AC Milan ”membalas” nyanyian rasialisme penggemar Udinese kepada Mike Maignan dengan ketabahan yang berbuah kemenangan.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·4 menit baca
UDINE, MINGGU — Saat pertandingan terganggu sesuatu yang tak sepatutnya ada dan kekalahan sudah di depan mata, AC Milan menunjukkan ketabahannya. Kemenangan AC Milan 3-2 atas Udinese tak hanya balasan kekalahan laga pertama, tetapi juga ”balasan” atas nyanyian rasialisme penggemar kepada Mike Maignan.
Gelandang AC Milan, Yacine Adli, berlari menuju kiper Mike Maignan dan memeluknya untuk merayakan bersama gol Noah Okafor, Minggu (21/1/2024). Gol Okafor menjelang akhir laga (menit ke-90+8) memastikan AC Milan pulang dengan kemenangan 3-2 atas Udinese dalam laga pekan ke-21 Liga Italia 2023-2024 itu.
Selepas pertandingan, para pemain Milan lantas membentuk lingkaran kecil, berpelukan, dan menyanyikan yel-yel. Kemenangan dalam pertandingan di kandang Udinese, Stadion Friuli, itu begitu berarti bagi para pemain Milan sehingga mereka tak segan untuk merayakannya.
Laga melawan Udinese tersebut layak disebut ujian ketabahan ”Rossoneri” alias ”Si Merah Hitam”, julukan Milan. Tidak hanya harus bergelut dengan bayang-bayang kekalahan 0-1 di laga pertama pada November 2023, skuad asuhan Stefano Pioli juga bermain dalam kondisi tak menyenangkan setelah kiper Mike Maignan mendapatkan ujaran rasialisme dari penggemar tuan rumah.
Milan sebenarnya tampil dominan sejak sepak mula. Kendati sempat kesulitan menggetarkan jala gawang lawan, Milan akhirnya memecah kebuntuan lewat lesakan Ruben Loftus-Cheek (menit ke-31). Namun, situasi yang seharusnya menjadi momentum bagi Milan untuk bermain dengan nyaman itu rusak satu menit setelahnya.
Mike Maignan berbicara kepada wasit Fabio Maresca soal nyanyian penggemar Udinese yang bernada rasisme. Wasit sempat menghentikan pertandingan.
”Saat saya mengambil bola, saya mendengar beberapa orang mengatakan kepada saya ’monyet’. Tak lama kemudian, mereka melakukannya lagi sehingga saya menyampaikannya kepada wasit. Ini bukan pertama kalinya hal itu terjadi pada saya dan pemain lain. Kita perlu mengatakan apa yang terjadi di tribune. Normal untuk mendengarkan ejekan, tetapi hal seperti ini (ujaran rasialisme) tidak boleh terjadi,” kata Maignan kepada Sky Sports.
Setelah berbicara kepada wasit, Maignan kemudian berjalan mendekati tepi lapangan dan dihampiri rekan setim serta pelatih. Lantaran tak kunjung ada keputusan dari wasit ataupun penyelenggara pertandingan, Maignan lantas memilih meninggalkan lapangan.
Para pemain Milan lain lantas mengikuti Maignan yang berjalan menyusuri lorong sambil melepaskan sarung tangan. Kiper asal Perancis itu mengatakan, Milan seperti keluarga sehingga rekan setim datang kepadanya untuk mendukung.
(Pelaku rasialisme) harus diberi sanksi tegas, tidak ada gunanya kalau hanya berbicara. Kami para pemain hanya bisa bereaksi seperti ini, mengatakan apa yang terjadi di lapangan, tetapi pemangku kebijakan harus mengambil keputusan tegas.
”(Pelaku rasialisme) harus diberi sanksi tegas, tidak ada gunanya kalau hanya berbicara. Kami para pemain hanya bisa bereaksi seperti ini, mengatakan apa yang terjadi di lapangan, tetapi pemangku kebijakan harus mengambil keputusan tegas,” ucap Maignan.
Sesuai protokol, sebuah pernyataan dibacakan di stadion. Isi pernyataan itu memperingatkan bahwa jika perilaku ini terus berlanjut, maka akan mengakibatkan pertandingan ditangguhkan. Setelah pernyataan lain dibacakan dan para pemain Udinese secara pribadi memohon kepada penggemar mereka untuk berhenti, pertandingan dilanjutkan pada menit ke-39. Maignan mengatakan, ia dan tim memutuskan untuk melanjutkan pertandingan karena memiliki keinginan yang lebih besar, yakni meraih kemenangan.
Menurut laporan Football Italia, setidaknya dua perwakilan Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) pergi ke area di belakang gawang untuk merekam penonton, mencari bukti pelecehan rasialisme jika pertandingan ditangguhkan secara permanen.
Namun, gangguan dari para penggemar itu tampaknya telanjur memengaruhi Maignan dan Milan pada sisa waktu babak pertama. Gawang Maignan kebobolan tiga menit setelah laga dilanjutkan lewat Lazar Samardzic.
Membalikkan keadaan
Kekalahan pun seperti sudah ada di depan mata Milan kendati pertandingan masih menyisakan 10 menit dalam waktu normal. Pasalnya, Milan tampak kesulitan mengejar Udinese yang memperbesar keunggulan menjadi 2-1 pada menit ke-62. Setiap upaya kebangkitan ”Il Diavolo Rosso” (”Setan Merah”) selalu berhasil dipatahkan Udinese.
Pioli lantas memasukkan Luka Jovic untuk menambah daya gedor serangan Milan. Pergantian ini berbuah hasil pada menit ke-83 dengan gol Jovic yang menyeimbangkan skor. Lesakan Jovic juga menumbuhkan kembali harapan Milan untuk pulang dengan raihan tiga poin.
Davide Calabria dan kawan-kawan sukses membalikan keadaan dan mengakhiri laga berkat gol Okafor yang juga masuk dari bangku cadangan. Pioli mengatakan, Milan seharusnya bisa mencetak gol lebih dari satu pada babak pertama. Namun, mereka kesulitan setelah kebobolan dua kali.
”Ini bukti jika Anda tetap bermain, tetap percaya pada diri sendiri dan rekan satu tim, maka Anda bisa membalikkan keadaan,” ujar Pioli.
Pioli juga menyoroti ujaran rasialisme yang menimpa anak asuhannya. Menurut Pioli, hal tersebut sudah cukup sering terjadi dan seharusnya bisa segera diakhiri. ”Maignan kecewa, tapi saya bangga melatih seseorang menjadi orang yang penuh hormat, adil, dan bangga sepertinya,” tutur Pioli.
Berkat kemenangan atas Udinese, Milan tak terkalahkan dalam enam pertandingan Liga Italia. Rossoneri meraih lima kemenangan dan sekali imbang. Kini, mereka masih menjaga posisi ketiga dengan 45 poin dari 21 laga. Mereka terpaut 6 poin dari rival sekota dan pemuncak klasemen, Inter Milan, yang baru memainkan 20 pertandingan.