Jerman mengawali era selepas pemecatan Hansi Flick dengan kemenangan 2-1 atas Perancis. Apakah Jerman akan terus bangkit selepas kemenangan itu?
Oleh
PRASETYO EKO PRIHANANTO
·3 menit baca
DORTMUND, RABU — Dari cemoohan menjadi sorakan kegembiraan hanya dalam waktu tiga hari. Jerman mengalahkan runner-up Piala Dunia 2022, Perancis, 2-1, dalam laga persahabatan di Dortmund, Rabu (13/9/2023) dini hari WIB.
Kemenangan itu sedikit menguak mendung yang menggelayuti timnas Jerman setelah serentetan hasil buruk yang berbuntut dipecatnya Pelatih Hansi Flick. Untuk pertama kalinya, seorang pelatih timnas Jerman mengalami pemecatan.
Saat awal didapuk sebagai pelatih timnas, Hansi Flick menjadi harapan besar karena prestasinya yang mencorong dengan segudang trofi yang diraihnya dari 2019 hingga 2021 saat menukangi Bayern Muenchen. Hanya saja, harapan itu segera berubah menjadi bencana karena rentetan kekalahan, hingga pemecatannya akhir pekan lalu pun tak terelakkan.
Penyerang veteran, Thomas Mueller, mengawali era selepas Hansi Flick dengan gol cepat yang dicetaknya ke gawang Perancis. Rudi Voeller yang sementara menduduki kursi yang ditinggalkan Flick mengembalikan Mueller sebagai pemain mula dan kepercayaan itu dibayar tuntas dengan gol di menit ke-4.
Cemoohan pendukung saat kekalahan memalukan 1-4 dari Jepang pada laga sebelumnya pun berubah menjadi sorakan kegembiraan. Gol pertama Mueller sejak Juni 2022 itu mengangkat kepercayaan diri Jerman yang bermain lebih energik.
Leroy Sane memperbesar keunggulan Jerman pada menit ke-87. Namun, hanya satu menit kemudian, Sane membuat kesalahan yang berujung hadiah penalti Perancis. Antoine Griezmann mengeksekusinya dengan sempurna untuk memperkecil kekalahan.
Dahaga kemenangan yang dirasakan para pendukung Jerman pun terpuaskan. Dalam tujuh pertandingan selepas penampilan mengecewakan di Piala Dunia 2022 saat Jerman tersingkir di babak penyisihan grup, mereka hanya bisa menang dua kali.
”Gol cepat bagus buat kami,” kata Muller setelah peluit akhir berbunyi. ”Kami tahu, banyak yang harus kami lakukan. Tidak mudah bagi kami dengan hasil buruk selama ini dan kepergian Hansi Flick pada akhir pekan adalah situasi yang gila.”
Kiper Marc-Andre ter Stegen pun bisa sedikit bernapas lega. ”Ini adalah hari yang menenangkan jiwa kami. Beberapa hari terakhir sungguh sulit, jadi lebih baik lagi kami bisa mengakhirinya dengan kemenangan,” katanya.
Hasil melawan Perancis itu memang sangat berarti bagi ”Die Mannschaft”. Bahkan, Voeller sampai berucap bahwa kemenangan itu sebuah pembebasan. ”Pembebasan bagi kita semua, bagi saya, para pemain, dan DFB (Federasi Sepak Bola Jerman),” kata Voeller kepada jaringan televisi ARD. ”Itu akan membawa kebaikan bagi kita.”
Pelatih Perancis Didier Deschamps memuji serangan Jerman yang sangat berbahaya. ”Bahkan, dalam situasi seperti itu, mereka tetap memiliki kualitas,” katanya.
”Menyenangkan bisa menang melawan Perancis,” kata Mueller. ”Itu menyenangkan, tapi kita tidak perlu melebih-lebihkannya. Jalan kita masih panjang, tapi itu adalah ledakan kecil dari pembebasan emosional.”
Sebelumnya, Jerman terakhir kali menang atas Perancis pada babak perempat final Piala Dunia 2014 dengan skor 1-0. Namun, dalam enam pertemuan selepas itu, Jerman selalu gagal sebelum kemenangan di Dortmund pekan ini.
Jalan memang masih panjang bagi Die Mannschaft karena mereka perlu terus memperbaiki performa sebelum menjadi tuan rumah Piala Eropa 2024. Satu penampilan menjanjikan memang bisa memberi harapan.
Apakah kemenangan atas Perancis hanya efek dari new manager bounce, ketika hasil bagus diraih di awal-awal kehadiran pelatih baru, tetapi kemudian hasil kembali terpuruk, atau memang benar-benar bangkit, masih perlu dibuktikan. (AP/AFP)