Jalan Terbuka Anak-anak Papua Menggapai Mimpi Sepak Bola
Papua Football Academy berencana menyalurkan bibit unggul pesepak bola Papua ke klub profesional, baik di dalam maupun luar negeri.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
Angkatan pertama Papua Football Academy (PFA) sudah mengenyam pengalaman berharga setelah satu tahun menjalani latihan intensif. Mereka melengkapi ikhtiar untuk meningkatkan kemampuan diri itu dengan merampungkan tur Pulau Jawa dalam satu bulan terakhir untuk menjalani latih tanding.
Pemusatan latihan dan uji tanding di Pulau Jawa yang dilakukan PFA berlangsung pada awal September hingga 11 Oktober lalu. Selain menjalani klinik latihan bersama legenda Borussia Dortmund di Jakarta, anak-anak PFA juga menjalani rangkaian laga uji coba, baik yang dilakukan dalam satu pertandingan serta dalam sistem turnamen.
Lima pertandingan uji coba dilakoni angkatan pertama PFA di Jakarta dan sekitarnya. Mereka mengemas tiga kemenangan atas Bina Taruna (5-0), Persija Academy (3-0), dan Bhayangkara Bekasi Soccer School (3-1), kemudian menelan dua kekalahan dari Asiana Soccer School (1-2) dan Farmel (0-5).
Anak-anak PFA, yang berusia di bawah 14 tahun, juga berpartisipasi di dua turnamen, yaitu ASC Super Copa U14 2023 di Jakarta dan Piala Asiana U14 2023 Regional Jawa Timur di Nganjuk, Jawa Timur. Dalam dua turnamen itu, PFA mampu melaju dari fase grup.
Pada ASC Super Copa U14 2023, PFA menembus babak semifinal. Mereka gagal ke partai puncak akibat kalah adu penalti dari Bogor Timur. Adapun pada Piala Asiana U14 2023 Regional Jawa Timur langkah mereka terhenti di babak perempat final usia tumbang, 0-1, dari Diklat Ken Arok.
Setelah menjalani 13 pertandingan di Pulau Jawa, anak-anak PFA kembali ke Timika, Kabupaten Mimika, Papua, yang merupakan lokasi pusat akademi mereka. Angkatan pertama PFA secara total telah menjalani 66 pertandingan yang terdiri dari 42 menang, tujuh seri, dan 14 kalah.
”Tur Jawa sangat bagus untuk belajar dan perkembangan anak-anak PFA. Sebab, kami susah mencari lawan bagus atau di atas kita di Papua,” ujar Direktur Akademi PFA Wolfgang Pikal yang dihubungi di Jakarta, akhir pekan lalu.
Tidak hanya sepak bola, PFA juga membekali anak-anak generasi muda Papua bekal soft skill yang penting sebagai calon pesepak bola profesional.
Pikal, yang merupakan asisten pelatih tim nasional Indonesia di Piala AFF 2010, menambahkan, 30 anak angkatan pertama PFA akan melanjutkan tahun kedua pembinaan yang dilakukan. Tidak hanya sepak bola, PFA juga membekali anak-anak generasi muda Papua bekal soft skill yang penting sebagai calon pesepak bola profesional.
”Anak-anak sudah kembali ke Timika untuk melanjutkan program PFA yang menitikberatkan pada edukasi dan bermain sepak bola. Mereka kami fasilitasi sekolah formal SMP (sekolah menengah pertama), juga kami bekali mereka pendidikan untuk pengembangan diri agar mereka memiliki gaya hidup ideal sebagai atlet, disiplin, serta memiliki komunikasi publik yang baik,” kata Pikal yang lahir di Austria, tetapi fasih berbahasa Indonesia.
Direktur PT Freeport Indonesia Claus Wamafma mengatakan, PFA merupakan upaya Freeport Indonesia untuk membantu pembinaan sepak bola usia dini sehingga bisa memproduksi pemain-pemain profesional di masa depan. Ia mengungkapkan, PFA adalah proyek jangka panjang karena proses pembinaan di PFA ditargetkan bisa menelurkan pemain timnas Indonesia di level yunior dan senior pada lima hingga 10 tahun mendatang.
”Kami tidak sekadar menghasilkan produk pemain muda bertalenta bagus. PFA adalah fabrikasi pemain muda dengan teknik dan karakter yang diperlukan sebagai pemain profesional,” ucap Claus.
Masalah kedisiplinan kerap menjadi kendala pemain asal ”Bumi Cendrawasih” mencapai potensi maksimal mereka di usia emas pesepak bola. Titus Bonai, Patrich Wanggai, dan, yang terkini, Osvaldo Haay, adalah pemain Papua yang gagal tampil konsisten di level tertinggi. Alhasil, mereka gagal menyaingi pengaruh idola mereka, Boaz Solossa, yang masih dianggap sebagai pemain terbaik Papua di awal abad ke-21.
Pembinaan selanjutnya
Setelah selesai menjalani dua tahun program PFA, anak-anak itu akan diarahkan untuk bergabung dengan akademi sepak bola profesional di Indonesia atau pun luar negeri. Pikal mengungkapkan, di dalam negeri, tim pelatih PFA akan membuka jalan bagi anak-anak untuk bergabung dengan tim Elite Pro Academy Liga 1, Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP), atau akademi swasta.
”Jika Persipura Jayapura atau tim Papua lainnya telah memiliki tim akademi, kami juga akan arahkan anak-anak ke sana untuk melanjutkan pembinaan mereka. Kami tidak menutup pintu apabila ada anak-anak PFA dapat kesempatan mengembangkan karier mereka ke luar Papua dan luar negeri,” tutur Pikal.
Di kompetisi domestik, Freeport Indonesia telah menjadi sponsor bagi dua klub asal Papua yang berkiprah di Liga 2 2023-2024. Mereka adalah Persipura dan PSBS Biak. Kedua tim itu merupakan kandidat untuk menembus tiga besar Grup D Liga 2 demi lolos ke putaran 12 besar. Selain itu, Freeport Indonesia juga berencana mendukung Persemi Mimika di Liga 3 musim ini.
Secara bertahap, Freeport Indonesia pun melebarkan daerah untuk menjaring bibit unggul pesepak bola Papua. Di angkatan pertama, anak-anak PFA hanya berasal dari tiga kabupaten/kota. Kemudian, pada angkatan kedua yang telah menghasilkan 30 pemain di tahun ini, mereka adalah hasil seleksi di enam kabupaten/kota.
”Tahun depan (2024), kami akan melakukan seleksi di 10 kabupaten. Ke depannya, kami juga tengah menggodok wacana Papua Youth Competition,” kata Claus.
Di luar gagasan untuk menciptakan iklim pembinaan sepak bola yang terstruktur dan berkesinambungan, Claus selaku perwakilan Freeport Indonesia memiliki satu mimpi besar dari PFA.
”Untuk angkatan pertama dan kedua (PFA), lima saja yang bisa masuk timnas, itu (capaian) luar biasa,” ucapnya.
Seperti kata Jacksen F Tiago, Papua adalah Brasil-nya Indonesia. Tidak sekadar talenta seperti Brasil, semoga pemain-pemain Bumi Cenderawasih ada lagi yang menjadi tulang punggung tim ”Garuda” dan bisa membawa Indonesia meraih gelar juara, layaknya Brasil.