Selain dari ”Next Gen”, Novak Djokovic juga akan mendapat tantangan baru pada turnamen Final ATP di Turin, Italia, pekan ini. Tantangan itu datang dari ”Young Gen” yang berusia 14-16 tahun lebih muda darinya.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
TURIN, MINGGU — Novak Djokovic telah membuktikan bahwa dia lebih baik dari angkatan ”Next Gen”, seperti Daniil Medvedev, Stefanos Tsitsipas, Andrey Rublev, dan Alexander Zverev. Kini, untuk pertama kalinya dalam turnamen Final ATP, Djokovic akan menghadapi tantangan dari angkatan yang lebih muda, ”Young Gen”.
Final ATP 2023, yang untuk tahun ketiga diselenggarakan di Turin, Italia, menjadi persaingan delapan petenis terbaik sepanjang tahun ini dari tiga generasi berbeda. Ada Djokovic yang berusia 36 tahun dan menjadi yang paling senior di antara peserta yang akan tampil pada 12-19 November.
Empat petenis berasal dari ”Next Gen” yang berada dalam rentang usia 25-27 tahun. Tiga lainnya, Carlos Alcaraz, Holger Rune, dan Jannik Sinner, adalah bintang muda yang berusia 20-22 tahun. Alcaraz dan Rune, yang lahir pada 2003, menjadi peserta termuda dan akan menjalani debut dalam turnamen akhir tahun ini.
Tantangan pertama bagi Djokovic akan datang dari salah satu di antara mereka, yaitu Rune yang bergabung di Grup Hijau pada babak penyisihan. Mereka akan bertanding di Pala Alpitour, Minggu (12/11/2023) malam waktu setempat atau Senin dini hari waktu Indonesia. Laga pembuka dari grup yang sama akan terjadi antara Tsitsipas dan Sinner yang menjadi harapan tuan rumah.
Sementara empat petenis lain, yaitu Medvedev, Zverev, Rublev, dan Alcaraz, bergabung di Grup Merah. Persaingan pada grup ini dimulai Senin pada pertemuan Alcaraz dengan Zverev serta antara dua sahabat, Medvedev dan Rublev.
Kedelapan petenis bersaing dengan format round robin (bertemu dengan petenis lain dalam satu grup) pada babak penyisihan. Dari hasil ini, dua petenis peringkat teratas setiap grup berhak tampil pada semifinal yang mempertemukan juara dengan peringkat kedua dari grup berbeda.
Kecuali Sinner yang selalu kalah dalam tiga pertemuan dengan Djokovic, Rune dan Alcaraz pernah mengalahkan petenis dengan 24 gelar juara Grand Slam itu. Mereka sama-sama dua kali mengalahkan Djokovic dari empat pertemuan.
Alcaraz, Sinner, dan Rune tak memiliki banyak kesempatan untuk bertemu Djokovic karena perbedaan generasi yang cukup jauh. Saat Djokovic pertama kali memasuki dunia profesional pada 2003, Alcaraz dan Rune bahkan baru lahir. Namun, statistik pertemuan berimbang Alcaraz dan Rune dengan Djokovic setidaknya bisa menjadi gambaran bahwa sang senior akan mendapat tantangan sulit di Turin.
Empat petenis ”Next Gen” juga berpengalaman mengalahkan Djokovic, tetapi tidak satu pun dari mereka yang bisa unggul dalam statistik pertemuan. Medvedev kalah sepuluh kali dari 15 pertemuan (5-10), Rublev memiliki angka head to head 1-5, sementara Tsitsipas dengan 2-11, dan Zverev dengan 4-8.
Di antara mereka, hanya Medvedev yang bisa menjuarai Grand Slam, yaitu di Amerika Serikat Terbuka 2021 saat berusia 25 tahun, dengan mengalahkan Djokovic di final. Alcaraz melakukan hal yang sama (mengalahkan Djokovic di final Grand Slam) saat bertemu di final Wimbledon 2023 dalam usia lebih muda, yaitu 20 tahun.
Bersaing dengan petenis-petenis muda seperti yang ada di sini selalu menumbuhkan motivasi ekstra pada diri saya. Saya tahu, mereka pasti punya ambisi mengalahkan saya dan punya target besar.
”Bersaing dengan petenis-petenis muda seperti yang ada di sini selalu menumbuhkan motivasi ekstra pada diri saya. Saya tahu, mereka pasti punya ambisi mengalahkan saya dan punya target besar. Itu menjadi inspirasi bagi saya untuk bermain lebih baik dari mereka,” tutur Djokovic.
Rune, yang bermain di arena profesional pada 2023, menjadi salah satu petenis yang menginspirasi Djokovic. Petenis Denmark itu selalu memaksanya bermain rubber sets dalam setiap pertemuan. Keempat pertemuan mereka pun berlangsung dalam ajang besar, yaitu Grand Slam dan ATP Masters 1000. Rune menang dalam final Paris Masters 2022 dan perempat final Roma Masters 2023, sedangkan Djokovic menang pada babak pertama Grand Slam AS Terbuka 2021 dan perempat final Paris Masters 2023.
Djokovic bahkan teringat dirinya yang masih muda saat berbicara tentanga Rune. ”Gaya bermain kami mirip. Kami bergerak dan bertahan dengan baik. Kemampuannya lengkap. Kami juga selalu membawa energi besar dan bermain dengan intens. Pertandingan nanti pasti akan sangat ketat,” tutur Djokovic.
Rune, yang menjadi pemain alternatif (petenis yang akan menggantikan peserta yang mengundurkan diri di tengah turnamen) pada Final ATP 2022, sangat antusias dengan debutnya pada turnamen ini. Namun, dia tak ingin memiliki ekspektasi berlebihan.
”Kunci untuk setiap pertandingan saya adalah berjuang hingga akhir. Pertandingan tidak benar-benar berakhir hingga poin terakhir,” kata Rune dalam laman resmi ATP.
Saat ini, Rune dilatih mantan petenis nomor satu dunia, Boris Becker, yang pernah melatih Djokovic pada 2013-2016. Bersama Becker, Djokovic enam kali menjadi juara Grand Slam, 14 kali menjadi juara ATP Masters 1000, serta menjuarai Final ATP pada 2014 dan 2015.
Dukungan penonton
Sementara, Sinner akan mengandalkan dukungan penuh penonton tuan rumah untuk melawan Tsitsipas yang telah lima kali mengalahkannya dari tujuh pertemuan. Apalagi, dengan peringkat keempat dunia, Sinner adalah petenis terbaik Italia saat ini.
”Ini adalah kejuaraan besar di Italia dan saya bangga menjadi wakil tuan rumah. Tentunya, saya akan mendapat energi positif dari penonton,” katanya.
Sinner sebenarnya tampil di tempat dan ajang yang sama pada 2022. Akan tetapi, dia hanya berstatus sebagai pengganti Matteo Berrettini, juga dari Italia, yang cedera di tengah turnamen. Lolos dengan memenuhi syarat karena menjadi salah satu dari delapan petenis terbaik pada tahun ini, Sinner pun sangat antusias untuk bersaing dengan di Final ATP.
Sinner memiliki peluang mengawali penampilannya dengan kemenangan karena Tsitsipas berada pada performa menurun pada tahun ini dibandingkan 2022. Sinner juga menang pada pertemuan terakhir, yaitu pada dalam babak kedua ATP Rotterdam, pada Februari.
Tsitsipas menembus final Australia Terbuka pada awal tahun, tetapi dia tak dapat mempertahankan penampilan baiknya seperti ketika bermain di Melbourne. Satu gelar juara pun didapat dari turnamen level rendah, yaitu ATP 250 Los Cabos. (AP/AFP)