Di Kejuaraan Angkat Besi Asia, Eko Yuli Irawan tidak tampil agar kondisinya prima saat kualifikasi terakhir Olimpiade.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·4 menit baca
TASHKENT, SENIN — Lifter senior Indonesia, Eko Yuli Irawan, memilih tidak tampil di Kejuaraan Angkat Besi Asia 2024 untuk fokus pemulihan cedera kaki. Eko berharap kondisinya prima pada ajang terakhir kualifikasi Olimpiade Paris 2024 agar bisa memastikan kelolosan ke panggung tertinggi dunia kelimanya.
Eko Yuli Irawan hanya memperkenalkan diri saat kelas 67 kilogram dipertandingkan di Tashkent, Uzbekistan, Senin (5/2/2024). Setelahnya, Eko tidak ikut mengangkat barbel. Dengan hanya hadir dan memperkenalkan diri sudah cukup bagi Eko untuk dianggap ikut serta dalam Kejuaraan Angkat Besi Asia.
Saya masih fokus pemulihan cedera dan memperbaiki angkatan. Insya Allah pada Kejuaraan Dunia di Phuket (Thailand, 31 Maret-11 April 2024) nanti saya bisa tampil agar peringkat saya lebih memenuhi syarat lolos ke Olimpiade 2024.
Kejuaraan Angkat Besi Asia merupakan kejuaraan pilihan yang dapat diikuti lifter untuk kualifikasi Olimpiade Paris 2024. Sebagai syarat ke Paris, Lifter harus mengikuti lima kejuaraan yang terdiri dari tiga kejuaraan pilihan dan dua kejuaraan wajib.
Eko sebenarnya sudah memenuhi persyaratan untuk mengikuti tiga kejuaraan pilihan. Lifter berusia 34 tahun ini berpartisipasi di Kejuaraan Angkat Besi Dunia 2022 di Bogota, Kolombia; Grand Prix 1 di Havana, Kuba; dan Grand Prix 2 di Doha, Qatar. Dia juga mengikuti kejuaraan wajib Kejuaraan Dunia di Riyadh, Arab Saudi.
”Saya masih fokus pemulihan cedera dan memperbaiki angkatan. Insya Allah pada Kejuaraan Dunia di Phuket (Thailand, 31 Maret-11 April 2024) nanti saya bisa tampil agar peringkat saya lebih memenuhi syarat lolos ke Olimpiade 2024,” ucap Eko.
Cedera itu didapatkan Eko saat membawa pulang satu medali perak dari IWF Grand Prix II, Doha, Qatar, Desember 2023. Lifter yang memulai karier angkat besinya pada 2000 ini pun tidak ikut dalam acara pengalungan medali.
Di Grand Prix II, Eko gagal menambah jumlah angkatan untuk menjauh dari lifter Thailand, Silachai Theerapong, dengan total angkatan hanya terpaut 1 kilogram. Dalam daftar peringkat kualifikasi Olimpiade Paris 2024 per 14 Desember 2023 kelas 61 kg, Eko menempati peringkat ketiga dengan total angkatan 300 kg, disusul dengan Theerapong dengan 299 kg.
Theerapong tidak ikut serta dalam Kejuaraan Angkat Besi Asia. Posisi Eko sebenarnya bisa saja tergeser oleh Pak Myong-Jin dari Korea Utara yang berhasil menyabet medali emas kelas 61 kg. Pak mencatatkan total angkatan seberat 306 kg.
Namun, Pak dan lifter-lifter Korea Utara lainnya dipastikan tidak bisa tampil di Olimpiade Paris 2024. Pasalnya, mereka baru mengikuti kejuraan kualifikasi di Grand Prix II, Doha, Qatar, sehingga tak akan memenuhi syarat mengikuti lima kejuaraan. Padahal, total angkatan Pak cukup untuk membuatnya bertengger pada posisi kedua, di bawah Li Fabin (China) dengan 314 kg.
Namun, selama masih berada dalam peringkat 10 besar, peluang Eko untuk lolos ke Paris sebenarnya masih terjaga. ”Ancaman” bagi Eko adalah rekan senegara sekaligus yuniornya, Ricko Saputra, yang juga bersaing di kelas 61 kg. Sebab, tiap kelas hanya dapat diisi satu atlet dengan peringkat terbaik dari tiap negara sehingga kedua lifter ini harus sama-sama bersaing.
Beruntung bagi Eko, Ricko gagal menyalipnya di Kejuaraan Angkat Besi Asia karena ”hanya” mencatatkan total angkatan 291 kg. Sejauh ini, total angkatan terbaik Ricko (298 kg) masih terpaut 2 kg dari Eko. Dengan demikian, lifter peraih empat medali dalam empat keikusertaan di Olimpiade ini masih memiliki peringkat lebih baik dari Ricko.
Berbeda dengan Eko yang tetap memilih hadir di Kejuaraan Angkat Besi Asia, Li Fabin memutuskan untuk absen. Pemuncak daftar peringkat kualifikasi sekaligus pesaing berat Eko di Olimpiade Tokyo 2020 itu memilih fokus berlatih. Begitu pula dengan lifter-lifter China lainnya yang saat ini memimpin daftar peringkat pada lima kategori berat putri dan tiga kategori berat putra.
Asosiasi Angkat Besi China menjelaskan, keputusan itu diambil karena para lifter sudah berpartisipasi dalam tiga kompetisi internasional penting berturut-turut dari September hingga Desember tahun lalu. Itu termasuk mengikuti Kejuaraan Dunia Riyadh, Asian Games Hangzhou, dan Grand Prix II Doha.
Kompetisi yang diikuti dalam waktu berdekatan itu membuat atlet harus menyesuaikan kondisi latihan beberapa kali. Alhasil, para atlet kesulitan menjalani pelatihan sistematis. Hal ini kemudian yang ingin kembali dijalankan oleh China sehingga memutuskan absen di Uzbekistan.
”Untuk memastikan pelatihan musim dingin yang sistematis bagi para atlet kami dan menyesuaikan ritme kompetisi mereka, setelah mempertimbangkan dengan cermat kami memutuskan untuk berpartisipasi dalam Kejuaraan Dunia Phuket, yang juga merupakan ajang kualifikasi wajib,” tulis pernyataan Asosisasi Angkat Besi China dikutip dari laman resmi Federasi Angkat Besi Internasional (IWF).