Persiapan tim Indonesia U-17 jelang laga kedua tidak sekadar berlatih di lapangan. Pendampingan psikolog dan motivasi pemain dipupuk juga demi bisa melanjutkan performa apik dan menang.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
Jelang menjalani pertandingan kedua Grup A Piala Dunia melawan Panama, Minggu (12/11/2023) pukul 19.00, di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur, tim pelatih Indonesia melakukan berbagai kegiatan demi menjaga momentum positif Arkhan Kaka dan kawan-kawan. Shalat berjemaah, sesi psikolog, hingga mendapat wejangan khusus dari bintang sepak bola dunia, Radja Nainggolan, menjadi bekal ”Garuda Muda” untuk mengejar tiga poin.
Bagi Pelatih Tim U-17 Indonesia Bima Sakti, shalat lima waktu berjemaah adalah kegiatan yang penuh makna. Tidak hanya demi menjalankan kewajiban sebagai umat Muslim, shalat berjemaah adalah cara Bima untuk menerapkan disiplin tinggi, menjaga kekompakan tim, dan memberikan konsekuensi kepada anggota skuadnya yang lalai menjalankan aktivitas itu.
Selama menjalani Piala Dunia U-17, tim Indonesia menyulap salah satu ruang aula di hotel bintang lima yang ditempati sebagai ruang shalat khusus tim. Semua pemain, tim pelatih, hingga dua pendamping tim, yaitu Wakil Ketua Umum PSSI Zainudin Amali dan Direktur Teknik Indra Sjafri, juga selalu menjalani shalat berjemaah di tempat itu.
Shalat Subuh menjadi kegiatan perdana Garuda Muda setiap hari. Setelah itu, mereka akan bersiap menjalani latihan pagi. Selama turnamen berlangsung, sesi latihan pagi lebih difokuskan untuk menjaga kondisi fisik.
Kemudian, shalat Dzuhur dilakukan di sebelum sesi makan siang bersama. Pemain mendapat sesi istirahat pada siang hari, lalu jika menjalani sesi latihan sore hari, mereka shalat Ashar berjemaah terlebih dahulu sebelum berangkat ke lokasi latihan.
Adapun apabila dijadwalkan berlatih pada sesi malam yang dimulai pukul 18.30 WIB, skuad Garuda Muda telah meninggalkan hotel sebelum waktu shalat Maghrib. Mereka menjalani shalat Maghrib berjemaah di sisi lapangan sebelum latihan dimulai.
Bima juga mewajibkan anak asuhannya menjalani shalat Isya bersama sebelum mengakhiri kegiatan pada hari itu.
Selain menjalankan aktivitas keagamaan demi menjaga ketenangan dan fokus, Bima juga memberikan pendampingan psikolog kepada skuadnya. Emosi pemain yang masih labil menjadi alasan pentingnya peran psikolog untuk menjaga kondisi psikis pemain.
Untuk pertandingan kedua, kami sudah berdiskusi dengan tim pelatih dan psikolog untuk menentukan langkah penanganan pemain.
Indra, yang juga menjabat pelatih tim U-20 Indonesia, pun menyebut, tantangan terbesar dalam menangani tim kelompok umur adalah kecermatan untuk mengelola psikologis dan emosi pemain. Usia remaja yang terkadang mudah terbawa suasana di situasi pertandingan bisa menjadi bumerang. Sebaliknya, jika psikis pemain positif, hal itu bisa menghadirkan performa yang baik di atas lapangan.
”Untuk pertandingan kedua, kami sudah berdiskusi dengan tim pelatih dan psikolog untuk menentukan langkah penanganan pemain. Kami juga berdialog dengan pemain untuk menjaga momentum mereka. Mudah-mudahan di laga kedua, kita bisa menang,” ucap Indra, yang akan melanjutkan estafet menangani skuad U-17 saat ini di level tim U-20, di Surabaya, Sabtu (11/11/2023) malam.
Tidak hanya diskusi, psikolog tim U-17 Indonesia juga dilengkapi fasilitas tes tingkat kecemasan pemain. Hal itu demi menghindari adanya pemain menunjukkan gejala cemas atau gugup selama turnamen level yunior FIFA itu berlangsung. Tim psikolog skuad Garuda Muda pun memastikan tidak ada pemain yang mengalami kendala secara psikis jelang pertandingan kedua.
Dukungan eksternal
Lebih lanjut, Indra juga berharap pencinta sepak bola nasional untuk sama-sama memberikan dukungan positif kepada pemain U-17. Menurut Indra, dukungan eksternal pun sangat penting untuk menjaga semangat tanding pemain yang sudah banyak berkorban untuk membela lambang garuda di dada.
”Tolong jangan berikan beban atau tekanan yang tidak baik kepada anak-anak. Mari kita beri dukungan demi mengangkat moral mereka,” kata Indra.
Di luar aktivitas yang disusun tim, PSSI juga memberikan sesi motivasi khusus, Sabtu kemarin, untuk pemain. Motivasi itu disampaikan oleh Radja Nainggolan, eks pemain timnas Belgia yang memiliki Ayah dari Indonesia, di hotel tim.
Nainggolan memuji semangat juang yang telah ditampilkan skuad Garuda Muda untuk menahan Ekuador, 1-1. Pemain Indonesia, kata Nainggolan, mampu mengimbangi Ekuador yang telah menjalani edisi keenam partisipasi di Piala Dunia U-17.
Semangat juang pemain pun ditunjukkan dengan tak henti terus berlari dan bermain dengan konsentrasi tinggi meski beberapa pemain sudah mengalami keram dan sempat menerima perawatan dari tim medis.
”Saya pikir orang-orang akan menghormati kalian ketika memberikan segalanya di pertandingan. Bagi saya, yang terpenting adalah kemauan untuk selalu bekerja keras. Kalian bisa lihat banyak pemain berbakat di usia seperti kalian, tetapi tidak menjadi siapa-siapa (di level senior),” ujar Nainggolan yang membela Belgia di Piala Eropa Perancis 2016.
Harapannya, dengan ikhtiar di luar lapangan itu bisa membantu Garuda Muda melanjutkan performa dan hasil positif di dua laga Grup A. Dari dua gim tersisa, Indonesia setidaknya butuh satu kemenangan untuk melaju ke babak 16 besar.