Tradisi medali dari angkat besi di Asian Games Hangzhou 2022 memang tidak terputus. Namun, satu medali dari 9 lifter yang dikirim menjadi alarm bagi angkat besi yang tengah menatap Olimpiade Paris 2024.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·6 menit baca
XIAOSHAN, SABTU - Kegagalan Nurul Akmal meraih medali dari kelas +87 kilogram memastikan tim angkat besi Indonesia hanya pulang dengan satu dari tiga medali yang ditargetkan di Asian Games Hangzhou 2022. Tradisi medali sejak 1982 memang tidak terputus. Namun, penampilan di Hangzhou menjadi alarm angkat besi dalam upaya meloloskan lifter ke Olimpiade Paris 2024.
Sebagai lifter yang tampil paling akhir, Nurul Akmal menjadi tumpuan pamungkas tim angkat besi untuk menambah medali di Asian Games Hangzhou 2022. Namun, Nurul menempati urutan keempat dengan total angkatan 261 kg dalam perlombaan yang digelar di Xiaoshan Sports Centre Gymnasium, Provinsi Zhejing, Sabtu (7/10/2023). Dengan hasil itu, dari total sembilan lifter yang dikirim ke Hangzhou, hanya Rahmat Erwin Abdullah yang sukses menyumbang medali.
Medali emas dari Rahmat pada kelas 73 kg itu membuat tradisi medali dari angkat besi tidak pernah terpurus. Sejak Maman Suryaman meraih perunggu kelas 52 kg di Asian Games New Delhi, India, 1982, angkat besi selalu menjadi lumbung medali untuk Indonesia. Problemnya, medali satu-satunya itu diraih ketika angkat besi tengah menatap Olimpiade Paris 2024.
Asian Games memang bukan termasuk kejuaraan kualifikasi untuk Olimpiade. Namun, penampilan di pesta olahraga Asia edisi ke-19 ini dapat menjadi tolok ukur dalam upaya merebut tiket ke Paris. Hanya saja, beberapa lifter yang diandalkan menembus panggung tertinggi dunia itu justru tak menampilkan performa optimal di Hangzhou.
Asian Games memang bukan termasuk kejuaraan kualifikasi untuk Olimpiade. Namun, penampilan di pesta olahraga Asia edisi ke-19 ini dapat menjadi tolok ukur dalam upaya merebut tiket ke Paris.
”Kami tentu berharap bisa lebih baik dari prestasi Asian Games Jakarta-Palembang 2018 (1 emas, 1 perak, 1 perunggu). Namun, ada hal-hal tidak terduga, seperti kemunculan Korea Utara yang tetap hebat meskipun absen dari kompetisi internasional sejak pandemi. Ada lifter yang juga tidak bisa ikut serta karena alasan kesehatan (Rizki Juniansyah). Kami bersyukur masih bisa mempertahankan tradisi medali,” kata Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengurus Besar Pesatuan Angkat Besi Seluruh Indonesia Hadi Wihardja.
Pelatih tim angkat besi Indonesia, Dirdja Wihardja, mengatakan, pihaknya akan langsung menggelar evaluasi bersama pengurus pada Selasa (10/10/2023). Sementara itu, lifter yang tampil sudah kembali berlatih di Hangzhou sambil menunggu waktu kepulangan. Tim pelatih dan atlet akan langsung beralih fokus ke Olimpiade.
Dirdja juga mengamini bahwa penampilan para lifter Indonesia belum sesuai ekspektasi. Beberapa lifter debutan Asian Games, seperti Ricko Saputra dan Natasya Beteyob, tak mengeluarkan performa optimal. Menurut Dirdja, mereka justru gugup karena tidak bisa menahan tekanan dari penonton.
Sementara itu, Nurul Akmal sebenarnya telah tampil dengan baik. Nurul melihat peluang setelah lifter China peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020, Li Wenwen, mengundurkan diri pada verifikasi akhir kompetisi. Xinhua melaporkan, Li mundur karena cedera siku yang dialaminya pada Kejuaraan Dunia Riyadh 2023, September lalu, belum pulih. Li merupakan penghuni peringkat teratas ranking kualifikasi Olimpiade Paris 2024 per 22 September 2023.
Dengan absennya Li, pesaing lifter yang kerap disapa Nurul ini menyisakan dua wakil Korea Selatan, Park Hye-jeong dan Son Young-hee, serta lifter Thailand, Chaidee Duangaksorn. Park Hye-jeong menempati peringkat di bawah Li, sedangkan Chaidee berada pada peringkat keempat.
Nurul, yang berada pada urutan ke-11, belum mampu menyaingi mereka. Kepastian nirmedali dari Nurul pun sudah didapat sejak ketiga lifter itu sukses pada percobaan pertama angkatan clean and jerk. Mereka, yang telah unggul pada angkatan snatch, langsung memimpin dalam total angkatan.
Hye-jeong langsung membukukan total 294 kg setelah mengangkat beban 157 kg pada percobaan clean and jerk pertama. Adapun Young-hee mencatatkan 279 kg seusai mengeksekusi angkatan 155 kg. Sementara itu, Chaidee meraup total 267 kg selepas mengangkat 147 kg.
Nurul, yang mencatatkan angkatan clean and jerk terbaik seberat 146 kg pada percobaan ketiga, hanya membukukan total angkatan 261 kg. Lifter asal Aceh ini tak bisa lagi mengejar angkatan ketiga lifter pesaingnya itu bahkan jika mereka gagal pada angkatan kedua dan ketiga. Dia pun tak meraih medali setelah mengakhiri perlombaan pada urutan keempat.
Belum cukup
Total angkatan Nurul sebenarnya lebih baik dari Asian Games edisi 2018. Lifter 30 tahun ini menempati posisi keenam kelas +75 kg dengan total angkatan 253 kg (snatch 116 kg dan clean and jerk 137 kg). Total 261 kg juga lebih baik daripada angkatan terbaik Nurul selama mengikuti babak kualifikasi Olimpiade. Angkatan terbaiknya adalah 260 kg yang diraih pada Kejuaraan Dunia Bogota, Kolombia, 2022.
Namun, total angkatan Nurul di Hangzhou itu juga belum cukup untuk bisa bersaing di kualifikasi Olimpiade. Pada kejuaraan yang tersisa, Nurul harus melebihi total 263 kg agar merangsek 10 besar untuk bisa lolos ke Paris. Nurul dan lifter Indonesia lainnya masih punya waktu meningkatkan angkatannya di Grand Prix 2 di Doha, Qatar, pada 4-14 Desember 2023 dan Kejuaraan Dunia di Phuket, Thailand, pada April 2024.
Lifter Indonesia, Nurul Akmal, saat tampil di Olimpiade Tokyo 2020, 2 Agustus 2021.
Sejauh ini, terdapat empat lifter Indonesia yang sudah berada di peringkat 10 besar. Pada kelas 61 kg, Eko Yuli Irawan menempati peringkat kelima dan Ricko Saputra peringkat kedelapan. Rahmat Erwin Abdullah bahkan memuncaki peringkat untuk kelas 73 kg, disusul Rizki Juniansyah pada posisi ketiga.
Namun, tiap kelas hanya dapat diisi satu atlet dengan peringkat terbaik dari tiap negara. Adapun tiap negara hanya berhak mengirimkan tiga atlet putra dan tiga atlet putri. Dengan demikian, keempat lifter yang sudah berada dalam posisi 10 besar ini akan saling bersaing untuk bisa mewakili Indonesia.
Di Asian Games, hanya Rahmat yang tampil konsisten. Rizki tidak dikirim karena alasan kesehatan. Sementara itu, Eko Yuli gagal menorehkan medali saat turun di kelas 67 kg. Lifter 34 tahun ini hanya mencatat total angkatan 145 kg setelah tiga kali angkatan clean and jerk-nya gagal.
Ricko yang turun di kelas yang sama untuk Olimpiade juga tak bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Lifter asal Bekasi, Jawa Barat, ini mencatat total angkatan 288 kg. Padahal, dia pernah membukukan total angkatan 298 kg di Kejuaraan Asia 2023 di Jinju, Korea Selatan.
”Strategi untuk Asian Games dan kualifikasi Olimpiade, kan, berbeda. Di Asian Games, kami merancang strategi untuk meraih medali. Di kualifikasi, kami mengejar angkatan terbaik untuk masuk 10 besar. Hasil Asian Games bisa menjadi bahan evaluasi, tetapi tidak menjadi satu-satunya patokan. Kami berharap, anak-anak mencapai puncak performa saat kualifikasi,” tutur Dirdja.
Pada Tokyo 2020, Indonesia mengirim lima lifter. Mereka ialah Eko Yuli Irawan (61 kg), Deni (67 kg), dan Rahmat Erwin Abdullah (73 kg) dari kategori putra. Kemudian dua lifter putri, Windy Cantika Aisah (49 kg) dan Nurul Akmal (+87 kg).
Windy saat ini berada pada peringkat ke-16 kualifikasi Olimpiade kelas 49 kg dengan total angkatan terbaik 176 kg. Namun, di Asian Games, Windy yang turun di kelas 55 kg hanya berhasil melakukan angkatan snatch 85 kg. Dia gagal pada tiga kali percobaan clean and jerk.