeluarkan yang terbaik dari diri saya. Saya tidak kembali, saya lebih baik, dan saya akan terus melanjutkannya,” ujar Richardson, yang absen dari Olimpiade Tokyo 2020 akibat skorsing satu bulan karena positif menggunakan ganja, seperti dilansir laman Olympics.com.
Richardson membuat kontingen AS sukses mengawinkan emas 100 meter setelah Noah Lyles menjadi yang tercepat dengan waktu 9,83 detik di final putra, sehari sebelumnya. Kesuksesan itu mengulangi capaian Justin Gatlin dan mendiang Tori Bowie yang masing-masing menjadi "raja" serta "ratu" lari 100 meter Kejuaraan Dunia 2017. Capaian itu menjadi sinyal bahwa AS siap merebut kembali kejayaan mereka di dua nomor atletik paling bergengsi tersebut dari Jamaika yang sempat menguasainya kurang lebih sedekade terakhir.
Menggagalkan misi Fraser-Pryce
Sementara Jackson finis kedua dengan waktu 10,72 detik dan diikuti oleh Fraser-Pryce dengan 10,77 detik. Hasil itu turut membawa Richardson menggagalkan misi Fraser-Pryce yang mengincar emas keenam dari 100 meter Kejuaraan Dunia. Kalau misi itu terwujud, Fraser-Pryce bisa menyamai rekor Sergey Bubka yang meraih enam emas dalam satu nomor perlombaan, yakni loncat galah, selama kurun 1983-1997.
Secara keseluruhan, Richardson bisa dibilang menjadi penakluk sejati Fraser-Pryce di Kejuaraan Dunia. Sejak memulai debut Kejuaraan Dunia di Jepang, 16 tahun silam, Fraser-Pryce menjelma salah satu atlet paling berprestasi dalam ajang dua tahunan tersebut. Sebelum Kejuaraan Dunia kali ini, pelari berusia 36 tahun itu adalah satu-satunya pelari cepat yang memenangkan lima gelar 100 meter, yaitu pada 2009, 2013, 2015, 2019, dan 2022.
Fraser-Pryce menjadi wanita pertama yang menyapu emas 100 meter, 200 meter, dan estafet 4x100 meter putri yang dilakukannya pada Kejuaraan Dunia 2013. Berkat itu, dia terpilih sebagai Atlet Atletik Putri Terbaik Dunia 2013. Dia juga memenangkan gelar dunia 60 meter dalam Kejuaraan Dunia Ruangan 2014 yang mengantarkannya sebagai wanita pertama yang memegang empat gelar dunia nomor sprint pada periode yang sama. Kemenangan tahun lalu menjadikannya pelari tertua yang pernah menjuarai gelar dunia.
Fraser-Pryce hanya gagal pada edisi 2011 akibat baru kembali dari masa skorsing enam bulan karena positif menggunakan zat terlarang dan baru pulih dari cedera betis. Pada tahun itu, pelari kelahiran Kingston, Jamaika, 27 Desember 1986, tersebut harus puas finis keempat di final. Untuk edisi 2017, Fraser-Pryce tidak ambil bagian karena sedang hamil saat kejuaraan berlangsung.
Dominasi Fraser-Pryce tampak pula di Olimpiade. Fraser-Pryce adalah wanita Karibia pertama yang meraih emas 100 meter Olimpiade ketika dia melakukannya dalam Olimpiade Beijing, China 2008. Pelari bertinggi 152 cm itu menahbiskan diri sebagai wanita ketiga dalam sejarah yang mempertahankan emas 100 meter pada Olimpiade London, Inggris 2012. Dia tercatat sebagai atlet pertama yang meraih medali 100 meter dalam empat Olimpiade beruntun usai merebut perak Olimpiade 2020.
Kendati demikian, Fraser-Pryce coba berjiwa besar dengan kegagalannya kali ini. ”Selamat untuk Sha’Carri (Richardson) dan Shericka (Jackson). Benar-benar balapan yang fantastis. Tahun lalu, saya mencatat rekor kejuaraan dan lahir rekor baru malam ini. Itu sangat luar biasa,” ungkapnya menanggapi hasil perlombaan tersebut.