Setelah Berbagi Emas Olimpiade, Tamberi Juara Dunia Sendirian
Atlet Italia, Gianmarco Tamberi, menjadi juara dunia loncat tinggi putra dalam ajang yang digelar di Budapest, Hongaria. Gelar ini melengkapi semua gelar juara yang didapatnya di Eropa dan Olimpiade.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Untuk kedua kalinya dalam rentang dua tahun, Gianmarco Tamberi menjadi atlet loncat tinggi putra terbaik dunia. Setelah mendapat medali emas Olimpiade Tokyo 2020 bersama atlet Qatar, Mutaz Barshim, kali ini Tamberi menikmati status juara dunia sendirian.
Tamberi meraih medali emas loncat tinggi pada Kejuaraan Dunia Atletik di Stadion Pusat Atletik Nasional, Budapest, Hongaria, dalam final yang berlangsung Selasa (22/8/2023) malam waktu setempat atau Rabu dini hari waktu Indonesia. Atlet Italia ini melengkapi gelar juara Olimpiade, juara dunia indoor, juara Eropa, dan juara Eropa indoor dengan status juara dunia melalui loncatan 2,36 meter.
Tinggi tersebut sama seperti yang dicapai JuVaughn Harrison (Amerika Serikat), tetapi Tamberi berhak menempati posisi lebih baik karena berhasil melakukan loncatan 2,36 meter pada kesempatan pertama. Sementara, Harrison bisa melewati mistar itu pada loncatan kedua dari tiga kesempatan pada setiap tinggi yang ditentukan.
Tamberi dan Harrison, sebagai dua atlet yang bertahan dari 13 finalis, termasuk Barshim, mencoba ketinggian 2,38 meter, tetapi tidak ada yang berhasil. Gelar juara dunia pun menjadi milik Tamberi.
Tampil eksentrik dengan satu kaus kaki berwarna hijau dan lainnya berwarna merah, serta dengan janggut yang dibiarkan tumbuh di bagian pipi dan dagu kiri (sementara janggut kanannya dicukur), Tamberi merayakan kemenangan dengan cara unik.
Selain bergembira bersama fans Italia yang bernyanyi ”Ole! Ole! Ole! Gimbo! Gimbo!”, Tamberi menceburkan diri ke kolam yang menjadi salah satu rintangan dalam lomba lari halang rintang. Salah satu atlet yang ikut bergembira bersama Tamberi adalah Soufiane El Bakkali, atlet Maroko yang baru menjuarai lomba 3.000 meter halang rintang putra.
Ini gila, sulit untuk menceritakan perasaan saya. Saya mendapat hasil baik dari semua pengorbanan saya. Banyak yang meragukan ketika saya mengganti pelatih, tetapi saya berhasil. Medali emas ini sebagai tanda terima kasih untuk ayah saya.
”Ini gila, sulit untuk menceritakan perasaan saya. Saya mendapat hasil baik dari semua pengorbanan saya. Banyak yang meragukan ketika saya mengganti pelatih, tetapi saya berhasil. Medali emas ini sebagai tanda terima kasih untuk ayah saya,” tutur Tamberi yang mengganti ayahnya dengan Giulio Ciotti sebagai pelatih sejak 2022.
Tujuh tahun sebelum menjadi juara dunia di Budapest, Tamberi meraih gelar juara Eropa dan juara dunia indoor. Namun, dia melewatkan Olimpiade Rio de Janeiro 2016 karena ligamen pergelangan kaki kirinya robek saat mengikuti Liga Berlian Monako, tiga pekan sebelum Olimpiade.
Pada empat kesempatan dalam Kejuaraan Dunia, atlet berusia 31 tahun itu tak pernah berdiri di podium. Dia berada pada posisi kedelapan di Beijing 2015 dan Doha 2019, ke-14 di London 2017, dan keempat di Eugene 2022.
Dalam tiga Kejuaraan Dunia terakhir sebelum Budapest 2023, Tamberi tak kuasa menghadang Barshim yang selalu mencapai loncatan tertinggi. Selain tiga gelar juara dunia beruntun, Barshim yang hanya setahun lebih tua dari Tamberi, mendapat medali perak di Olimpiade London 2012 dan Rio 2016.
Tamberi akhirnya bisa mengimbangi Barshim di Olimpiade Tokyo 2020 yang penyelenggaraannya mundur menjadi 2021 karena pandemi Covid-19. Mereka bersaing ketat hingga masing-masing menciptakan loncatan terbaik, 2,37 meter.
Setelah gagal dalam tiga loncatan 2,39 meter, keduanya berdiskusi dengan juri dan memutuskan tak ingin melakukan jump off, yaitu satu loncatan yang akan menentukan pemenang. Dengan keputusan tersebut, Tamberi dan Barshim berdiri pada podium yang sama untuk meraih medali emas. Ini akhirnya menjadi salah satu momen menarik di Tokyo 2020.
Di Budapest, Tamberi bisa menjadi yang terbaik sendirian. Barshim, dengan loncatan terbaik setinggi 2,33 meter, berada di posisi ketiga. Meski demikian, atlet Qatar itu tak menyesal.
”Saya datang ke sini setelah mendapat tiga emas dan satu perak di Kejuaraan Dunia. Sekarang, menambahnya dengan perunggu. Ini pencapaian luar biasa yang hampir membuat saya menangis. Apalagi, anak saya hadir di sini,” kata Barshim dalam laman resmi World Athletics.
Barshim juga mengungkapkan kegembiraan atas keberhasilan Tamberi, meski kali ini, dia berada di bawah rivalnya itu. ”Persaingan di antara atlet sangat luar biasa. Saya senang Tamberi mendapat emas juara dunia karena hanya itu yang belum ada dalam daftar prestasinya. Dia mendapatkannya malam ini,” kata Barshim.
Setelah meraih gelar juara dunia pertamanya, Tamberi ingin menambah gelar juara Eropa yang telah dua kali didapatnya. Dia menargetkan itu karena Kejuaraan Eropa Atletik 2024 akan digelar di negaranya sendiri, Italia.
”Saya tak pernah tampil di Italia sambil mengenakan seragam Italia. Setelah itu, target saya adalah Olimpiade karena tak ada atlet loncat tinggi yang bisa meraih emas dalam dua Olimpiade beruntun,” kata Tamberi.
Tamberi tak akan bersaing dengan Barshim di Kejuaraan Eropa karena rival yang juga temannya itu berasal dari zona berbeda. Namun, persaingan mereka berpeluang terjadi kembali di ajang Olimpiade Paris 2024 yang menjadi target besar keduanya. (REUTERS)