Liga Inggris Membentengi Diri dari Diskursus Krisis Jalur Gaza
Di Liga Inggris, untuk menjaga netralitas, para suporter dilarang membawa bendera Israel dan Palestina masuk stadion.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
LONDON, JUMAT — Operator Liga Inggris mulai bergerak merespons krisis di jalur Gaza yang melibatkan Hamas dan Israel. Agar tayangan sepak bola terpopuler di kolong jagat itu tetap bisa menjaga netralitas sembari tak menyinggung pihak-pihak yang terlibat dalam diskursus konflik, aturan baru pun diterapkan. Operator liga mengedarkan panduan yang melarang bendera Israel dan Palestina masuk stadion.
Dikutip dari The Athletic, Jumat (20/10/2023), para pemain, staf, dan ofisial klub akan mengenakan ban lengan hitam saat pertandingan. Sebelum laga dimulai, mereka juga akan mengheningkan cipta sejenak untuk memberikan penghormatan kepada para korban perang Israel-Hamas yang terjadi sejak 7 Oktober 2023. Kebijakan melarang masuknya bendera Israel dan Palestina diputuskan setelah berkonsultasi dengan organisasi keselamatan dan kelompok Yahudi.
Beberapa klub, seperti Tottenham, sudah memiliki kebijakan serupa mengenai bendera negara-negara yang berkonflik atau yang dapat dianggap menghasut. Penerapan kebijakan ini akan diserahkan kepada setiap klub dan tim keamanan mereka. Pola penerapan kebijakan ini sebelumnya sempat mereka lakukan saat pandemi Covid-19.
Kebijakan serupa sebelumnya sudah diterapkan Federasi Sepak Bola Inggris (FA) pada laga antara timnas Inggris menghadapi Italia dan Australia di Stadion Wembley. Namun, ada satu penonton membawa bendera Israel yang lolos dari pemeriksaan. Dari tribune stadion, penonton itu membentangkan bendera Israel. Petugas keamanan kemudian menghampiri dan membawanya pergi. Setelah itu, operator Liga Inggris kemudian merasa perlu menerapkan hal sama mulai pekan ke-9.
Jika dicermati, langkah operator Liga Inggris ini bukan terbilang hal yang baru. Malahan, organisasi-organisasi sepak bola di Eropa sudah sejak lama bersikap keras terhadap pihak-pihak yang berupaya membawa isu politik ke lapangan hijau.
Ini adalah cara klasik operator liga sepak bola di Eropa untuk mempertahankan netralitas kompetisinya, yang merupakan barang dagangan utama mereka.
Mantan penyerang Sevilla, Frederic Kanoute, pernah dihukum denda sebesar 3.000 euro (Rp 44,5 juta) setelah memamerkan kaus bertuliskan dukungan terhadap Palestina pada 2009 saat pertandingan Sevilla kontra Deportivo La Coruna di Piala Raja Spanyol.
Ini adalah cara klasik operator liga sepak bola di Eropa untuk mempertahankan netralitas kompetisinya, yang merupakan barang dagangan utama mereka. Bagaimanapun ”produk” yang tidak menyinggung banyak orang akan lebih mudah untuk dijual.
Dalam hal ini, operator Liga Inggris berkepentingan menahan upaya-upaya yang bisa memperkeruh suasana. Semisal, membentangkan bendera kedua belah pihak yang tengah berkonflik di dalam stadion.
Sepak bola, bagaimanapun, tidak akan pernah bisa lepas dari persoalan politik. Sejak serangan Hamas kepada Israel, perlahan para pesepak bola top Eropa mulai menyuarakan sikapnya sekaligus mengambil posisi dalam konflik tersebut, tidak terkecuali pesepak bola di Liga Inggris.
Penyerang Liverpool dan timnas Mesir, Mohamed Salah, menyerukan agar pembunuhan dihentikan dan bantuan kemanusiaan segera diizinkan masuk ke Gaza karena persediaan air dan makanan habis. Dia telah memberikan apa yang digambarkan sebagai sumbangan ”signifikan” yang dirahasiakan, melalui agennya, kepada organisasi kemanusiaan Masyarakat Bulan Sabit Merah Mesir untuk mendukung masyarakat Gaza.
”Tidak selalu mudah untuk berbicara di saat seperti ini, terjadi terlalu banyak kekerasan dan terlalu banyak kebrutalan yang memilukan. Semua kehidupan adalah suci dan harus dilindungi. Saya menyerukan kepada para pemimpin dunia untuk bersatu mencegah pembantaian lebih lanjut terhadap jiwa-jiwa yang tidak bersalah. Kemanusiaan harus menang,” kata Salah melalui akun media sosialnya.
Selain Salah, pemain Tottenham asal Israel, Manor Solomon, juga turut mengomentari isu konflik di Timur Tengah itu. Ia mem-posting kalimat di Instagram, yang mengecam serangan Hamas ke Israel. Menurut dia, apa yang dilakukan Hamas merupakan aksi terorisme yang menyasar masyarakat sipil.
”Dalam dua hari terakhir negaraku, keluargaku, teman-temanku, dan orang-orang yang kucintai sedang mengalami neraka. Lebih dari 800 warga Israel telah dibunuh-jumlah terbanyak yang tewas dalam satu hari sejak Holocaust!” ujar Solomon.
Perbedaan dukungan juga telah terjadi antarpemain dalam satu klub. Di Arsenal, misalnya, bek kiri Oleksandr Zinchenko terang-terangan membela Israel melalui akun media sosialnya. Sementara itu, rekan satu tim Zinchenko, Mohamed Elneny, menyuarakan dukungannya terhadap Palestina. Namun, hingga saat ini belum ada sikap dari Arsenal terhadap komentar dari dua pemainnya tersebut. (REUTERS)