Momen ajaib terjadi pada Kejuaraan Dunia Atletik 2023 di Hungaria. Dua atlet loncat galah putri berbagi medali emas karena memiliki loncatan terbaik yang sama.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
BUDAPEST, RABU - Kompetisi olahraga tak selalu melahirkan satu atlet terbaik. Momen ajaib terjadi pada final loncat galah putri Kejuaraan Dunia Atletik 2023 di Budapest, Hongaria, ketika dua atlet bertahan hingga puncak kemampuan mereka dan akhirnya berbagi medali emas.
Kedua atlet itu adalah Katie Moon (Amerika Serikat) yang memiliki reputasi sebagai juara bertahan dan peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 serta Nina Kennedy (Australia) yang belum pernah menjuarai ajang akbar. Dalam persaingan di Pusat Atletik Nasional, Budapest, pada Rabu (23/8/2023) malam waktu setempat atau Kamis dini hari waktu Indonesia, keduanya memiliki loncatan terbaik 4,90 meter. Mereka unggul atas Wilma Murto (Finlandia) yang terhenti pada loncatan 4,80 meter dan meraih perunggu.
Peluang menjadi yang terbaik dimiliki Moon dan Kennedy untuk melewati mistar setinggi 4,95 meter. Namun, keduanya gagal pada tiga kesempatan yang diberikan.
Setelah berdiskusi dengan juri, keduanya sepakat untuk tidak melakukan jump off, yaitu melakukan satu loncatan yang akan menentukan pemenang. Moon dan Kennedy memilih untuk berbagi medali emas dan status juara dunia setelah bersaing selama dua jam 10 menit.
“Sangat gila. Saya merasa seisi stadion memperhatikan setiap loncatan kami. Saya tahu akan berdiri di podium, tetapi ketika bisa mendapat emas, ini bagaikan keajaiban. Ini adalah mimpi yang menjadi nyata,” komentar Kennedy yang menangis dan lebih emosional dibandingkan Moon.
Kennedy (26 tahun) belum memiliki banyak prestasi spektakuler. Gelar juara baru didapatnya pada level Liga Berlian dan Commonwealth Games pada 2022.
Di ajang Kejuaraan Dunia, Kennedy turut bersaing di Eugene 2022, dan mendapat medali perunggu dengan loncatan 4,80 meter. Dia kalah lima sentimeter dari Moon yang menjadi juara.
Moon (32) tak kalah antusias dari Kennedy dengan gelar kedua beruntun dari Kejuaraan Dunia. “Saat final dimulai, saya tak pernah berpikir akan berbagi emas dengan atlet lain. Itu tak akan menjadi pilihan bagi saya. Sekarang, saya puas dan itulah yang harus terjadi pada kompetisi kali ini,” komentar Moon.
Saya tahu akan berdiri di podium, tetapi ketika bisa mendapat emas, ini bagaikan keajaiban. Ini adalah mimpi yang menjadi nyata.
Atlet yang memiliki loncatan personal terbaik 4,95 meter itu menyadari bahwa berbagi medali emas menjadi pilihan terbaik ketika hanya dia dan Kennedy yang bertahan. “Itu menandakan bahwa kami saling termotivasi. Saat dia melakukan loncatan dengan baik, saya juga. Persaingan tadi sangat melelahkan, tetapi hasilnya sepadan,” lanjutnya.
Momen yang terjadi di Budapest ini mengulang peristiwa pada Olimpiade Tokyo 2020 yang penyelenggaraannya mundur setahun karena pandemi Covid-19. Medali emas loncat tinggi putra dimiliki dua atlet, yaitu Gianmarco Tamberi (Italia) dan Mutaz Barshim (Qatar), setelah bersaing ketat hingga masing-masing menciptakan loncatan terbaik, 2,37 meter.
Setelah gagal dalam tiga loncatan 2,39 meter, keduanya berdiskusi dengan juri dan memutuskan tak ingin melakukan jump off. Mereka akhirnya berhak atas posisi yang sama sebagai peraih medali emas Olimpiade.
Mantan atlet atletik Inggris, Jessica Ennis-Hill, turut emosional dengan momen final loncat galah putri di Budapest. “Dua atlet telah menunjukkan performa yang epik dan keduanya berhak atas medali emas,” ujar peraih emas heptathlon putri Olimpiade London 2012 itu kepada BBC.
Pada nomor lari 400 meter putri, Marileidy Paulino, menjadi atlet putri pertama yang mempersembahkan medali emas Kejuaraan Dunia bagi Dominika. Atlet berusia 26 tahun itu akhirnya berhak atas gelar juara dunia setelah meraih perak pada nomor yang sama di Kejuaraan Dunia Eugene 2022 dan Olimpiade Tokyo 2020.
Paulino berhasil memanfaatkan persaingan yang terbuka dengan absennya dua nama besar di Budapest. Pemegang rekor dunia, Sydney McLaughlin-Levrone (AS), absen karena cedera, sementara, juara bertahan dan peraih emas dalam dua Olimpiade terakhir, Shaunae Miller-Uibo (Bahama), tak tampil karena baru empat bulan lalu melahirkan.
Paulino pun tahu bahwa dia memiliki kesempatan terbaik untuk menjadi juara dunia dan dia tak menyia-nyiakannya. Setelah tertinggal dari dua pelari pada 200 meter pertama, Paulino mengerahkan semua kemampuan untuk mempercepat laju. Pada seratus meter yang ketiga, dia menjadi yang tercepat dan mempertahannya hingga menyelesaikan lomba dalam waktu 48,76 detik. Ini menjadi rekor nasional.
Berada di belakangnya adalah pelari Polandia, Natalia Kaczmarek, dengan waktu 49,57 detik dan Sada Williams (Barbados) yang lebih lambat 0,03 detik dari Kaczmarek.
“Emosi saya campur aduk. Saya telah bersiap untuk tampil di sini dalam waktu yang lama. Saya bekerja keras untuk mewujudkan target seperti ini,” kata Paulino.
Sejak digelar pada 19 Agustus dengan tinggal menyisakan empat hari lagi persaingan, atlet-atlet AS unggul dalam perolehan medali. AS memimpin klasemen dengan tujuh emas, diikuti Inggris Raya dan Irlandia Utara (2 emas), serta Spanyol, juga, dengan dua emas. (Reuters)