Novak Djokovic bertahan sebagai petenis terbaik meski dikelilingi petenis muda yang senantiasa mencoba menghentikannya.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Carlos Alcaraz menggebrak ketika menjuarai Grand Slam Wimbledon. Jannik Sinner tampil semakin baik menjelang akhir tahun. Namun, persaingan tenis profesional putra pada 2023 dipimpin Novak Djokovic yang bara semangatnya makin tersulut dengan kehadiran anak-anak muda itu.
Djokovic, yang berusia 36 tahun serta lebih tua 15-16 tahun dari Sinner dan Alcaraz, mengawali musim kompetisi 2023 dengan berada pada ranking kelima dunia. Dengan perolehan tujuh gelar juara, dia naik ke puncak peringkat dunia pada akhir tahun. Tiga di antara gelar juara itu didapat dari arena Grand Slam, yaitu Australia Terbuka, Perancis Terbuka, dan Amerika Serikat Terbuka.
Ini berbeda dengan persaingan tunggal putri yang terbilang merata meski Iga Swiatek (menjuarai enam turnamen) dan Aryna Sabalenka (mencapai semifinal semua Grand Slam) lebih menonjol dibandingkan petenis lain. Empat Grand Slam dijuarai petenis berbeda, yaitu Sabalenka (Australia Terbuka), Swiatek (Perancis Terbuka), Marketa Vondrousova (Wimbledon), dan Cori Gauff (AS Terbuka).
Berkat performa yang masih konsisten di level tinggi, Djokovic bahkan bertekad menciptakan Golden Slam pada 2024, yaitu menjuarai empat Grand Slam, dan mendapat medali emas Olimpiade Paris pada satu tahun penyelenggaraan. Pada nomor tunggal, hanya Steffi Graf yang pernah mencapainya, yaitu pada 1988.
Pencapaian tersebut menjadi target Djokovic pada 2021 ketika diselenggarakan Olimpiade Tokyo 2020 yang mundur setahun karena pandemi Covid-19. Namun, Djokovic gagal mendapat medali dan menjuarai Grand Slam terakhir, AS Terbuka.
Penampilan Djokovic yang luar biasa pada 2023 membuatnya bisa melampaui pencapaian terbaik rival utamanya dalam ’Big Three’, yaitu Roger Federer, yang pensiun pada 2022, dan Rafael Nadal.
”Dorongan itu masih ada dalam diri saya. Tahun ini, tubuh saya merespons keinginan saya dengan baik. Pola pikir saya untuk 2024 sama seperti tahun ini,” katanya.
Penampilan Djokovic yang luar biasa pada 2023 membuatnya bisa melampaui pencapaian terbaik rival utamanya dalam ”Big Three”, yaitu Roger Federer, yang pensiun pada 2022, dan Rafael Nadal. Dengan tambahan gelar dari Australia, Perancis, dan AS Terbuka, Djokovic telah mengumpulkan 24 trofi juara Grand Slam, lebih banyak dua gelar dari milik Nadal. Djokovic juga telah melewati rekor milik Federer (310 pekan) sebagai petenis nomor satu dunia terlama, yaitu selama 404 pekan dan masih akan bertambah.
Nadal sebenarnya masih aktif, tetapi tubuhnya memberi isyarat bahwa dia tak akan lagi bisa bertahan dalam persaingan level tinggi. Setelah tersingkir pada babak kedua Australia Terbuka, Januari, Nadal tak bertanding dan direncanakan kembali ke turnamen pada ATP Brisbane, 31 Desember 2023-5 Januari 2024. Musim kompetisi 2024 bahkan diprediksi bisa menjadi masa akhir Nadal pada dunia tenis profesional.
Ketika tak ada kompetitor dari Big Three, yang telah menciptakan persaingan terbaik di era Terbuka, pesaing Djokovic adalah generasi penerusnya, bukan Daniil Medvedev, Stefanos Tsitsipas, atau Alexander Zverev dari angkatan ”Next Gen”, melainkan para petenis yang lebih muda. Mereka adalah Alcaraz dan Holger Rune (20 tahun) dan Jannik Sinner (22) yang disebut ”Young Gen”.
Alcaraz dan Sinner menjadi yang paling menonjol dari petenis yang lahir di era 2000-an pada 2023. Alcaraz menjuarai enam turnamen, di antaranya Wimbledon, ATP Masters 1000 Madrid, dan Indian Wells, pada rentang waktu Februari-Juli. Sementara Sinner empat kali menjadi juara, salah satunya dari Kanada Masters yang merupakan gelar pertama dari ajang ATP Masters 1000.
Performa petenis Italia menjelang akhir musim kompetisi semakin baik, yaitu dengan menembus final turnamen Final ATP World Tour, yang hanya diikuti delapan petenis terbaik. Setelah itu, dia mengantarkan Italia membawa pulang Piala Davis, lambang supremasi kejuaraan tenis beregu putra. Sinner mengalahkan Djokovic, pada nomor tunggal dan ganda, saat Italia bertemu Serbia pada semifinal.
Rune masih berada di bawah Alcaraz dan Sinner, tetapi petenis Denmark itu memperlihatkan potensinya ketika bisa mengalahkan Medvedev, Sinner, hingga Djokovic pada 2023. Rune mencapai perempat final Grand Slam Perancis Terbuka dan Wimbledon serta final Monte Carlo dan Roma Masters. Dia pun lolos ke turnamen Final ATP.
Untuk menghadapi persaingan 2024, Rune bahkan menggabungkan dua pelatih berpengalaman dalam timnya, yaitu Boris Becker dan Severin Luthi. Becker mengantarkan Djokovic menjuarai enam Grand Slam pada rentang 2013-2016, sementara Luthi adalah pelatih Federer pada 2007-2022.
Keberadaan petenis-petenis muda itu menggantikan Federer dan Nadal yang selama ini menjadi sumber inspirasi untuk menjadi yang terbaik. Djokovic bahkan menilai Alcaraz sebagai pemain muda dengan kemampuan komplet.
”Anak-anak muda yang sangat antusias untuk bermain sangat baik melawan saya menjadi tambahan motivasi. Mereka seperti membangunkan sisi buas pada diri saya,” kata Djokovic dalam program 60 Minutes di CBS pada 10 Desember.
Mengetahui apa yang menjadi target Djokovic pada 2024, Alcaraz, yang berlatih bersama Sinner di Spanyol pada pekan ini, menilai itu sebagai tantangan baginya. ”Novak mengatakan bahwa dia siap menjuarai empat Grand Slam dan mendapat emas Olimpiade. Kami (petenis muda) siap menghentikan dia,” ujarnya saat mengikuti ajang ekshibisi di Meksiko pada akhir November.
Selain kompetisi Djokovic dan ”Young Guns”, persaingan di antara petenis-petenis muda itu sendiri berpeluang semakin memanas pada 2024. Sejak pertama kali bertemu pada 2021, persaingan Alcaraz, Sinner, dan Rune semakin intens pada 2023. Statistik pertemuan mereka pun berselisih tipis: Sinner unggul 4-3 atas Alcaraz, Alcaraz unggul 2-1 atas Rune, sementara Sinner dan Rune memiliki statistik 2-1. (AP)