Lolos 16 Besar Piala Asia, Target Indonesia Sudah Realistis?
Pelatih Indonesia Shin Tae-yong dan PSSI memasang target ”Garuda” menembus babak 16 besar Piala Asia 2023. Berdasarkan tiga variabel probabilitas, ”Kompas” menilai target itu sulit diwujudkan.
Wakil Ketua Umum PSSI Zainudin Amali, yang mendampingi pemusatan latihan tim nasional Indonesia di Antalya, Turki, mendukung ucapan Pelatih Shin Tae-yong yang bertekad membawa ”Garuda” untuk pertama kali menembus babak gugur Piala Asia. Target itu terlampau tinggi jika merujuk performa Indonesia di empat Piala Asia terdahulu, tetapi Amali menyebut potensi mewujudkan itu adalah hal yang realistis.
Sebagaimana ditargetkan Pelatih Shin Tae-yong untuk kita lolos ke 16 besar, maka itu yang kita harapkan. Federasi tentu harus realistis.
”Sebagaimana ditargetkan Pelatih Shin Tae-yong untuk kita lolos ke 16 besar, maka itu yang kita harapkan. Federasi tentu harus realistis,” ujar Amali, Senin (25/12/2023).
Penilaian realistis itu, kata Amali, telah didasari situasi terkini skuad Indonesia. Ia menambahkan, Ketua Umum PSSI Erick Thohir telah berdiskusi dengan Shin untuk memahami kemampuan Garuda bersaing di level Asia pada Piala Asia Qatar 2023 pada Januari hingga Februari 2024.
Baca juga: Ulasan Grup Piala Asia 2023 (1): Tiga Kampiun Menempuh Jalur Juara
Jika mengamati prestasi tim Indonesia sejak ditangani juru taktik asal Korea Selatan itu, Desember 2019, perlahan ada kemajuan. Lolos ke Piala Asia sejak terakhir tampil pada 2007 tentu capaian yang terbaik.
Namun, memasang target menembus lolos ke babak 16 besar tentu hal yang terlampau muluk. Indonesia sudah termarginalkan dalam tiga edisi Piala Asia terakhir sehingga tentu buta kondisi persaingan elite Asia yang sesungguhnya. Di Asia Tenggara pun Indonesia masih tertinggal dari Thailand dan Vietnam.
Kedua tim itu menembus babak 16 besar Piala Asia 2019 di Uni Emirat Arab. Vietnam bahkan mencatatkan prestasi terbaik tim Asia Tenggara pada Piala Asia setelah berganti milenium dengan menembus fase perempat final empat tahun lalu. Langkah ”Pasukan Bintang Emas” dihentikan oleh Jepang.
Dengan merujuk empat penampilan Indonesia di Piala Asia terdahulu, raihan terbaik Indonesia hanya merebut tiga poin di edisi 2004 dan 2007. Padahal, untuk lolos ke 16 besar dengan predikat peringkat ketiga terbaik, Garuda setidaknyabutuh empat poin dari tiga laga kontra Irak, Vietnam, dan Jepang di Grup D Qatar 2023.
Baca juga: Ulasan Grup Piala Asia 2023 (2): Maksimal Dua Tim ASEAN Melaju ke 16 Besar
Kompas menghitung probabilitas Indonesia untuk menembus babak 16 besar Piala Asia 2023 melalui tiga variabel yang diamati dari tiga edisi Piala Asia terakhir, yaitu Qatar 2011, Australia 2015, dan Uni Emirat Arab 2019. Edisi 2007 tidak dihitung karena situasi unik karena keikutsertaan empat tim tuan rumah.
Ketiga variabel itu adalah peluang dari ranking FIFA yang menjadi rujukan pot undian grup, kans tim yang menempati peringkat di bawah 100 besar ranking FIFA, serta peluang berdasarkan performa tim yang absen di edisi Piala Asia sebelumnya.
Dari ketiga variabel itu, probabilitas Indonesia lolos dari Grup D sangat kecil jika tak ingin disebut mustahil. Berikut ulasannya.
Posisi ranking FIFA terburuk
Pada undian grup, Mei lalu, Indonesia masuk ke dalam pot terakhir atau pot empat. Itu didasari Indonesia sebagai tim dengan peringkat FIFA terburuk dari 24 kontestan Piala Asia 2023. Kala itu, Garudaberada di peringkat ke-149. Enam bulan berselang, Indonesia telah naik ke posisi ke-146, tetapi masih tetap terendah dari tim-tim yang bertolak ke Qatar, awal 2024.
Dalam tiga edisi Piala Asia terakhir, termasuk Uni Emirat Arab 2019 ketika pertama kali diikuti 24 tim, tidak ada tim yang tampil dengan peringkat FIFA terburuk mampu lolos dari fase grup. Alias kans Indonesia lolos ke 16 besar jika merujuk variabel ini adalah nol persen.
Tak hanya gagal lolos, tiga tim dengan ranking FIFA terendah di tiga edisi Piala Asia terdahulu juga tak mampu bersaing di fase grup. Pada Qatar 2011, India (peringkat ke-133) adalah tim peringkat FIFA terendah, lalu Palestina (167) dan Turkmenistan (129) merupakan tim yang paling tidak diunggulkan masing-masing di Australia 2015 dan UEA 2019.
Baca juga: Timnas Indonesia Meniti Misi Mustahil
Tiga tim peringkat terendah di tiga edisi Piala Asia tersebut gagal membawa pulang satu poin pun. Mereka menderita tiga kekalahan dengan rekor kebobolan lebih dari 10 gol.
Menariknya, Turkmenistan di UAE 2019 dan Palestina di Australia 2015 juga jumpa Jepang di fase grup, serupa dengan Indonesia di Qatar 2023. Dengan situasi itu, tim dengan peringkat FIFA terendah yang bertemu dengan ”Samurai Biru” di babak penyisihan gagal lolos ke fase gugur. Sub-variabel ini makin menegaskan peluang Indonesia ke 16 besar adalah nol persen.
Di luar 100 besar
Kompas memperbesar obyek variabel dengan menghitung performa tim-tim peserta yang menempati peringkat FIFA di luar 100 besar pada tiga Piala Asia sebelumnya. Hasilnya, persentase peluang lolos ke fase gugur sedikit meningkat.
Merujuk Piala Asia 2019, yang merupakan edisi perdana mengadakan babak gugur 16 besar dengan jatah lolos untuk empat tim peringkat ketiga terbaik, terdapat lima tim yang di awal kompetisi duduk di luar posisi 100 besar FIFA lolos ke fase gugur. Artinya, mereka memenuhi 21 persen dari kuota tim yang tampil di babak 16 besar.
Jika membagi rata persentase kelolosan tim peringkat di luar 100 besar FIFA itu pada Piala Asia 2019 dengan enam tim dengan posisi serupa di edisi 2023, Indonesia memulai Qatar 2023 dengan peluang 3,5 persen menembus babak 16 besar.
Baca juga: Tarian Indonesia Menyambut Maskot Piala Asia 2023
Pada Piala Asia 2019, terdapat sembilan tim yang berpartisipasi dengan peringkat di luar 100 besar FIFA. Mereka adalah Qatar (101), yang kemudian menjadi juara, Vietnam (103), Thailand (122), Korea Utara (112), Filipina (113), Bahrain (116), Jordania (117), Yaman (125), dan Turkmenistan (129). Adapun lima tim yang menembus fase gugur adalah Qatar, Vietnam, Thailand, Bahrain, dan Jordania.
Untuk edisi 2023, tim yang berada di luar 100 besar FIFA lebih sedikit karena hanya ada enam tim, yaitu India (101), Tajikistan (109), Thailand (114), Malaysia (138), Hong Kong (147), dan Indonesia.
Jika merujuk peluang di edisi empat tahun lalu, potensi terbesar hanya ada tiga tim dari keenam tim itu yang lolos ke babak 16 besar. Setidaknya enam tim itu punya peluang setara untuk merebut tiket ke fase gugur, yakni 9,2 persen.
Absen di edisi sebelumnya
Pengalaman bersaing di Piala Asia juga menjadi faktor utama tim-tim bisa lolos dari persaingan sengit di babak penyisihan. Jatah 16 tim ke fase gugur, yang dimulai sejak empat tahun lalu, memberbesar kans tim-tim lolos dari fase grup karena peluang kelolosan empat tim peringkat ketiga terbaik.
Pada UEA 2019, sebanyak 13 tim yang lolos ke babak perdelapan final adalah tim-tim yang konsisten tampil di putaran final Piala Asia. Hanya Thailand, Vietnam, dan Kirgistan yang tidak tampil di Australia 2015 tetapi bisa lolos dari fase grup.
Thailand lolos sebagai peringkat kedua Grup A, sedangkan Vietnam dan Kirgistan memanfaatkan keistimewaan kualifikasi melalui jatah empat tim peringkat ketiga terbaik.
Baca juga: Tanpa Latihan di Jakarta, Tim Indonesia Langsung Bertolak ke Turki
Vietnam lolos dari lubang jarum dengan hanya unggul poin disiplin dari Palestina akibat mengoleksi kartu kuning lebih sedikit. Ketiga tim itu lebih baik dari delapan kontestan lain yang juga tampil ”bolong-bolong” alias tidak konsisten menembus babak utama Piala Asia.
Adapun pada Qatar 2023, hanya empat tim yang sebelumnya tidak bertanding di UEA 2019. Indonesia dan Malaysia kembali tampil di Piala Asia setelah memanfaatkan jatah tuan rumah bersama pada 2007, lalu Hong Kong berpartisipasi lagi setelah menanti sejak 1968 dan Tajikistan akan menjalani penampilan debut di Piala Asia.
Alhasil, dengan merujuk performa tim yang inkonsisten menembus Piala Asia pada UEA 2019, maksimal hanya ada satu tim dari keempat tim itu yang berpeluang menembus babak 16 besar. Dengan variabel tim yang absen di edisi Piala Asia sebelumnya, peluang Garudamenembus fase gugur juga berada di kisaran 9 persen.
Dari tiga variabel probabilitas di atas, peluang Indonesia untuk menyambut target ”realistis” menembus 16 besar amat kecil. Kemungkinan lolos Indonesia hanya 9 persen. Itu tentu angka persentase yang sangat rendah.
Di luar perhitungan variabel probabilitas itu, satu optimisme Indonesia dapat merujuk dari data nilai pasar skuad milik Transfermarkt. Skuad sementara Garuda, yang berjumlah 28 pemain, memiliki nilai pasar 9,08 juta euro atau sekitar Rp 157,74 miliar.
Angka itu membuat Indonesia memiliki skuad termahal nomor ke-14 di Piala Asia 2023. Andai nilai pasar menjamin prestasi tim, Indonesia bisa menyegel tempat di babak 16 besar. Setidaknya melalui peringkat ketiga terbaik.
Baca juga: Tembus Piala Asia, ”Garuda” Akhiri Penantian 15 Tahun
Namun, sepak bola bukan matematika. Banyak faktor nonteknis yang terkadang di luar nalar bisa mengalahkan perhitungan dan angka persentase yang dihitung berdasarkan sejumlah variabel.
Yang pasti Shin dan skuad Garudamemiliki waktu amat mepet untuk mengikis gap kualitas dengan tiga pesaing di Grup D. Sebab, pada empat partisipasi sebelumnya, terutama pada 2007, telah membuktikan bahwa spirit bertanding tinggi tidak bisa menjamin hasil akhir memenuhi ekspektasi.