Dalam waktu singkat, lifter Windy Cantika Aisah harus menambah angkatan minimal 15 kg agar kembali tampil di Olimpiade.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·4 menit baca
TASHKENT, SABTU — Lifter Indonesia, Windy Cantika Aisah, belum kembali menemukan performa terbaiknya menjelang akhir masa kualifikasi Olimpiade Paris 2024. Apabila ingin berlaga lagi di panggung tertinggi dunia, Windy memikul tugas berat untuk meningkatkan angkatan dalam waktu singkat.
Saat tampil di Asian Weightlifting Championship atau Kejuaraan Angkat Besi Asia, Tashkent, Uzbekistan, Sabtu (3/2/2024), Windy mencatatkan total angkatan 170 kilogram pada kelas 49 kg Grup B. Hasil ini diraih dari angkatan snatch (mengangkat beban tanpa jeda dari lantai hingga di atas kepala) seberat 75 kilogram dan clean and jerk (mengangkat beban dalam dua tahap) seberat 90 kilogram.
Pada angkatan snatch, Windy sebenarnya mencoba menambah angkatan menjadi 78 kg, tetapi gagal. Hasil snatch itu membuatnya menduduki peringkat ketiga Grup B. Sementara itu, pada angkatan clean and jerk, Windy sempat gagal pada percobaan pertama mengangkat 90 kg. Namun, lifter asal Bandung, Jawa Barat, ini membayarnya pada kesempatan kedua. Dia lantas mengangkat beban 95 kg pada percobaan terakhir.
Total angkatan 170 kg ini belum melampaui angkatan terbaik Windy dalam rangkaian turnamen kualifikasi Olimpiade Paris 2024. Sejauh ini, angkatan terbaik Windy ialah 176 kg di Kejuaraan Angkat Besi Dunia 2022 di Bogota, Kolombia. Jumlah tersebut mengantarkan Windy berada pada posisi ke-16 dalam daftar peringkat kualifikasi per 14 Desember 2023.
Artinya, jumlah angkatan terbaik Windy sejauh ini belum cukup untuk mengamankan posisinya ke Paris. Agar bisa lolos ke Paris, lifter harus berada pada peringkat 10 besar dunia di tiap kelas dalam rangkaian kualifikasi. Windy membutuhkan minimal 15 kg untuk bisa menembus 10 besar.
Setelah tidak memenuhi target angkatan itu di Uzbekistan, Windy harus menebusnya di Kejuaraan Dunia di Phuket, Thailand, 31 Maret-11 April 2024. Ajang tersebut merupakan kejuaraan terakhir yang wajib diikuti lifter untuk kualifikasi Olimpiade Paris 2024. Windy hanya memiliki waktu kurang lebih 50 hari untuk berlatih mengejar angkatan tersebut.
Jika mampu tampil seperti saat meraih medali perunggu di Olimpiade Tokyo 2020, Windy sebenarnya sudah dipastikan berada dalam posisi aman untuk menuju Paris. Di Tokyo, Windy mampu mencatatkan total angkatan 194 kg. Namun, lifter berusia 21 tahun ini belum kembali ke performa terbaiknya, terutama setelah mengalami cedera.
Lima bulan setelah berprestasi di Tokyo, Windy tertimpa barbel saat latihan. Akibatnya, dia mengalami cedera tulang kering. Setelah pulih, bayang-bayang cedera masih menghantui sehingga peraih medali emas kelas 49 kg putri SEA Games Filipina 2019 ini belum bisa tampil maksimal.
Saya juga berusaha lebih peka dan lebih aktif bertanya kepada Windy untuk tahu kondisinya sehingga saat latihan dia bisa nyaman. Kalau sudah nyaman, soal angkatan akan mengikuti.
Pelatih yang menangani Windy, Jajang Supriatna, pernah mengungkapkan, pemulihan performa anak asuhannya itu masih menjadi pekerjaan rumah bagi tim kepelatihan. Di luar faktor cedera, ada pula faktor psikologis terkait peralihan Windy dari usia remaja menuju dewasa awal.
Selain latihan angkatan, kata Jajang, Windy juga rutin berbicara dengan psikolog. Jajang juga mencoba berkomunikasi intensif dengan psikolog agar sama-sama bisa mengeluarkan kembali potensi terbaik Windy.
”Saya juga berusaha lebih peka dan lebih aktif bertanya kepada Windy untuk tahu kondisinya sehingga saat latihan dia bisa nyaman. Kalau sudah nyaman, soal angkatan akan mengikuti,” ujar Jajang.
Sementara itu, Juliana Klarisa yang juga turun di kelas 49 kg menduduki peringkat kedua untuk angkatan snatch seberat 77 kg, clean and jerk (98 kg), dan total (175 kg). Angkatan Klarisa meningkat dari IWF Grand Prix II, Doha, Qatar, Desember lalu.
Namun, baik Klarisa maupun Windy masih harus menunggu para lifter di Grup A tampil pada Minggu (4/2/2024) siang untuk kepastian medali. Sejauh ini, lifter India, Yadav Gyaneshwari, memimpin perolehan medali di Grup B dengan angkatan snatch seberat 81 kg, clean and jerk 99 kg, dan total 178 kg.
Adapun pada kelas 45 kg putri, Siti Nafisatul Hariroh harus puas pulang tanpa medali setelah menduduki posisi keempat pada angkatan snatch dengan 68 kg. Pada angkatan clean and jerk, Nafisatul gagal mengangkat beban 86 kg dalam tiga percobaan.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI) Joko Pramono mengingatkan para atlet untuk menjaga performa dan terus memperbaiki angkatan. Sebab, penilaian untuk lolos Olimpiade bukan lagi sistem robi points yang dihitung berdasarkan rekor dunia dalam kelas tertentu. Pada kualifikasi Olimpiade kali ini, penghitungan murni dari jumlah angkatan.
”Saya meminta kepada para lifter untuk tetap fokus menatap Olimpiade 2024 yang menjadi sasaran utama kami. Terutama dalam memperbaiki catatan angkatan yang diperoleh selama ini. Jangan terlena,” ujar Joko Pramono.