Penyerang sayap Brasil, Estevao, mencetak ”brace” melawan Ekuador dalam babak 16 besar Piala Dunia U-17. Dua gol itu menerbangkan ”Selecao” untuk melakoni babak berikutnya pada turnamen itu.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Pemain sayap Brasil, Estevao, tampil ganas dalam laga 16 besar Piala Dunia U-17 2023 saat melawan Ekuador, di Stadion Manahan, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Senin (20/11/2023). Kemampuannya beradaptasi pada laga ketat menerbangkan ”Selecao” ke babak selanjutnya. Dua golnya bagaikan tuah bagi tim ketika pelatih memainkan taktik berbeda.
Dalam laga tersebut, Brasil menundukkan Ekuador dengan skor akhir 3-1. Pemain sayap, Estevao, menyumbangkan dua gol pada menit ke-14 dan ke-71. Satu gol lainnya diciptakan penyerang, Luighi, pada menit ke-90. Sebenarnya, Ekuador sempat mencetak gol penyeimbang lewat Michael Bermudez pada menit ke-45+4. Sayang, gol itu tak cukup membuat Ekuador memperpanjang napasnya dalam turnamen ini.
Menariknya, laga ini dimainkan Brasil dengan pendekatan berbeda. Pada formasi 4-2-3-1, Pelatih Brasil Phelipe Leal memilih untuk bermain bertahan. Serangan balik cepat melalui dua pemain sayap mereka, Estevao dan Rayan, diandalkan dalam membongkar barisan pertahanan lawan. Pada laga-laga sebelumnya, Brasil cenderung menunjukkan pola permainan terbuka dan menyerang.
Ini Piala Dunia, kami harus mengatur sesuai lawan yang akan dihadapi. Sebab, tidak mungkin kami bermain menyerang terus sebagaimana orang-orang tahu seperti apa sepak bola Brasil.
”Ini Piala Dunia, kami harus mengatur sesuai lawan yang akan dihadapi. Sebab, tidak mungkin kami bermain menyerang terus sebagaimana orang-orang tahu seperti apa sepak bola Brasil,” kata Leal, setelah laga.
Secara umum, laga berjalan cukup ketat. Itu bisa dilihat dari angka penguasaan bola yang berimbang, yakni 53 persen untuk Ekuador, sedangkan 47 persen untuk Brasil. Lebih banyak menguasai bola tidak lantas membantu Ekuador mencetak gol lebih banyak. Peluang justru lebih banyak dicatatkan oleh Brasil yang jarang memegang bola.
Terdapat 20 peluang yang dicatatkan Brasil sepanjang laga. Dari semua peluang itu, 11 peluang mengarah ke gawang. Angkanya berbanding terbalik dengan Ekuador yang menghasilkan 15 peluang dan hanya dua peluang yang mengarah ke gawang.
Di antara seluruh peluang Brasil, Estevao adalah pemain yang paling banyak menghasilkan peluang. Ada lima peluang yang diciptakannya sebelum ditarik keluar pada menit ke-82. Tak hanya cepat, Estevao juga cukup klinis menyelesaikan peluang yang didapatkannya. Buktinya, ia mampu mencetak dua gol.
Dua gol itu menunjukkan kebolehan lain dari Estevao. Ia mampu beradaptasi dengan apik pada taktik berbeda yang diterjunkan pelatih. Lebih-lebih sang bomber utama, Kaua Elias, seakan dikunci pemain belakang lawan waktu itu. Estevao pun berubah dari seorang pelayan menjadi bomber.
Sebaliknya, Elias terlihat lebih sering menjemput bola dalam permainan bertahan ala Brasil. Ia malah berganti melayani pemain sayapnya. Estevao menjadi salah satunya. Gol pertama Estevao lahir berkat asis dari Elias, yang berstatus sebagai pencetak gol terbanyak dalam turnamen ini.
Dua gol Estevao seperti tuah bagi Brasil. Brace tersebut sekaligus menerbangkan Brasil ke Jakarta untuk melakoni pertandingan selanjutnya dalam babak delapan besar. Kini, ”Selecao” menanti pemenang laga antara Argentina kontra Venezuela.
”Kami akan menikmati kemenangan hari ini. Baru nanti dilihat siapa yang akan dilawan dengan fokus dan konsentrasi yang sama,” kata Leal.
Pelatih Ekuador Diego Martinez mengakui laga kontra Brasil berjalan cukup sulit bagi dia dan anak-anak asuhannya. Memang, ia kerap menjumpai ”Selecao” karena sama-sama berasal dari Amerika Selatan. Sayangnya, mereka tidak mampu lebih klinis daripada lawan dalam laga tersebut. Itulah yang membuat mereka sulit memenangkan laga.
”Laga tadi cukup sulit bagi kami. Mereka adalah tim yang hebat. Pada akhirnya, mereka lebih baik ketika berada di dalam boks,” ujar Martinez.